Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

<font size=2 color=#CC0000>Presiden Globe Eropa, Steen Gade: </font><br />COP15 Perlu Kerja Nyata, Bukan Pidato Pemimpin

2 November 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI sebuah pojok lobi lantai satu Folketinget—gedung Parlemen Denmark—yang luas, anggun, berhiaskan aneka lukisan dari abad ke-18, Steen Gade menyandarkan punggungnya. Dia menarik napas sejenak, lalu mengunyah sebutir pir hijau dengan nikmat. Wajahnya yang tenang dan ramah, dengan garis-garis Eropa Utara yang menonjol, terlihat kelelahan pada petang itu, Minggu, 25 Oktober 2009.

Kelelahan memang melanda Steen Gade, 64 tahun, salah satu ”bintang” Forum Legislator Globe di Kopenhagen, pada 24 dan 25 Oktober. Ada 16 raksasa ekonomi dari negara maju dan berkembang dalam forum tersebut. Dan Gade, Presiden Globe Eropa dan Ketua Komisi Lingkungan Parlemen Denmark, tampil sebagai tuan rumah—bersama Sekretaris Jenderal Globe Internasional, Adam C.T. Matthews.

Berdiri pada 1989, Globe adalah Organisasi Legislator Internasional untuk Keseimbangan Lingkungan, yang berfokus pada tiga isu pokok: keamanan energi, tata guna lahan dan perubahan ekosistem, serta ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Steen Gade sejak awal memimpin Globe Eropa.

Gade dikenal sebagai guru dan penulis, politikus, serta pegiat lingkungan yang gigih. Petinggi Partai Sosialis Rakyat Denmark ini bergerak di bidang lingkungan Denmark maupun Eropa selama 18 tahun terakhir.

Di sela-sela acara Forum yang padat, dia memberikan wawancara khusus kepada wartawan Tempo Hermien Y. Kleden. Semua pertanyaan dijawabnya lambat-lambat tapi jelas, dalam bahasa Inggris beraksen Eropa Utara yang kental. Selama perbincangan, beberapa eksekutif Globe bolak-balik menyela, mengkonsultasikan sejumlah draf kesepakatan kepadanya.

Berikut ini petikannya.

Selama Forum Legislator berlangsung, Anda kerap menekankan Seal the Deal Now atau Action, Now! Adakah hal khusus yang hendak disampaikan Denmark atau Globe Eropa melalui pesan ini?

Ajakan beraksi sekarang harus kami gegaskan bila ingin menjadi tuan rumah yang berhasil di COP15. Ini acara besar-besaran (diperkirakan 15.000-an perwakilan 192 negara akan hadir—Red.). Jadi kami harus bergegas bekerja sekarang, bukan nanti-nanti, karena hanya tinggal hitungan hari (COP15 berlangsung di Kopenhagen pada 7-18 Desember 2009—Red.).

Kira-kira apa target Legislator Globe di COP15?

Poin-poin kesepakatan yang bagus tentang pengurangan emisi dunia. Untuk mencapai target ini, yang bergegas bukan hanya Denmark atau Eropa, tapi semua peserta, termasuk Indonesia. Globe hanyalah sebuah organisasi legislator internasional. Kami bukan eksekutif. Jadi yang kami lakukan adalah menyeimbangkan ambisi politis pemimpin negara-negara peserta.

Saya berharap setiap negara mengirimkan kepala negara atau kepala pemerintahan—bukan pejabat selevel menteri. Bila yang hadir pemimpin tertinggi, kelanjutan aksi, termasuk penerapan keputusan-keputusan selepas 2012, dapat dilakukan segera dan definitif.

Partisipasi utama apa yang Anda harapkan dari peserta COP15?

Saya berharap mereka membawa kepentingan dan ambisi-ambisinya dengan catatan: ambisi itu haruslah demi suatu dunia bersama yang lebih baik. Denmark juga ingin semua pemimpin dunia hadir dan aktif bekerja, bukan datang untuk berpidato. Kita tidak perlu pidato. Poin-poin kesepakatan hanya dapat dicapai melalui kerja keras, negosiasi jitu, bukan pidato.

Apa ambisi Denmark?

COP15 adalah kesempatan yang bagus bagi negara-negara kaya peneken Protokol Kyoto untuk mereduksi emisinya. Yang belum meneken Protokol Kyoto pun—semacam Amerika—kami harapkan dapat bersetuju menurunkan emisi. Ambisi Denmark, antara lain, kesepakatan ekonomi karbon rendah bisa dicapai dan diterapkan oleh negara maju dan berkembang.

Anda yakin kesepakatan bagus bisa dicapai di COP15? Sebab, isu klasik pasti akan tetap muncul: siapa harus mulai mengurangi emisi? Apakah negara maju alias penyumbang emisi terbesar dunia atau negara berkembang, seperti Indonesia, yang baru mulai membesarkan industrinya?

Pengurangan emisi ini harus ditetapkan kembali. Kita akan melibatkan negara-negara penanda tangan Protokol Kyoto. Tapi kita juga akan mendesak dengan keras, kita semua harus mendesak, agar Amerika bersedia meneken pengurangan emisi.

Amerika kan tidak menandatangani Protokol Kyoto?

Maka kita bersama harus dengan sungguh mendesak Amerika agar setuju menandatangani kesepakatan pengurangan emisi di COP15. Jika Amerika tak melakukannya, Cina, Brasil, India, Korea Selatan—para macan ekonomi dari negara berkembang—pasti enggan pula memberikan kesepakatan. Akan jadi seperti lingkaran problem yang tak putus-putus.

Lalu apa upaya Denmark sebagai tuan rumah COP15 serta Globe Eropa untuk memutus lingkaran problem ini?

Globe bukan pemerintah, bukan eksekutif. Kami hanya organisasi legislator internasional. Dan Denmark betul menjadi tuan rumah COP15. Tapi upaya memutus lingkaran setan ini bukan hanya tugas Denmark, apalagi Globe. Ini harus melibatkan semua negara di dunia—di COP15. Reduksi emisi bukan isu negara kaya atau miskin. Ini isu bersama dunia, harus dikerjakan bersama-sama.

Anda pernah mendengar pendapat ini: negara-negara berkembang—apalagi miskin—kerap hanya menjadi, maaf, penyerta ”makan pagi negara-negara kaya”? Di Indonesia, ada kalangan berpendapat hasil COP15 akan jalan di tempat….

Ya, ya, saya mendengarnya. Tapi sesungguhnya negara berkembang dan kaya sama-sama punya kesulitan. Salah satu isu yang harus ditetapkan dalam COP15 adalah eksekusi pendanaan negara-negara maju bagi mitigasi deforestasi dan degradasi hutan, termasuk bagi Indonesia. Nah, kesulitan kami, negara maju, adalah menghadapi pertanyaan pembayar pajak: mengapa kita harus memberikan dana mitigasi jutaan euro kepada negara berkembang?

Bagaimana Anda menjawabnya?

Bahwa paru-paru dunia—termasuk yang dihirup oleh pembayar pajak Eropa—harus dipelihara dan dibiayai bersama-sama. Indonesia dan Brasil sebagai penyokong terbesar paru-paru dunia pantas mendapatkan bantuan mitigasi segera. Termasuk Forest Funding Initiatives untuk Indonesia, dan follow-up sejumlah poin dari Bali Map Road. Poin yang hendak saya katakan, kami, negara-negara Uni Eropa, dengan 515 juta penduduk, juga punya kesulitan menjelaskan soal ini kepada warga Uni Eropa.

Berapa yang dihabiskan pemerintah Denmark untuk hajatan COP15?

Sekitar 100 juta euro (sekitar Rp 1,3 triliun)

Apa kompensasi yang diharapkan dari ongkos sebesar ini?

Kebanggaan bahwa kami, rakyat Denmark, mampu menjadi tuan rumah dalam hajatan internasional sebesar ini untuk perubahan iklim dan demi suatu dunia yang lebih baik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus