Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Puisi adalah karya seni sastra yang terbentuk dari pikiran dan ekspresi hati penyair yang disusun dengan kata-kata yang indah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Puisi dapat dibuat dalam berbagai tema, mulai dari kehidupan, perjuangan, pendidikan, politik, budaya, sosial, keagamaan, percintaan, hingga alam sebagai wujud syukur terhadap Tuhan Sang Maha Pencipta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir repository.uhamka.ac.id, puisi merupakan kata sastra yang terdiri dari rangkaian kata pilihan, menawan, indah, menyentuh hati, dan mengandung makna mendalam. Lantas, seperti apa contoh puisi tentang alam?
Contoh Puisi tentang Alam
Dikutip dari Buku Antologi Puisi Siswa SD Medan - Binjai: Tuhan Menjaga Alam (2015) dan Buku Antologi Puisi Nono Warnono: Kidung Langit (2021), berikut beberapa contoh puisi tentang alam:
Puisi tentang Alam 1
Judul: Hutanku Masa Depanku
Penulis: Ghina Abiyyah Maharani
=======
Hutan...
Kau sangat berjasa
Tempat sumber oksigen
Untuk kehidupan makhluk hidup
Hutan...
Tempat hidup hewan
Tempat hidup tumbuhan
Dari segala ragam jenisnya
Hutan...
Kini kau tiada
Rusak karena ulah manusia
Yang rakus dan semakin merajalela
Wahai manusia ...
Mari lestarikan hutan
Demi kehidupan
Dan masa depan
Puisi tentang Alam 2
Judul: Hutan yang Malang
Penulis: Jehan Sri Handani
======
Alangkah indahnya dirimu
Kau mempunyai daun yang lebat
Kau berguna sebagai paru-paru dunia
Hutan malangnya nasibmu
Karena orang yang membakar dirimu
Sangat tega dan tidak mempunyai hati nurani
Dia tidak melihat
Begitu banyak orang yang sakit
Dan meninggal
Udara pun menjadi terganggu
Tanah pun menjadi gersang
Banjir melanda kota
Oh, malangnya nasibmu
Puisi tentang Alam 3
Judul: Lingkungan Cermin Kehidupan
Penulis: Shafiyyatul Amaliyyah
======
Lingkungan...
Engkaulah tempat perpijakan
Bagi kami para manusia
Manusia yang tidak tahu apa-apa
Terhadap apa yang dilakukannya padamu
Oh... Lingkungan...
Engkau laksana cermin kehidupan
Cermin kehidupan yang menunjukkan sebuah watak
Watak dari beribu-ribu manusia
Yang bahkan tak mengerti kebutuhanmu
Kau terhampar luas di penjuru dunia
Namun kau terlihat tak lagi sama
Kini waktu berjalan cepat
Keadaanmu terlihat semakin buruk
Padang rumput hijau nan subur
Telah menjelma menjadi kepulan asap nan hitam
Sungai mengalir jernih, bak intan diterpa sinar matahari
Menjelma menjadi sungai cokelat nan deras
Namun bukan cokelat manis nan lezat
Tetapi cokelat yang busuk diterpa kotoran pembuangan
Oh... Lingkunganku...
Roda perekonomian dunia terus berputar
Gedung-gedung pencakar langit dibangun
Muncul barang-barang pintar nan canggih
Untuk membantu kehidupan manusia
Namun bukan untuk membantumu
Manusia terlihat semakin berseri
Sedang keadaanmu makin memburuk
Terima kasih... Lingkunganku...
Aku berjanji suatu saat akan membantumu
Puisi tentang Alam 4
Judul: Kabut Asap
Penulis: Fadira Nur Rahma
======
Ya Tuhan...
Kabut asap di mana-mana
Aku gerah dengan semua ini
Semua karena manusia
Yang mementingkan diri sendiri
Yang mementingkankan kekayaannya sendiri
Karena manusia yang serakah
Membakar hutan-hutan kita
Akhirnya semua orang merasakan akibatnya
Terkena asap yang sangat perih rasanya
Beribu-ribu manusia menderita penyakit
Menderita penyakit yang sangat berbahaya
Padahal mereka adalah orang-orang yang tak berdosa
Bukan hanya asap
Banjir pun ikut melanda kita
Sungguh besar akibatnya
Ya Tuhan...
Kuatkanlah kami
Untuk dapat menahan semua ini
Berilah kami kesabaran
Untuk menunggu kapan asap ini akan berhenti
Ya Tuhan...
Maafkanlah kami
Berikanlah kami jalan keluar
Untuk menghadapi semua ini
Puisi tentang Alam 5
Judul: Oh, Bumi
Penulis: Cut Amanda Azzahra
=====
Makhluk hidup berkeliaran di sudut-sudut bumi
Air laut yang berwarna biru
Daratan yang berwarna hijau
Gedung-gedung pun menjulang tinggi
Sungguh indah dan besar bumi ini
Oh bumi...
Dunia telah berguncang
Memberi tahu kepada manusia bahwa kau telah rusak
Tetapi, kenapa bumi masih sanggup menahan ini
Oh bumi...
Bumi yang semakin rusak
Manusia tidak memikirkannya
Musibah-musibah yang menimpa
Kurasa itu mungkin balasan bumi
Terhadap apa yang dibuat manusia selama ini...
Oh bumi...
Aku berharap tuhan membukakan pintu hati manusia
Aku ingin melihat indahnya dunia ini
Alam yang damai
Mentari yang tersenyum
Yang kukenang di hati
Yang tak pernah kulupakan sampai akhir hayat nanti
Puisi tentang Alam 6
Judul: Temanku Lingkunganku
Penulis: Fetricia Revanie
======
Lingkunganku
Oh lingkunganku
Aku akan selalu menjagamu
Agar bersih selalu
Lingkunganku
Oh... Lingkunganku
Janganlah kau kotor
Janganlah kau rusak
Lingkunganku selalulah bersamaku
Kau menjadi salah satu hakku
Untuk membersihkanmu selalu
Kaulah lingkungan terbaikku
Lingkungan hidupku
Janganlah kau tinggalkanku
Aku berjanji akan selalu menjagamu
Sampai akhir waktu
Aku sungguh menyukaimu
Seperti menyukai ibuku
Terima kasih lingkunganku
Kau telah menjadi teman baikku
Puisi tentang Alam 7
Judul: Lingkungan Hidup Kita
Penulis: Meisya Audreynna Azzahra
======
Temanku...
Marilah kita jaga lingkungan kita
Kita lestarikan lingkungan hidup kita bersama-sama
Karena ini adalah ciptaan tuhan untuk diri kita juga
Allah swt menciptakan ini
Agar kita manusia dapat hidup
Dengan semua kekayaan yang ia berikan
Temanku...
Janganlah kau rusak semua kekayaan alam ini
Karena banyak sekali orang yang memerlukannya
Ketimbang dirimu itu
Temanku...
Mari kita lindungi bersama semua ini
Karena lingkungan hidup adalah tempat kita
Mendapatkan segalanya
Mari kita rawat semuanya ini bersama-sama
Temanku...
Janganlah kau lebih suka
Merusak daripada merawatnya
Karena lingkungan juga memerlukan kita manusia
Untuk bertahan hidup
Temanku...
Janganlah kau hanya mengambil untungnya saja
Tanpa ingin merawatnya karena tanpa lingkungan, hidupmu akan susah
Jadi mari kita rawat
Lindungi dan lestarikan lingkungan hidup
Puisi tentang Alam 8
Judul: Lingkungan yang Indah
Penulis: Afrina Hera Rahma Dini
======
Oh lingkungan...
Kau bagai permata di mataku
Karena kau dunia ini menjadi indah
Oh lingkungan...
Kau sudah menghias dunia ini
Dengan tanaman dan bunga-bunga
Tetapi sayang
Tanaman dan bunga-bungamu
Sering dipetik dan dirusak orang
Sehingga habis
Tetapi aku tidak akan pernah
Membuat bunga dan tanamanmu
Hilang dan layu
Aku akan merawatmu
Sampai mekar dan indah
Karena kau aku hidup
Kalau tidak ada kau
Semua manusia menghirup udara kotor
Dan karena kau
Udara kotor menjadi udara yang bersih
Puisi tentang Alam 9
Judul: Taman yang Menawan
Penulis: Azlia Khaira Putri
======
Kau tampak begitu indah
Tataanmu begitu menawan
Penuh dengan bunga d
An rerumputan hijau
Anak-anak tampak gembira
Bisa berada di taman
Banyak mainan yang menarik
Banyak pula bunga yang mekar
Di taman
Air mancur menjulang tinggi
Pepohonan besar berdaun lebat
Juga pepohonan kecil yang daunnya meliuk-liuk
Diterpa angin
Terdapat pula kolam ikan
Tumbuhan berwarna-warni
Sungguh pemandangan nan menawan
Oh taman...
Begitu menakjubkan
Puisi tentang Alam 10
Judul: Alam untuk Anak Cucu Kita
Penulis: Fouren S. Wijaya
======
Kau yang kini tertawa
Memandikan harta
Duduk dengan santai
Berkawan dengan kemewahan
Dari mana semua kau dapat?
Dari hutan yang kau tebang
Dari hewan yang kau bunuh
Apakah kau tak ingat?
Masih ada anak cucu kita
Yang mau melihat keindahan alam
Dan masih mau menghirup udara segar
Puisi tentang Alam 11
Judul: Halaman Rumahku
Penulis: Kaylanisa Putridefa
======
Bila kulihat halaman rumahku yang indah
Aku sangat senang dan bahagia
Kusiram setiap hari agar tetap subur
Kurawat setiap hari agar tetap indah
Bila halamanku kotor dan gersang
Segera kubersihkan agar kembali indah
Tak kubiarkan layu
Meskipun banyak yang merusaknya
Rumahku menjadi indah dan segar
Karena halamanku kaya oksigen
Suasana di rumah pun menjadi nyaman
Tanaman juga paru-paru dunia
Untuk menghindari pemanasan global
Jaga dan rawatlah halamanmu
Puisi tentang Alam 12
Judul: Bencana Asap
Penulis: Putri Rhamadani
======
Indonesia menangis
Karena kabut asap yang kian meningkat
Memakan korban dengan singkat
Maut datang, secepat kilat
Kematian terjadi di mana-mana
Lingkunganku yang indah
Kini menjadi kotor
Kabut asap menutupi keindahan alam
Alam menjadi sangat kelam
Hidup menjadi semakin susah
Banyak yang sedih
Melihat alam yang kini telah rusak
Dan kematian yang terus menerkam
Oh Tuhan... Tolonglah hambamu
Yang sedang kesusahan
Untuk menghilangkan kabut asap
Agar kami hidup aman dan tenteram
Puisi tentang Alam 13
Judul: Alam Tempat Tinggalku
Penulis: Irine Raka Nabila
======
Alam tempat tinggalku
Memberiku banyak manfaat dan kebutuhan
Hutan memberiku kayu dan segala buah dan sayuran
Hutan juga adalah tempat tinggal
Bagi bermacam jenis hewan
Kini hutan sudah semakin sedikit
Tiada reboisasi menanam hutan di lahan yang kosong
Manusia membakar seluruhnya
Hingga tiada satu pun tumbuhan di lahan itu
Asapnya menyebar hingga ke pelosok dunia
Dan menyebabkan kematian
Sampah yang dibuang sembarangan
Mengakibatkan banjir, pencemaran air, dan tanah
Begitu juga bencana alam meletusnya gunung sinabung
Mengakibatkan kematian yang besar
Aku sedih melihat seluruh peristiwa itu
Dan aku bersumpah
Akan selalu menjaga alam di sekitarku
Puisi tentang Alam 14
Judul: Karena Kabut Asap
Penulis: Irfa Zafira
======
Dahulu, lingkunganku sangat bersih indah dan asri
Kami tidak pernah takut akan lingkungan kami kumuh
Tetapi, sekarang lingkunganku dipenuhi asap
Asap itu disebabkan pembakaran hutan
Aku berpikir bahwa orang yang membakar hutan itu
Tidak mau bertanggung jawab
Teman-teman ayo kita lestarikan hutan kita
Agar negeri ini bersih, indah, dan tenteram
Pasti bapak presiden akan senang
Melihat negerinya bersih
Setelah kabut asap datang melanda negeri ini
Pasti bapak presiden akan mencari
Orang-orang yang membakar hutan itu
Dan akan memenjarakannya
Dan sekarang
Aku harus bangkit
Menghijaukan kembali hutanku
Sebagai baktiku membalas jasa pemuda indonesia
Yang berjuang demi bangsanya
Puisi tentang Alam 15
Judul: Sampah di Mana-mana
Penulis: Regina Akiko
======
Sampah... Sampah... Sampah...
Di mana-mana kulihat kau
Di mana-mana kau ada
Di jalan, di selokan, bahkan di lingkungan rumah
Sampah...
Oh... Sampah
Kau adalah musuh bagi manusia
Kau yang paling tidak disukai
Kau hanya akan menyebarkan penyakit untuk kami
Sampah...
Kau tak akan pernah habis
Kau hanya mencemari lingkungan kami
Baumu busuk
Membuat kami merasa tidak nyaman
Dan kau hanya bisa membawa bencana
Kau yang menyebabkan lingkungan kami menjadi rusak
Siapa yang akan menjaga lingkungan kami
Siapa yang akan membersihkan lingkungan kami
Dan siapa yang akan melindungi lingkungan kami
Oh... Sampah
Puisi tentang Alam 16
Judul: Banjir
Penulis: Nono Warnono
======
Banjir, air meluap
Menghanyutkan (segala) sampah
Merusak perumahan
Sawah, tegalan
Mendadak surut
Lalu kering
Kerugian kasat mata
Banjir global
Memercik amoral
Merusak anak cucu (yang) nakal
Menghantam peraturan
Menghanyutkan kepercayaan
Pergumulan kebudayaan
Rob tak juga surut
Merendam generasi
Amoral dekadensi
“Yaa Rabb”
Puisi tentang Alam 17
Judul: Meranggas
Penulis: Nono Warnono
======
Mengapa alunan dedaunan mudah sirna
Lalu berganti irama
Oleh perbedaan keadaan dan suasana
Ribuan dahan-dahan kering
Melayang daun-daun kerontang
Menjadi nada senantiasa lantang
Mengapa dedaunan berguguran
Bunga-bunga berjatuhan
Tertiup angin di setiap musim
Saat kehidupan semakin menyedihkan
Berusaha menyangga keluhan yang terlahir menjadi
Ratapan
Mengapa bunga-bunga di taman hati
Yang kupelihara dengan teguhnya janji
Terkena tulah layu di taman mimpi
Tanpa daun tanpa berbunga
Meranggas menerbangkan harapan
Puisi tentang Alam 18
Judul: Pelangi
Penulis: Nono Warnono
=======
Semburat indah menarik hati (tatkala) lembayung senja berkelebat
Dihiasi aneka warna yang menarik akal
Lalu segera saja gelap merebut pagi yang berselimut cakrawala
Hati tergugah kaki melangkah tangan bergerak-gerak melambai-lambai
Tanpa guna kecewa meski begitu gerak laku silih berganti mengalir
Gerak laku zaman adalah kuasa Gusti
Manusia semata-mata hanya menjalani
Awal mula kehidupan cakra manggilingan roda yang berjalan
Obsesi ambisi terhitung mengikuti tonggak masing-masing
Gebyar keindahan duniawi jangan sampai membuat silau
Keinginan hati serta tujuan tanpa ikatan (akan) mengusik hati membuat resah
Menggendong bumi meraih bulan memanggul matahari ibaratnya
Manusia menggebu-gebu, terlalu besar keinginan
Merah jingga membara hasrat amarah serakah penuh nafsu
Kuning menyilaukan bergelut dengan belenggu nafsu supiah aluamah
Hijau biru takdir kehidupan telah digariskan bahagia sedih (maupun) sengsara
Keinginan manusia tak tampak akan memberontak
Sungguh menuju suatu hari putih suci tatkala kalbu telah bersatu dengan
Gusti
Puisi tentang Alam 19
Judul: Semilir Angin
Penulis: Nono Warnono
=======
Ibarat semilir angin kahyangan yang bersenandung
Bertabur janji-janji harum menyeruak
Samudra malam (mengalunkan) ombak riak-riak mimpi
Ditemui, esok akan ditemui
Lekas, itu hanya kata-kata manis
(sebab) kehidupan (yang) penuh beban
Seolah semilir angin kahyangan yang digubah
Terdengar iramanya mendayu-dayu memberi penghiburan
Pendek kata hancur lebur
Diselingi tangis mendayu-dayu yang merobek-robek pikiran
Jerit mengaduh tanpa putus
Rakyat menjadi pembenci
Dihempas angin lesus yang bergulung
Pada rumput teki yang tersampar sandung
Tangis jiwa yang saling menyayat
Kahyangan hanyalah bayangan
Tanpa kebijaksanaan
Puisi tentang Alam 20
Judul: Pohon-Pohon Kering
Penulis: Nono Warnono
=======
Dahulu daun-daun rimbun menggantung
Bagaikan tanda sebagai tempat pengayoman di tengah kehidupan
Meneteskan keteduhan yang memberikan ketentraman bagi rumput-rumput teki
Meski sinar mentari direbut
Alang-alang yang merdeka, kepahitan diterima bagaikan kenikmatan
Dahulu, pohon-pohon tinggi meraih angkasa
Manunggal bersatu melebur tampak angker membuat enggan
Seribu angin tak akan mampu menggulingkan akar-akarnya yang mencengkeram erat
Angin lesus timur-barat tak mampu mendekat
Kini semua itu telah menjadi cerita lalu yang mengandung misteri
Dahulu pohon pohon tampak sangar penuh hantu menakutkan
Duri-duri tajam saling menganga mengerikan
Tak ada aneka hewan yang mampu merasuk berkeliaran di dalamnya
Dibatasi burung-burung kesayangan yang menjadi hiasan
Meski tikus-tikus wirok membawa mangsanya
Kini daun-daun telah kering
Saling jatuh berserak terinjak oleh gerak laku waktu
Pohon-pohon besar telah roboh digulung keadaan
Duri belukar telah sirna, terbang ditempuh angin zaman
Dan tikus-tikus yang bersembunyi
Pilihan Editor: Seperti Perjalanan dalam Novel dan Baju Model Pukul 09.30