Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Produksi tahu di Desa Sugihmanik, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, telah berkembang pesat selama 5 tahun terakhir seiring bertambahnya Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Dengan adanya 30 UKM di desa yang terletak di Kecamatan Tanggungharjo tersebut, saat ini produksi tahu menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kandungan protein yang besar pada limbah cair memiliki banyak manfaat, berpotensi merusak sungai jika dibuang tanpa diolah dahulu. Limbah itu juga menghasilkan bau menyengat yang dapat mengganggu lingkungan. Potensi limbah cair itu kemudian digali oleh tim Universitas Diponegoro (Undip) yang berkolaborasi dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Grobogan sejak 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kedua pihak menjalin perjanjian kerja sama (PKS). Salah satu proyeknya berupa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang hasilnya bisa dimanfaatkan untuk biogas. Gas alami ini nantinya dapat dikonversi menjadi listrik.
“Bagaimanapun, hasil listrik dan nyala api terkait dengan kualitas biogas. Biogas yang dihasilkan dipengaruhi oleh kualitas pemeliharaan IPAL,” kata Ninik, sapaan akrab Sri Hartini, melalui keterangan tertulis pada Senin, 18 Maret 2024.
Dalam PKS tersebut, tim Undip diketuai Guru Besar Departemen Teknik Industri dari Fakultas Teknik Undip, Sri Hartini, yang memegang kepakaran Sistem Produksi. Sri mengatakan PKS tersebut meliputi kerjasama penelitian dan pengabdian dosen, industri, dan mahasiswa. Kolaborasi itu juga untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Desa Sugihmanik melalui Green Circular Economy, terutama untuk UKM Tahu.
Proyek itu diawali analisis dampak lingkungan dan perancangan IPAL UKM Tahu di Dusun Sendang Mudal. Pembangunan IPAL untuk 22 UKM didukung melalui program Matching Fund Kerja Sama Dunia Usaha dan Kreasi Reka (Kedaireka) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 2022.
Tahap itu bertujuan mengurangi cemaran air dalam rangka konservasi air dan pemanfaatan digester untuk biogas sebagai energi yang ramah lingkungan. Tim Undip juga memperkuat pengetahuan serta kelembagaan konservasi air dan energi di desa Sugihmanik, mencakup penanaman pohon bersama.
Pada tahun lalu, tim Undip mendaur ulang limbah menjadi produk yang bermanfaat, misalnya dari limbah cair tahu menjadi pupuk organik dan nata de soya, serta limbah padat menjadi kompos.
Selanjutnya, Konversi Biogas untuk Kelistrikan
Untuk mengoptimalkan biogas yang dihasilkan oleh IPAL, Pemerintah Grobogan mengajak tim Undip untuk mengembangkan pemanfaatan biogas. Bentuknya adalah penambahan 5 kompor biogas dan konversi biogas menjadi energi listrik untuk penerangan jalan umum.
Ada juga penambahan digester atau mesin pengaduk limbah tahu dan limbah ternak sapi di sekitar area penelitian. Sri Hartini menggarap pemanfaatan biogas itu bersama beberapa anggota timnya, yaitu Muchammad, Diana Puspita Sari, serta Cahya Setya Utama. Mereka juga menggandeng tim dari Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma), yaitu Suroto Munahar dan Bagiyo Condro Purnomo.
Ninik berharap kolaborasi akademisi dengan pemerintah daerah terus berlanjut, terlebih masih banyak UKM pabrik tahu dan ternak sapi yang limbahnya belum terolah. Pencemaran sungai belum berkurang bila limbah itu belum diatasi.
“Sedikitnya masih terdapat 5 titik (yang limbahnya belum ditangani) di desa Sugihmanik, selain dusun Sendang Mudal,” katanya. “Antara lain sentra UKM Tahu di dusun Ringinsari dan Karangsari, serta sentra ternak sapi di dusun Tegalrejo, Kalitengah dan Karangsari.”