Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Sumedang Jadi Daerah Paling Sering Disambar Petir di Jawa Barat 2024, Ini Data BMKG

BMKG mencatat sebanyak 10.352.209 sambaran petir di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya sepanjang 2024.

2 Januari 2025 | 22.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi hujan badai petir. Pixabay

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 10.352.209 sambaran petir di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya sepanjang 2024. Kejadian sambaran petir terbanyak pada November, sementara daerah yang paling 'ramai' sambaran itu adalah Sumedang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu, aktivitas petir sepanjang November mencapai 3.268.683 kali. Jumlanya itu hampir 90 kali lipat dari kejadian pada Agustus yang tercatat sebanyak 36.787 kali, atau yang paling 'sepi'.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari peta sebaran petir BMKG tampak pola yang membentuk seperti bunga atau baling-baling berbilah empat. Konsentrasi sambaran petir berada di tengah wilayah Jawa Barat dengan titik tengahnya di utara Bandung hingga ke Subang, lalu timur ke Sumedang, barat ke wilayah Kabupaten Bandung Barat, dan selatan ke sebagian Kabupaten Bandung.

“Sambaran petir tertinggi selama 2024 terjadi di Kabupaten Sumedang dengan total 2.223.239 kejadian,” kata Rahayu lewat keterangan tertulis, Rabu 1 Januari 2025.

BMKG menjelaskan, petir merupakan gejala listrik alami dalam atmosfer bumi yang tidak dapat dicegah dan terjadi akibat lepasnya muatan listrik baik positif maupun negatif yang terdapat di dalam awan. Petir hanya terjadi pada awan yang sudah mencapai taraf matang.

Awan yang sudah mencapai taraf matang secara umum akan membentuk dua batas lapisan utama elektrifikasi. Pada bagian atas terkonsentrasi medan listrik positif sebagai akibat adanya proses konveksi updraft yang menyebabkan awan bergerak ke atas dan melebihi tingkat pembekuan hingga menjadi kristal es.

Sementara pada bagian bawah terkonsentrasi medan elektrik negatif sebagai akibat adanya proses konveksi downdraft yang menyebabkan butiran-butiran es yang lebih berat bergerak ke bagian bawah awan.

Berdasarkan tempatnya, jenis petir terbagi menjadi tiga. Pertama, petir intra cloud (PIC) yang memiliki mekanisme  pelepasan muatan listrik dalam satu awan. Kedua, petir cloud to cloud (CC), merupakan mekanisme pelepasan muatan listrik antara awan dengan awan. Ketiga, petir cloud to ground dengan mekanisme pelepasan muatan listrik dari awan ke bumi (CG).

Petir CG lalu dibedakan lagi, ada yang berjenis negatif yang terjadi akibat pelepasan muatan listrik negatif dari dalam awan menuju ke permukaan bumi. Petir CG- menghantarkan muatan negatif ke permukaan bumi dan memiliki hubungan dengan curah hujan konvektif.

Sedangkan petir CG+ terjadi akibat pelepasan muatan listrik positif di bagian atas awan menuju ke permukaan bumi. Petir CG+ menghantarkan muatan positif dan memiliki hubungan dengan keberadaan awan Cumulonimbus.

"Petir dengan jenis CG merupakan petir yang paling berbahaya dikarenakan bersinggungan langsung dengan aktivitas manusia," kata BMKG.

Anwar Siswadi

Anwar Siswadi

Kontributor Tempo di Bandung

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus