Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

3 Penyakit Ini Sebabkan Budidaya Cabai Gagal Panen

Gagal panen yang dialami oleh beberapa petani cabai disebabkan 3 penyakit ini. Kegagalan budidaya cabai membuat kelangkaan cabai.

28 Mei 2021 | 16.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petani menunjukkan cabai rawit yang rusak di Desa Montok, Larangan, Pamekasan, Jawa Timur, 6 Januari 2017. Dalam sepekan terakhir harga cabai rawit di Madura naik dari Rp80.000 per kg menjadi Rp100.000 per kg karena sebagian besar tanaman tersebut gagal panen akibat faktor cuaca. ANTARA FOTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gagal panen yang dialami oleh beberapa petani cabai di tanah air saat budidaya cabai beberapa bulan ke belakang berdampak pada melonjaknya harga komoditas tersebut. Gagal panen budidaya cabai biasanya disebabkan oleh keadaan alam seperti banjir atau bahkan kemarau panjang. Selain itu, beberapa penyakit tanaman yang menyerang cabai juga turut bertanggungjawab atas kegagalan panen budidaya cabai yang dialami oleh petani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Savary, mengutip dari penjelasan Strange dan Scott dalam jurnalnya mengatakan hama dan penyakit tanaman merupakan faktor kunci yang mempengaruhi ketahanan pangan secara global, ketimbang pengaruh bencana alam. Faktor tersebut diperparah dengan ketidaktahuan petani akan hama dan penyakit tanaman, sehingga penyebaran dan penanggulangan baru dicari setelah tanaman rusak parah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di antara banyaknya penyakit yang menyerang tanaman cabai, penyakit antraknosa yang disebabkan oleh spesies Colletotrichum, layu bakteri oleh Psuedomonas solanacearum dan penyakit virus seperti infeksi chilli veinal mottle virus (CVMV) paling merugikan budidaya cabai.

1. Antraknosa

Salah satu penyakit tanaman yang menyerang budidaya cabai yang paling ganas dan susah diatasi adalah antraknosa. Penyakit tanaman ini disebabkan oleh jamur Colletotrichum spp. yang menginfeksi tanaman melalui kontak langsung baik melalui media tanaman maupun kontak dengan benda lain, parahnya jamur ini secara alami mendiami tanah jadi cukup sulit untuk melakukan pembasmian.

Gejala khas serangan penyakit tanaman ini pada cabai ditandai dengan jaringan nekrosis mencekung dan berubah warna menjadi kecokelatan kemudian menghitam dan membusuk. Serangan dapat terjadi mulai dari tahap cabai berbunga hingga berbuah. Cuaca yang dingin dan basah adalah kondisi yang nyaman untuk jamur ini, jadi saat musim hujan petani harus waspada terhadap serangan Colletotrichum spp.

Penyakit antraknosa ini setidaknya telah menyebabkan kerugian tahunan di India pada 2014 lalu sekitar 29.5 persen, atau 491.67 juta dolar AS. Selain di India, negara penghasil cabai yang juga mengalami dampak dari ulah jamur Colletotrichum spp. Yaitu Vietnam dan Korea.

Faktor lingkungan yang basah memainkan peran penting dalam menentukan tingkat dan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh jamur ini. Dalam studinya, Agrios menarik kesimpulan bahwa patogen atau parasit penyebab penyakit dan dukungan kondisi cuaca menyebabkan munculnya penyakit. Itulah mengapa penyakit antraknosa pada cabai umumnya paling banyak ditemukan di negara tropis dan sub tropis yang cenderung basah dan lembab. Intensitas dan durasi curah hujan, kelembaban, dan cahaya di negara tropis seperti Indonesia adalah rumah yang nyaman bagi Colletotrichum spp.

Infeksi lanjut pada buah biasanya ditandai dengan lesi atau pecahnya jaringan kulit tanaman berupa, bintik-bintik kecil berwarna hitam pada cabai yang menyebar ke kulit cabai seiring pertumbuhan, dan akan terlihat di permukaan cabai saat cabai mulai berubah warna. Bila diamati di bawah mikroskop, bintik-bintik hitam ini sebenarnya merupakan konidia, bentuk jamak dari konidium, yakni spora jamur. Patogen jamur ini kemudian membentuk skletoria mikro untuk melanjutkan siklus hidup, skletoria ini selain bertahan di permukaan kulit cabai juga dapat “menyelinap” ke dalam bijinya. Skletoria kemudian akan tumbuh menjadi jamur ketika lingkungan hidup memadai dan mendapatkan inang baru.

Patogen Colletotrichum spp. menginfeksi semua bagian tanaman inang, termasuk batang dan daun. Lesi pada batang dan daun tidak jauh berbeda pada buah, muncul sebagai bintik kecil coklat keabu-abuan yang mencekung dengan tepi gelap, selanjutnya perkembangan acervuli atau kondisi rusak akibat jamur yang berupa lingkaran melebar dan layu pada bagian tengah, membentuk cincin konsentris yang dapat dengan mudah dilihat.

2. Penyakitlayu

Sementara penyakit layu pada tanaman cabai disebabkan bakteri Psuedomonas solanacearum, yang biasanya menyerang dan menginfeksi akar, batang, tunas dan daun cabai. Pseudomonas solanacearum yang menginfeksi akar akan menyebabkan akar tanaman membusuk, sehingga tanaman akan layu karena pemasok unsur hara dalam tanah telah mati. Bakteri ini biss menyebar melalui air, peralatan pertanian dan bahkan manusia. Kondisi tanah yang terlalu basah dan lembab merupakan rumah yang nyaman untuk Pseudomonas solanacearum berkembang biak, dan dapat menyerang tanaman cabai dari pembibitan sampai tanaman berbuah.

Serangan awal Pseudomonas solanacearum pada cabai ditandai dengan layunya bagian tanaman, mulanya hanya bagian tertentu seperti daun, baik pucuk, tunas, maupun daun tua. Kemudian tanaman yang terinfeksi bakteri ini akan layu secara keseluruhan dan mati. Terkadang tanaman cabai juga layu karena intensitas cahaya matahari yang berlebih, untuk membedakan apakah tanaman cabai kayu karena matahari atau bakteri ini yaitu apabila tanaman tetap layu di pagi hari, sudah dipastikan itu merupakan serangan Pseudomonas solanacearum.

Jika tanaman cabai yang terinfeksi bakteri ini dicabut, akan didapati akar yang membusuk berwarna kecoklatan. Saat musim hujan, petani harus waspada terhadap serangan Pseudomonas solanacearum, mengingat patogen ini menyukai kondisi lembab dan berair. Jika sudah terinfeksi bakteri ini, terutama pada bagian akar, tanaman jarang bisa tumbuh atau hidup kembali.

Selain disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum, layu pada tanaman cabai juga bisa terjadi oleh infeksi cendawan Fusarium oxysporum. Sama halnya dengan bakteri Pseudomonas solanacearum, olah cendawan ini dapat mematikan cabai sehingga mustahil disembuhkan atau diobati. Bedanya, cendawan ini tidak mengenal cuaca, sehingga dapat menyerang cabai kapan saja, baik musim panas ataupun musim hujan. Namun kondisi terbaik Fusarium oxysporum untuk berkembang biak adalah saat musim hujan karena kondisi lembab dapat mempercepat pertumbuhan jamur makro. Sementara itu air juga dapat membantu cendawan ini menyebar dengan mudah baik melalui permukaan tanah maupun dalam tanah.

Indikasi tanaman cabai terinfeksi jamur ini yaitu tanaman akan layu pada siang hari dan segar kembali menjelang malam hari, kondisi ini akan terus terjadi hingga beberapa hari dan berakhir dengan tanaman mengering dan mati. Hal ini disebabkan akar tanaman yang terserang Fusarium oxysporum akan membusuk dan berubah kecokelatan.

3. Chilli veinalmottlevirus

Selain jamur dan bakteri, penyakit yang bisa merusak budidaya cabai juga bisa terjadi akibat infeksi virus yaitu Chilli Veinal Mottle Virus atau ChiVMV yang biasanya dibarengi dengan infeksi CMV. Indikasi tanaman cabai yang terkena serangan virus ini yaitu ditandai dengan daun atau buah yang mengerut atau mal formasi akibat gejala belang dan mosaik berat. Virus ini biasanya menumpang serangga vektor A gossypii atau kutu daun untuk menyebar dan menginfeksi tanaman lain. Saat kutu daun hinggap pada tanaman yang terinfeksi, Chilli veinal mottle virus dapat menempel hanya beberapa detik kemudian saat serangga vektor ini hinggap di tanaman, virus ini mendapatkan ladang baru untuk berkembang biak. Tanaman cabai yang terserang akan mengerdil karena terhambat pertumbuhannya, batang dan daun akan mengerut dan tampak kaku, serta buahnya pun akan mengalami hal yang sama.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus