Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahasa

Tuankah Tuhan?

Sebuah pertanyaan menjelanak ke sebuah grup percakapan. Benarkah kata Tuhan berasal dari kata tuan dengan penambahan h? Senyap, pertanyaan itu tak beroleh jawaban.

20 Mei 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tuankah Tuhan?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebuah pertanyaan menjelanak ke sebuah grup percakapan. Benarkah kata Tuhan berasal dari kata tuan dengan penambahan h? Senyap, pertanyaan itu tak beroleh jawaban.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di jagat maya, ada satu pihak yang mengharamkan penggunaan kata Tuhan karena kata itu berkaitan dengan agama lain. Pihak lain menganggap kata itu salah kaprah dan lebih tepat menggunakan kata Allah, meskipun kata ini diklaim sebagai milik pihak pertama tadi. Uniknya, keduanya mendasarkan pendapatnya pada uraian munsyi Remy Sylado.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Remy Sylado menguraikan "sejarah" Tuhan melalui penelusuran terjemahan Alkitab dalam bahasa Melayu. Menurut dia, Leijdecker-lah yang "menemukan" kata Tuhan dari tuan sebagai terjemahan untuk Kyrios dari bahasa Yunani karena dalam terjemahan itu sudah ada kata tuan yang digunakan. Kata itu sejajar dengan kata senor (Portugis), heere (Belanda), seigneur (Prancis), dan lord (Inggris).

Apakah Leijdecker yang pertama menggunakan kata Tuhan atau kata itu sudah digunakan dalam bahasa Melayu sebelumnya? Alkitab terjemahan Leijdecker beraksara Latin diterbitkan pada 1733. Karena itu, untuk mencocokkan keterangan tersebut, dokumen-dokumen sebelum 1733 perlu dirujuk.

Di laman Rijksmuseum terdapat koleksi foto dari jilid muka terjemahan Perjanjian Baru (El Khawlul Jadid) dalam bahasa Melayu. Dalam foto yang bertitimangsa 1731 tersebut termuat kata tuwan dan Tuhan sekaligus. Tidak ada keterangan Injil mana yang dirujuk, tapi angka tahun itu lebih awal daripada penerbitan Alkitab Leijdecker tadi.

Jika berbicara tentang Alkitab, perlu juga menelusuri terjemahan Alkitab sebelum Leijdecker. Pada 1677, Universitas Oxford menerbitkan Alkitab terjemahan Melayu dengan judul Jang Ampat Evangelia derri Tuan Kita Jesv Christi, daan Berboatan derri jang Apostali Bersactï Bersalin dallam Bassa Malayo. Ruyl, yang merupakan pendahulu Leijdecker, menerjemahkan Matius dan Markus dalam Alkitab itu. Markus 1: 3 diterjemahkan Ruyl: "Suaranja siapa ber-pangil dalam utan (jadi) beradirlah jang raja Tuhan, berbetul akan d'jalan-'nja." Silakan bandingkan dengan terjemahan Leijdecker sendiri: "Sawara 'awrang penjaruw dalam padang bel`antara: singgarahkanlah djalan maha besar Tuhan, betulkanlah lurong 2 nja."

Di antara buku-buku paling awal yang membicarakan bahasa Melayu, tercatatlah buku Spraeck ende woord-boeck, in de Maleysche ende Madagaskarsche talen, met vele Arabische ende Turcsche woorden yang disusun Frederick de Houtman. Buku yang diterbitkan pada 1613 itu memuat percakapan berbahasa Melayu. Dalam buku itu, pembaca akan bersua dengan kata seperti Bliefden 'tuhan amba', schepper/God 'Alla', dan heere 'tu'an, entje, quihay'. Sementara itu, Thomas Bowrey dalam A Dictionary English and Malayo, yang diterbitkan pada 1701, mencatat kata-kata God 'Allah', Lord 'a name of God, Taala', Lord God 'Allah Taalah, Tuan Allah', dan lord or master 'tuan'.

Bagaimana dengan teks-teks Melayu yang ditulis orang Melayu sendiri? Dalam teks-teks Jawi, kata tuhan lazim ditulis t-H-n dan tuan ditulis t-w-n. Dalam sebuah makalah, Gallop mengungkap satu surat yang dikirim Sultan Iskandar Muda kepada Raja Inggris, James I, pada Mei 1615. Kata Tuhan muncul dalam surat tersebut: "Raja yang beroleh kelebihan daripada limpah kelebihan Tuhan seru alam sekalian dalam takhta kerajaan Aceh."

Selain itu, Kratz (Archipel, Vol. 17, 1979) mengungkap surat yang ditulis oleh Sultan Johor, Abdul Jalil Riayat Syah. Satu surat dikirim pada 1719 kepada Raja Prancis, Louis XV. Dalam surat tersebut, kata Tuhan mengiringi kata Allah: "Maka masyurlah wartanya itu kepada segala negeri kecil dan besar maka beta pinta kepada Allah subhanahu wa ta'ala Tuhan segala alam...."

Sebuah laman perpustakaan mengunggah surat yang dikirim Raja Brunei kepada seorang kapten Inggris di Jambi. Meskipun tidak ada penanggalannya, surat itu diperkirakan dikirim pada 1615-1679, saat Inggris berada di Jambi. Dalam surat tersebut terdapat kata Tuhan: "Kepada Allah Tuhan alam sekalian dan berkat nabinya alaihimussalaam."

Hikayat Sri Rama, yang satu versi tertuanya bertitimangsa 1633, memuat kata Tuhan. Di halaman pertama hikayat itu: "Maka sahut Rawana, 'Ya tuhanku Nabi Allah, lama hamba sekarang baharu dua belas tahun hamba pertapa demikian itu'."

Dengan penelusuran itu, saya hendak meyakinkan diri sendiri bahwa kata Tuhan dan Allah adalah bagian dari kosakata bahasa Indonesia. Saya akan menggunakan keduanya secara bergantian sesuai dengan pemaknaan kata tersebut sekarang. Saya tidak akan mempertentangkan keduanya hanya untuk membedakan saya dan kamu atau kami dan kalian. l

Asep Rahmat Hidayat
Peneliti di Balai Bahasa Jawa Barat

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus