Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sejumlah pemengaruh di media sosial mempraktikkan flexing dan mempromosikan cara agar kaya mendadak melalui Binomo ataupun platform opsi biner lain.
Di dunia pemasaran, flexing alias suka pamer bukan siasat baru.
Pada tingkatan yang lebih ringan, kasusnya mungkin hanya mempromosikan saham tertentu, tapi berpotensi terjadi benturan kepentingan.
PARA penyilap dunia digital mempraktikkan ilmu pemasaran “melihat dulu baru percaya”. Di dunia maya, mereka menampakkan diri sebagai sosok idaman: muda kaya raya. Penampilan yang menyilaukan sebagian kalangan itu merupakan umpan buat menjerat calon mangsa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kita bisa melihatnya pada Indra Kesuma alias Indra Kenz, pemuda 26 tahun asal Medan. Ia mengagulkan kekayaannya dengan memajang foto harta bendanya di media sosial. Indra juga membuat buku berjudul Terlahir Miskin = Privilege yang berisi cara dia meraih kesuksesan. Di dunia pemasaran, flexing alias suka pamer bukan siasat baru. Dengan menunjukkan itu semua, boleh dibilang Indra sedang mengirimkan sinyal agar orang lain mengikuti jejaknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia pun dengan mudah menggaet orang yang ingin cepat kaya dan kurang melek literasi keuangan untuk membiakkan uang melalui Binomo, platform binary option atau opsi biner yang gencar ia promosikan. Apalagi ia meyakinkan bahwa Binomo adalah platform investasi yang legal—padahal tidak. Dengan mengeklik tautan yang dibagikan, secara otomatis orang-orang yang terjerat menjadi anggota jaringan di bawah Indra.
Yang tak diketahui pengikutnya: Indra sedang menjalankan pemasaran afiliasi. Ia mendapatkan 70 persen dari uang yang ditanamkan, tak peduli downline-nya untung atau rugi. Berikutnya: Binomo bukanlah platform trading, melainkan judi berkedok investasi. Cara kerjanya memang dengan bertaruh. Nasabah diminta menebak harga mata uang, saham, ataupun emas naik atau turun dalam periode waktu tertentu. Maka polisi pun membidiknya dengan tiga sangkaan sekaligus: mempromosikan judi, menipu, dan mencuci uang.
Indra Kenz bukan satu-satunya pemengaruh yang menawarkan jalan pintas. Sejumlah pemengaruh di media sosial mempraktikkan flexing dan mempromosikan cara agar kaya mendadak melalui Binomo ataupun platform opsi biner lain. Ada yang sampai menjadi afiliator seperti Indra, ada yang sekadar mengiklankan platformnya. Tapi keduanya sama-sama menjerumuskan orang. Mereka tak lagi mempedulikan nilai-nilai moral dan hukum dalam mencari uang.
Pada tingkatan lebih ringan, kasusnya mungkin hanya mempromosikan saham tertentu. Para pemengaruh tidak menyadari bahwa yang dilakukan mereka menyalahi etika, bahkan bisa melanggar aturan “informasi orang dalam” di pasar modal. Ini seperti yang dilakukan Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, ketika mencuit tentang saham sebuah emiten. Bagaimanapun, dia punya akses kepada pembuat kebijakan. Walau pokok soalnya berbeda dengan Indra Kenz, potensi benturan kepentingan tersebut tidak boleh dianggap sepele.
Dalam kasus Indra dan sejenisnya, sebenarnya pelaku ataupun korbannya adalah orang-orang yang tersirep propaganda ekonomi digital. Perekonomian ini digembar-gemborkan memberikan peluang besar bagi generasi muda untuk mereguk kesuksesan, termasuk di sektor finansial. Presiden Jokowi sendiri yang merayu anak muda agar terjun ke ekonomi digital dan menjadi investor retail di pasar modal. Tapi peluang kue ekonomi yang menanti untuk disantap menyebabkan pragmatisme kian jamak. Pada gelombang ini, pemuda-pemuda seperti Indra Kenz menemukan ceruk pasarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo