Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Saus tomat dan rotan

Konsumen merasa modern dan tidak merasa ditipu dengan makanan-makanan kalengan atau botol modern. saus tomat bukan terbuat dari tomat melainkan campuran kimia. budidaya rotan belum ada sentuhan modernisasi.

23 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA pertemuan pertama dan sebentar dengan dia, saya diundangnya secara mendadak untuk menghadiri cocktail party di rumahnya. Saya tiba di alamat itu jam 9 malam sesudah menghadiri satu pertemuan lainnya. Setelah melalui sela-sela mobil yang diparkir di halaman saya tiba di ambang pintu, lalu menoleh kepada belasan wajah yang asing di ruang muka dan ruang tengah. Di ruang muka saya memperkenalkan diri kepada beberapa tamu, kemudian menyelonong ke ruang tengah untuk melanjutkan rituil yang sama: bersalaman, menyebut nama sambil sedikit membungkuk. Di ruang tengah saya berkenalan dengan (suami) tuan rumah yang sedang sibuk melayani tamu. Minuman dan makanan kecil terus beredar. Ketika menyelesaikan gelas pertama sudah dua kali saya bertukar kawan ngobrol. Akhirnya saya tertambat pada seorang propesor yang berperawakan agak gemuk tapi sehat dan segar, berasal dari Muangthai. Entah mengapa, raut mukanya,ketenangannya dan gayanya mengungkapkan diri, mengingatkan saya kepada Budha. Dengan tenang dan sopan kepada saya ditanyakannya perihal restorasi candi Borobudur, yakni seberapa jauh sudah selcsai sekarang. Saya tidak mampu menerangkannya. Dialihkannya pembicaraan kepada biologi, yang juga sukar saya tangkap. Kiranya dari senyuman saya dia tahu saya tidak mengerti sepenuhnya. Tetapi orangnya begitu menarik sehingga saya tidak pura-pura tambah minuman untuk pergi ke kelompok lain. Pembicaraannya dialihkannya kepada makanan yang diimpor. Saya mulai mengerti. - Kita hidup dalam dunia yang aneh. Bertambah moderen berarti bertambah dikecoh. Di kuping saya kedengarannya seperti jaman edannya Ronggowarsito. Senyum sang propesor melebar tanpa geleng kepala. Tenang saja dia. - Kita semakin jauh dari ketika dan ini tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kapan kiranya produsen berbagai saus dan minuman mau memperhatikan ketika? Dan kapankah pengecohan ini jadi berkurang? Celakanya lagi kecohan ini tidak dilihat sebagai kecohan tapi malah dimanipulasi jadi lambang status. Makanan kaleng dan makanan botol, entah apa isinya, menjadi lambang status. Konsumen bangga, tidak merasa dikibuli. Dia cerita bahwa generasi terdahulu tidak kena kecoh. Kalau mereka minum air jeruk, mereka tahu bahwa itu air jeruk dan itu benar berasal dari jeruk. Tapi sekarang? Pada jaman yang dibilang moderen ini orang tidak tahu apa yang masuk ke dalam perutnya. Lidahnya, hidungnya, matanya, semua kena tipu tapi dia merasa tahu, merasa maju dan merasa puas. - Jika anda makan saus tomat, yang dituangkan dari botol yang moderen, maka itu bukan saus tomat. Anda melahap campuran kimiawi yang setetes pun tidak berasal dari tomat biarpun labelnya bergambar tomat matang yang segar. Anda minum orange juice yang bukan orange juice. Orange juice tanpa orange. Perihal komposisinya kita tidak tahu. Dia masih terus bersemangat dan memberikan semacam saran. -- Begini. Cantumkan isinya pada label seperti yang berlaku pada obat-obatan. Kalau itu obat pilek tertentu orang lalu tahu bahwa tablet itu mengandung paracematol sekian mg, phenacetin sekitar mg, caffeine sekian mg dan seterusnya. Tetapi apa pengusaha saus dan minuman mau melakukan ini? Tidak mustahil pengecohan ini semakin parah di masa mendatang. Lalu pembicaraan dialihkannya kepada hasil hutan. Secara santai dia kemukakan bagaimana kita tidak sepenuhnya mengembangkan potensi yang ada. -- Anda tahu bagaimana cantiknya rotan, bagaimana kuatnya rotan. Serbaguna dan punya potensi yang begitu besar untuk berbagai usaha kerajinan. Pengolahannya juga tidak memerlukan pabrik yang rumit. Klop dengan padat karya. Tapi apa yang terjadi? Dahulu nenek moyang kita mengambilnya dari hutan, sekarang pun kita ambil dari hutan. Dahulu tumbuhan liar dan sekarang pun tumbuhan liar. Dalam usaha modernisasi, sudah banyak kita dirikan universitas. Sudah banyak ahli dihasilkan di dalam negeri dan di luar negeri. Tetapi, apakah ada seorang ahli di negeri anda dan di negeri saya yang tahu bagaimana caranya menanam rotan? Tidak ada. Akar rotan tidak kena sentuhan modernisasi. Sementara itu label-label kaleng dan botol terus mengecoh. Dia tersenyum lagi dengan tenang. Kopi dalam cangkir sudah habis dihirup dan kini tibalah waktunya untuk berjabat tangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus