Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lie Charlie
SIMAKLAH kata terkendala. Kata ini sering digunakan di berbagai media. Bisakah kita meletakkan awalan ter di depan kata kendala? Juga kata tersolusi, bisakah kita menggunakannya dalam sebuah kalimat, seperti yang kerap muncul? Pembentukan kata terkendala dan tersolusi sebetulnya kurang mengindahkan kaidah bahasa Indonesia. Awalan ter dalam bahasa Indonesia tidak lazim dilekatkan pada kata benda, kecuali dalam beberapa kasus turunan khusus. Kendala dan solusi sama-sama kata benda.
Mengapa penutur bahasa Indonesia bisa terinspirasi menggunakan kata terkendala atau tersolusi? Tampaknya, itu terjadi lantaran kita sering mengartikan awalan ter sebagai pembawa makna ”kena, mendapat, memperoleh, atau menemui”. Tertuduh artinya kena tuduh, terpanggil artinya mendapat panggilan, terpukul artinya memperoleh pukulan, dan terhambat artinya menemui hambatan. Maka terkendala ditafsirkan berarti mendapat atau menemui kendala, dan tersolusi berarti memperoleh solusi. Padahal kata-kata tuduh, panggil, pukul, dan hambat adalah kata kerja.
Karena memang kurang tepat pembentukannya, kata terkendala dan tersolusi patut ditinggalkan. Pilihan untuk menggantikan kata terkendala dan tersolusi cukup banyak, baik dalam bentuk kata yang sama-sama berawalan ter maupun dalam bentuk lain. Kata terkendala dapat disubstitusi oleh kata terhambat atau terintangi, dan kata tersolusi dapat ditukar dengan kata teratasi atau terselesaikan.
Saya kira penutur bahasa Indonesia sudah kenal betul dengan makna kata-kata pengganti terhambat, terintangi, teratasi, dan terselesaikan tersebut, tapi memang sengaja mencari dan ingin memakai bentuk kata lain untuk mengungkapkan makna yang sama supaya bahasa yang dipakai terkesan lebih bervariasi saja.
Bagaimana dengan bentuk terobsesi, tersapu, dan terpesona, umpamanya? Bukankah obsesi, sapu, dan pesona adalah kata benda? Kata terobsesi tergolong bentuk yang relatif baru. Mengacu kepada kaidah bahasa Indonesia di atas, kata ini pun sebaiknya jangan dipakai lagi karena pembentukannya kurang dapat diterima. Untuk kata tersapu, pembentukannya sudah benar. Kata sapu dalam bahasa Indonesia, selain berkategori kata benda, sekaligus masuk golongan kata kerja. Jadi kata tersapu dibentuk dari kata kerja sapu, bukan dari kata benda sapu.
Kata terpesona diturunkan dari kata sifat memesona, bukan dibentuk dari kata benda pesona. Sebaliknya, perhatikan bahwa tidak ada kata mengendala, mengendalakan, menyolusi, atau menyolusikan. Ada perbedaan hakiki antara kata yang dibentuk dan kata yang diturunkan. Apabila ada kata mengendala, dikendala, mengendalakan, dan dikendalakan, sangat mungkin kata terkendala berterima; tapi kenyataannya tidak demikian. Contoh lain, kita menerima kata terbentuk dan tersudut. Kata bentuk dan sudut memang kata benda, tapi terbentuk dan tersudut diturunkan dari membentuk > dibentuk > terbentuk dan menyudutkan > disudutkan > tersudut.
Jadi, kuncinya, sebelum melekatkan awalan ter pada sebuah kata benda, cobalah pasangkan kata tersebut dengan awalan me atau imbuhan me-kan. Jika berterima, barulah kita dapat menurunkan kata bersangkutan menjadi bentuk berawalan ter. Dalam bahasa Indonesia, awalan ter secara spesifik juga bisa bermakna ”paling” jika dilekatkan pada kata sifat. Awalan ter di sini menjadi ciri kepalingan atau superlatif kata sifat bahasa Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo