Wanita Penghibur: Sebaiknya Jepang Juga Memperingatinya

Setelah membaca berbagai berita tentang "wanita penghibur", saya merasa terharu. Ternyata demikian besar korban dan penderitaan yang harus ditanggung oleh bangsa kita ketika dijajah Jepang. Nama seram seperti kenpeitai dan romusha, yang selama ini kita kenal, kini bertambah dengan jugun ianfu. Nama itu telah menjadi mimpi buruk bagi bangsa yang pernah merasakan "bimbingan saudara tua" tersebut. Ironisnya, setiap Agustus, Jepang selalu sarat dengan berbagai peringatan. Namun, peringatan itu lebih mengarah ke "bangsa Jepang sebagai korban Perang Dunia II". Saya malah melihat bahwa peringatan itu sangat menjurus pada "dramatisasi", seolah-olah bangsa Jepanglah yang paling menderita pada Perang Dunia II itu. Mereka lupa bahwa Jepanglah yang telah menimbulkan malapetaka bagi bangsabangsa Asia, khususnya Asia Tenggara. Akibat dari bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki adalah secuil saja bila dibandingkan dengan apa yang dialami oleh kakek dan bapak-bapak kita pada masa pendudukan Jepang. Fakta ini tak dapat dibantah. Maka, saya mengimbau agar peringatan-peringatan "dramatisasi" bulan Agustus di Jepang itu juga memperingati korbannya "saudara-saudara muda" pada masa Perang Dunia II. Memang kita tak perlu mengungkit-ungkit masa lalu, tapi tak berarti kemudian kita harus "mengikis" kenangan buruk itu dari ingatan kita, bukan? Dan yang lebih penting: jangan sampai gelap tersebut terulang. ACHADIAT CM Jakarta Timur