Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marginalia

Sosialis sama dengan kapitalis

Novel the invankiad dari vladimir voinovich, mengisahkan tentang pengganti sosialisme dengan birokrat tulen. tidak ada bedanya sosialis dan kapitalis, melayani baik-baik dukungannya agar tetap berkuasa.

10 Oktober 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REPOTNYA sosialisme, kata penyair Oscar Wilde, ialah terlalu banyak malam. Sosialisme memang memustikan kerja tambahan. Kapitalisme boleh tidur-atau iseng--setelah pukul 21: sistem ini percaya, bahwa jika tiap orang mengejar kepentingannya sendiri, suatu "tangan yang tak terlihat" akan Insya Allah membangun masyarakat yang sejahtera. Tapi bagi kaum sosialis, "tangan yang tak terlihat" itu cuma sebuah takh.yul. Karena itulah mereka, dengan api di hati dan asap di rokok, merancang. Pembangunan sosialis--seperti kita ketahui sejak di bangku kuliah -- ialah pembangunan dengan rencana. Itu berarti orang perlu berdiskusi, berapat, pungut suara, gebrak meja, bikin program, mengetik makalah dan lain-lain. Sosialisme memang nampaknya membutuhkan lebih banyak kata. Ketika Engels menengok Marx di Paris di tahun 1844, dia sebenarnya cuma mau manmpir sebentar ternyata kedua bapak sosialisme itu ngomong sampai 10 hari. Beratus tahun kemudian, Mao mensosialiskan Cina. Sejak itu para buruh harus banyak ikut rapat penataran dan indoktrinasi sepulang kerja sore hari. Agaknya memang teramat sulit untuk mempertahankan anggapan, bahwa manusia --juga kaum proletariat yang helat itu--bisa dengan sendirinya melangkah ke "jalan yang benar". Pikiran hrus selalu dikoreksi. Ideologi diajarkan. Contohnya setelah Mao mangkat. Deng Xiao-ping muncul. Deng Xiao-ping menggantikan puritanisme ideologi dengan pragmatisme. Deng Xiao-ping menggantikan rapat indoktrinasi dengan sistem bonus untuk buruh. Artinya, bila si Liu atau si Chen dan regunya berhasil meningkatkan produktivitas di pabrik tempat mereka bekerja, mereka akan dapa uang tambahan--bukan cuma pujian sebagai pengabdi sosialisme. Tapi akibatnya mencemaskan. Harian Rakyat, koran resmi di Beijing itu, sekitar Maret yang lalu memuat satu tulisan yang memperingatkan: semangat mengejar bonus itu telah "menggerogoti ideologi orang-orang," dan "menggalakkan segelintir oknum untuk jadi mata duitan." Peringatan dalam Harian Rakyat juga tertuju ke sudut lain yang tak kurang pentingnya. Semangat mengejar bonus, begitulah di sana dikatakan, telah "merintangi persatuan intern antara tetangga dan pekerja." Sebab, siapa pun mafhum: sistem bonus pada akhirnya memang sistem yang menggarisbawahi semangat untuk mementingkan diri sendiri. Dan jika begitulah jadinya apa bedalniya sistem sosialis dengan sistem kapitalis? Sosialisme sudah tentu satu hal dan kapitalisme hal lain. Tapi yang menyedihkan ialah bahwa sosialisme juga ternyata--dengan atau sonder sistem bonus--melahirkan sejumlah Ivanko. Ivanko bernama lengkap Sergei Sergeevich Ivanko. Dia tokoh novel The Ivankiad dari Vladimir Voinovich, pengarang lucu yang suka merepotkan pemerintahnya itu. Adapun Ivanko adalah sebuah bantahan terhadap anggapan orang Barat: tak benar bahwa Uni Soviet kini diperintah oleh orangorang yang ortodoks pandangannya dalam faham komunisme. Karena Ivanko, bukanlah tokoh seperti itu yang "memegangijenggot Marx dengan satu tangan, dan membuka-buka halaman Das Kapital dengan tangan lain . . . " Ivanko adalah "satu tokoh tipe baru". Tokoh tipe lama, orang ortodoks dan dogmatis itu, "telah mati diam-diam dan dikuburkan tanpa penghormatan". Penggantinya sebaliknya adalah dia, sang birokrat tulen. "Satu-satunya ideologi yang dia puja adalah kepuasan maksimum kebutuhan pribadinya . . ." Jadi apa artinya dia bagi sebuah negeri sosialis Artinya besar. Sosialisme sebagai sistem toh membutuhkan para birokrat. Bahkan lebih dari sistem yang percaya kepada "tangan yang tak terlihat," sosialisme amat tergantung pada mereka. Voinovich mengatakan bahwa Ivanko itulah 'yang membutuhkan sistem Uni Soviet, tapi agaknya pendapat itu tak lengkap. Sebab semua pemerinuh, sosialis ataupun kapitalis, melayani baik-baik kelompok yang dukungannya dianggap paling penting untuk menjaga diri tetap berkuasa. Kelompok itu mungkin para intel, atau para birokrat, para pengusaha, atau para ulama. Bagi merekalah bagian kue yang terbesar: Apa boleh buat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus