Zakat onh: kesalahan yang bisa dimalkumi

Priiiit, Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) remnya blong. Ia akan memasukkan bola ke dalam gawang dengan menggunakan tangan. Tentu saja penonton di tribun berteriak memenuhi stadion. Masak memandang zakat yang merupakan syariah hubungan manusia dengan Tuhan hanya melulu dari sudut rasional ekonomi. Tentu saja tidak nyambung dan bertemu. Melihat kesalahan ini kita harus memakluminya. Yang memiliki ide ini adalah organisasi para haji, bukan kiai, ulama, atau ustad. Sebutan haji hanyalah sekadar sebutan status sosial yang dikaitkan dengan salah satu ibadah keagamaan. Sebutan atau gelar ini tidak memberikan arti kedalaman seseorang akan pemahaman ajaran agama. Kemampuan melaksanakan haji dari Indonesia lebih kuat memiliki korelasi dengan kemampuan materi daripada faktor lainnya. Walhasil, maklum sajalah bila ada Wak Haji yang berbicara salah mengenai zakat yang sebetulnya tidak sederhana. Hikmah lain yang perlu kita renungkan adalah mempertimbangkan kelangsungan sebutan haji di masyarakat. Menghajikan masyarakat adalah baik, tapi memasyarakatkan sebutan haji ternyata memiliki dampak yang tidak baik. Banyak kita lihat bahwa bentuk formalitas dalam keagamaan dapat mengakibatkan kelalaian substantif umat dalam menjalankan syariat. Kasus zakat ONH merupakan bukti secara tidak langsung bahwa gelar haji sebagai cacat sosial telah kena batunya. SOEN'AN HADI POERNOMO Pasar Minggu Jakarta Selatan