Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PANGGUNG itu penuh. Campur-baur 10 bule berkemeja merah dengan 15 pribumi berpakaian hitam. Semuanya bersila. Tangan mereka menggenggam pukul atau alat tabuh yang dalam bahasa Sunda disebut panakol. Berbarengan, mereka menutuk logam-logam gamelan Jawa. Komposisi Kulu-kulu dibuka dengan lembut, pelan, dan mengalir. Sekitar lima menit, permainan ritmis disuguhkan ke hadapan sekitar 120 pengunjung Komunitas Salihara, Jakarta Selatan, Selasa pekan lalu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo