TAHU apa artinya POMSI? Ini singkatan dari Persatuan Olahraga
Merpati pos Seluruh Indonesia.Lengkapnya POMSI Langlang Buana.
"Dan panitya SEA Games telah meminjam burung dara kami untuk
upacara pembukaan," ujar Lim Hok Leng (65 tahun), yang jadi
Sekretaris Jenderal POMSI. Ada 1.000 ekor burung diperlukan
dalam upacara itu, pinjaman dari anggota-anggota organisasi ini.
Hok Leng, telah 25 tahun lamanya menggemari burung merpati pos
ini. Bahkan sejak duduk di sekolah dasar, dia sudah tergila-gila
akan burung merpati pos.
Di kawasan Jakarta, anggota POMSI baru 60 orang. Seluruh
Indonesia sekltar 100 orang. Kalau dibandingkan dengan luar
negeri, keanggotaan di Indonesia belum seberapa. Di Belgia
misalnya, ada ribuan klab merpati pos, demikian juga di Amerika
Utara dan Belanda. Di Inggeris bahkan ada majalah khusus
mengenai merpati pos ini dengan nama Racing Pigeon Pictorial Di
Belanda, ada Neerlands Postduiven orgaan vang berisi segala
sesuatu tentang pemeliharaan burung, bentuk kandang, menu, jual
beli anak merpati, yang juga meliputi daerah Belgia.
Merpati pos, di kala Perang Dunia II adalah Pak Pos yang paling
ampuh untuk membawa berita-berita dari front yang tidak bisa
ditembus oleh tentara ke frort yang lain. Di masa damai, merpati
pos menjadi sahabat tersayang. Mereka hidup teratur, makanan
terjamin diobati bila sakit, bahkan pacar pun tersedia dan
tinggal pilih. Suatu kehidupan yang cukup manja. Nama yang
diberikan terkadang lucu. Seperti si Putih, si Bambang, si
Kumel, si Gelang Johnny dan nama-nama lainnya. Kemanjaan ini
harus dibayar oleh sang merpati pos dengan satu macam kerja saja
menangkan setiap ada perlombaan terbang jarak Jauh.
Hok Leng tidak banyak memiliki merpati pos ini. Cuma 30 ekor,
itupun menurut pengakuannya, dia tidak pernah beli. "Saya
sendiri yang melatih atlit-atlit saya ini dalam lomba terbang,"
ujarnya. Awal September ini, atlitnya yang bernama Kram Sen Kid
(singkatan dari Kramat Sentiong) telah keluar sebagai "juara
utama" dan meraih piala Presiden untuk lomba sejauh 1.060 km.
Yaitu jarak antara Tegal-Jakarta (270 km), Pekalongan-Jakarta
(330 km) dan Gambingan-Jakarta (460 km). Kecepatan tempuh Kram
Sen Kid rata-rata, 1.126 meter per menit. Dia sanggup melayang
sejauh 67,5 km dalam tempo satu jam.
Kekuatan terbang merpati biasa paling jauh cuma 60 km. Di Pasar
Burung Jalan Pramuka Jakarta, ada memang dijual merpati pos
dengan harga murah, "tetapi mutunya tidak jelas," sahut ir.
Abdul Madjid (42 tahun), yang memiliki 50 ekor merpati pos kelas
gedongan. Mirip dengan anjing ras, juga dicantumkan silsilah
keluarga merpati ini (dari garis ayah dan ibunya) yang pernah
jadi juara atau belum. Siapa yang menjadi anak atau cucu sang
juara, gengsinya akan naik. Demikian pula harganya. Abdul Madjid
sendiri pernah membeli seekor anak merpati pos dengan harga Rp
30.000. "Dan ini saya jadikan bibit," ujarnya. Sedangkan merpati
pos yang pernah enam kali juara dalam lomba jarak sejauh 800 km,
telah dipasang harga senilai dengan sebuah Mercy, Rp 25 juta.
"Burung membuat kita sibuk dan waktu jadi terisi," kata Madjit.
Kegemaran ini timbul setelah dia mengambil oper hobi anaknya
yang kurang telaten. Merawat burung merpati pos rupanya harus
dilakukan dengan teliti. "Kalau suami saya sedang pergi ke luar
kota," kata Nyonya Bimala Subagio, "yang ditanyakan pertama kali
lewat telpon adalah merpatinya Subagio Sutjitro, juga anggota
POMSI, tampaknya pemilik yang mempunyai merpati pos paling
banyak. Burungnya tidak kurang dari 200 ekor. Rata-rata
mempunyai warna sama, biru tua. Kalau ada merpatinya yang
menetas dengan warna lain, lebih baik dikasihkan orang lain.
Karena dia percaya, warna biru tua inilah yang paling jagoan.
Atau ya memang itulah warna kesukaannya.
Penyakit
Subagio Sutjitro (45 tahun) memanfaatkan rumahnya yang
bertingkat 3 di daerah Menteng (Jakarta), untuk kandang
burungnya. Di tingkat ketiga inilah, bersemayam para merpati pos
yang begitu djanjakannya Tiap merpati mempunyai rumah
masing-masing. Biarpun telah jinak, kandang perlu diberi pagar
kawat. Lantai kandang, selalu bersih. Kalau siang hari, agar
tidak kepanasan, dipasang kipas angin yang membuat udara menjadi
sejuk. Bagi merpati yang tampaknya kurang sehat, disediakan
kamar tersendiri sebagai karantina.
Jam-jam di mana burungnya harus makan, musik dari polyphon
(yaitu gramophon tua setinggi 2 meter dengan piringan hitam
masih dari lempengan logam) diputar. Tapi belakangan sering jam
makan ditentukan memukul bel di muka kandang. Merpati-merpati
yang sedang main-main di udara atau di mana saja beramai-ramai
berdatangan begitu mendengar bunyi bel.
Menunya? Macam-macam. Biasanya berkisar pada kacang-kacangan
seperti gabah, jagung, kacang ijo, kacang merah, wijen, ditambah
berbagai macam vitamin. "Dan merawat merpati berikut makanannya
kadang-kadang harus bekerja seperti Mannix," ujar Subagio.
Artinya, setiap pemilik selalu mempunyai rahasia-rahasia yang
tabu untuk diketahui oleh pemilik lain seperti yang selalu
dipegang peran utama film seri tv itu. Di antara mereka bahkan
ada yang menyelundupkan pembantu agar bisa mengetahui bagaimana
rahasia kesuksesan merpatinya.
Merpati yang berharga mahal yaitu kelas ratusan ribu rupiah
sampai jutaan, tidak menjamin bisa meraih kemenangan. "Tetapi
yang terpenting ialah perawatan dan latihan," kata Subagio, "dan
saya sendiri yang melatih dengan penuh disiplin para atlit saya
ini." Perawatan Subagio memang rapi. Tiapiap merpati, mempunyai
data-data sendiri yang bisa dilihat di lemari file dekat kandang
dalam kartu yang namanya pedigree. Begitu ada tahi burung yang
berwarna lain (hijau tua) kontan cepat dicari siapa pemiliknya.
Lewat sebuah mikroskop yang tersedia, kotoran itu diselidiki.
Jika dia menderita salmonellosis paratyphoid harus dipisahkan
dari yang lain. Sering, si sakit diinjeksi sendiri oleh para
coach yang tak lain adalah pemiliknya sendiri.
Menurut Hok Leng, penyakit lain yang sering diderita piaraannya
ialah pilek dan cacar burung. Pilek, seperti manusia juga
biasanya terjadi kalau ada perubahan cuaca. Bahkan menurut
Madjid bahaya lainnya ialah kucing dan penembak burung liar.
Karena itu, burung selalu dilatih terbang di pagi hari yaitu
ketika sebagian besar penghuni kota sedang sibuk untuk bekerja
atau sekolah.
Pernah, dada merpati Madjit kena peluru. Padahal itu merpati
yang paling disayang. Binatang itu dibawanya ke dokter.
Dirontgen segala. Toh burungnya mati juga. "Di sini, belum ada
dokter hewan spesialis burung merpati," keluh Madjit, "sedangkan
kalau di luar negeri, malahan ada klinik khusus merpati."
Setiap hari burung-burung itu sudah memiliki jadwal kerja.
Dimulai jam 06.00 pagi. Pintu kandang dibuka dan hari berarti
latihan untuk mereka. Waktu mengudara cukup satu jam saja,
kemudian jam 07.00, sarapan telah tersedia. Satu jam berikutnya,
para atlit yang memerlukan latihan khusus dimasukkan ke dalam
keranjang. Mereka yang sedang bertelur, sedang tidak enak badan
atau menjaga anaknya, dibebaskan dari latihan wajib. Jam 12.00
siang, makan lagi. Menunya kadang-kadang dilengkapi wortel,
bawang putih dan air teh segala. Jam 15.30, para atlit latihan
terbang lagi. Jam 16.30 acara makan terakhir dan jam 18.00, para
atlit harus masuk kandang kembali. Jadwal tersebut di atas tidak
boleh terganggu dari sehari ke hari lainnya.
Duchess of Kent
"Merpati adalah mahluk yang paling setia kepada pasangannya,"
kata Subagio. Dia bahkan lebih setia ketimbang manusia yang suka
menyeleweng terhadap partnernya. Karena itu agar seekor burung
terbang secepat mungkin harus dipancing dengan pacarnya. Ia akan
cepat-cepat pulang kekandang karena himbauan hatinya terhadap
partnernya. Apalagi burung yang sedang dalam taraf birahi, dia
akan pulang secepatnya kalau dilepas dari suatu tempat, yang
puluhan atau ratusan kilometer jauhnya! "Tidak ada itu istilah
mampir-mampir," kata Subagio. Dalam perlombaan terakhir, seekor
burungnya berhasil memenangkan lomba Tegal-Jakarta untuk nomor
dua. Lomba di Indonesia (pulau Jawa) yang terakhir September
lalu untuk jarak Tegal-Jakarta, diikuti oleh 500 ekor burung.
Subagio sendiri, mempunyai niat untuk mengurangi jumlah
burungnya yang 200 ekor itu. Dia juga berniat ikut menyaksikan
olimpiade merpati di Tokyo 1981. "Burung saya terlalu banyak
sudah," kata Subagio, "kalau ada teman yang serius mau
memelihara, saya akan berikan cuma-cuma." Tambahnya: "Kalau anda
mau jadi anggota POMSI, kita bisa beri telur atau anak burung,
gratis."
Memelihara merpati pos memang relatif tidak banyak mengeluarkan
biaya. Untuk menu yang jempolan, paling banter menelan ongkos
makan Rp 230 se bulan tiap ekor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini