Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Ada arsitek mendisain kampung

Para arsitek dari 23 negara berdiskusi di hi, membahas masalah urbon villages/perkampungan kota. agar lingkungan hidup orang miskin di kota tidak terlalu buruk. (ling)

6 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BILA disuruh mendisain gedung tinggi, atau suatu kota modern sekalipun, para arsitek dari 23 negara itu yang berkumpul di Bali Room Hotel Indonesia Sheraton pasti mengatakan: "Itu gampang, bukan soal." Problim bagi mereka ialah Urban Villages atau perkampungan di kota, seperti yang banyak dijumpai di negara berkembang umumnya. Dan itulah tema diskusi mereka selama 4 hari dua pekan lalu. Terutama bagi arsitek Indonesia, tema itu masih baru. "Mana arsitek kita yang sudah pernah mendisain kampung?" tanya Bianpoen, pejabat (PPMPL) DKI yang aktif menyelenggarakan seminar itu. Mereka melanjutkan pertemuan Kelompok Kerja Habitat di Cekoslovakia tahun 1976. Ikatan Arsitek Indonesia menjadi anggota kelompok itu. Perkampungan di kota terjadi umumnya akibat arus perpindahan dari desa-sering disebut urbanisasi. Umpamanya penduduk Bangkok, menurut arsitek Arporn Chanchareonsook, meningkat dengan 6,82% setahun, dibanding 3,64% di seluruh Thailand. Yona Friedman, arsitek tersohor dari Perancis, mengupas persoalan ini bagi arsitektur dan lingkungan. Jean Henri Calsat, juga dari Perancis, yang menjabat sekretaris kelompok itu, mengiringi pembahasannya dengan slides yang menggambarkan gumpalan awan, padang luas, pohon serat dengan sinar dan angin lembah sungai dan binatang. "Tidak perlu kita memaksakan formula," kata Calsat. "Penanganan wilayah tertentu tergantung pada karakter fisik benda maupun daerahnya." Tapi perencanaan pemukiman bagaimana yang sesuai Profesor Koentjaraningrat dari FS-UI mengemukakan bahwa bagi mayoritas orang Indonesia, rumah yang dikotak-kotak dengan pagar tinggi dan menjaga kehidupan pribadi tidak terlalu dihargai. "Fungsi rumah bagi orang Indonesia hanya untuk istirahat, masak dan makan. Sebagian besar kegiatannya berada di luar," katanya. Arsitek F. Silaban yang mendisain Mesjid Istiqlal melihat segi yang sama. "Biar bagaimanapun, rumah tersederhana pun di kampung mempunyai emper. Orang belum akan masuk ke rumah kalau belum tidur," kata Silaban. Bagi banyak peserta asing persoalan ini masih baru. Maka seminar ini dianggap berhasil, meskipun hasilnya kurang spesifik. Setidaknya, demikian Robert van der Hoff dari Centre for Human Settlements di Nairobi, seminar ini menimbulkan kesadaran akan masalah Urban Villages dan mewujudkan iktikad positif untuk menanggulanginya di masa depan. Van der Hoff yang kini ditempatkan di Burundi datang ke seminar itu sebagai pengamat. Ia menyatakan ingin bekerja di Indonesia karena "ikatan sentimentil" melalui isterinya yang orang Indonesia. Tapi sebagian peserta lokal menyangsikan seminar begini bermanfaat bagi Indonesia. Jakarta sudah cukup berpengalaman, umpamanya, dengan proyek MHT untuk perbaikan kampung. Menurut Bianpoen, sekitar 60% areal Jakarta merupakan pemukiman kampung di kota. Kampung itu menampung 80% penduduk ibukota. Sering perbaikan ini tidak menyentuh perbaikan kondisi sosial penduduk setempat. Fasilitas yang sudah dibangun tidak mereka rawat. "Banyak hal memang (dalam seminar itu) sudah diketahui dan.dilaksanakan oleh DKI," komentar Suwondo B. Sutejo, dosen FT-UI. Namun dianggapnya ada hal baru yang masih perlu difikirkan di sini. Dari peserta asing dalam seminar itu, seperti Rubalcava dari Meksiko dan Friedman dari Perancis itu, juga lahir gagasan baru. Mereka pernah lama berkecimpung membantu orang miskin supaya lingkungan hidup mereka di kota tidak terlalu buruk. Suwondo terutama tertarik pada rekomendasi seminar ini supaya penduduk perkampungan di kota jangan dianggap sebagai beban, atau sebagai penduduk kelas dua, tapi anggaplah mereka itu juga mempunyai potensi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus