Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Merpati pos, si jinak-jinak sayang

Dimasa damai burung merpati pos jadi hobi, bisa terbang menempuh jarak 800 km. persatuan olah raga merpati pos seluruh indonesia (pomsi) langlang buana, anggotanya: subagio sutjitro, lim hok long dll.(ils)

6 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAHU apa artinya POMSI? Ini singkatan dari Persatuan Olahraga Merpati pos Seluruh Indonesia.Lengkapnya POMSI Langlang Buana. "Dan panitya SEA Games telah meminjam burung dara kami untuk upacara pembukaan," ujar Lim Hok Leng (65 tahun), yang jadi Sekretaris Jenderal POMSI. Ada 1.000 ekor burung diperlukan dalam upacara itu, pinjaman dari anggota-anggota organisasi ini. Hok Leng, telah 25 tahun lamanya menggemari burung merpati pos ini. Bahkan sejak duduk di sekolah dasar, dia sudah tergila-gila akan burung merpati pos. Di kawasan Jakarta, anggota POMSI baru 60 orang. Seluruh Indonesia sekltar 100 orang. Kalau dibandingkan dengan luar negeri, keanggotaan di Indonesia belum seberapa. Di Belgia misalnya, ada ribuan klab merpati pos, demikian juga di Amerika Utara dan Belanda. Di Inggeris bahkan ada majalah khusus mengenai merpati pos ini dengan nama Racing Pigeon Pictorial Di Belanda, ada Neerlands Postduiven orgaan vang berisi segala sesuatu tentang pemeliharaan burung, bentuk kandang, menu, jual beli anak merpati, yang juga meliputi daerah Belgia. Merpati pos, di kala Perang Dunia II adalah Pak Pos yang paling ampuh untuk membawa berita-berita dari front yang tidak bisa ditembus oleh tentara ke frort yang lain. Di masa damai, merpati pos menjadi sahabat tersayang. Mereka hidup teratur, makanan terjamin diobati bila sakit, bahkan pacar pun tersedia dan tinggal pilih. Suatu kehidupan yang cukup manja. Nama yang diberikan terkadang lucu. Seperti si Putih, si Bambang, si Kumel, si Gelang Johnny dan nama-nama lainnya. Kemanjaan ini harus dibayar oleh sang merpati pos dengan satu macam kerja saja menangkan setiap ada perlombaan terbang jarak Jauh. Hok Leng tidak banyak memiliki merpati pos ini. Cuma 30 ekor, itupun menurut pengakuannya, dia tidak pernah beli. "Saya sendiri yang melatih atlit-atlit saya ini dalam lomba terbang," ujarnya. Awal September ini, atlitnya yang bernama Kram Sen Kid (singkatan dari Kramat Sentiong) telah keluar sebagai "juara utama" dan meraih piala Presiden untuk lomba sejauh 1.060 km. Yaitu jarak antara Tegal-Jakarta (270 km), Pekalongan-Jakarta (330 km) dan Gambingan-Jakarta (460 km). Kecepatan tempuh Kram Sen Kid rata-rata, 1.126 meter per menit. Dia sanggup melayang sejauh 67,5 km dalam tempo satu jam. Kekuatan terbang merpati biasa paling jauh cuma 60 km. Di Pasar Burung Jalan Pramuka Jakarta, ada memang dijual merpati pos dengan harga murah, "tetapi mutunya tidak jelas," sahut ir. Abdul Madjid (42 tahun), yang memiliki 50 ekor merpati pos kelas gedongan. Mirip dengan anjing ras, juga dicantumkan silsilah keluarga merpati ini (dari garis ayah dan ibunya) yang pernah jadi juara atau belum. Siapa yang menjadi anak atau cucu sang juara, gengsinya akan naik. Demikian pula harganya. Abdul Madjid sendiri pernah membeli seekor anak merpati pos dengan harga Rp 30.000. "Dan ini saya jadikan bibit," ujarnya. Sedangkan merpati pos yang pernah enam kali juara dalam lomba jarak sejauh 800 km, telah dipasang harga senilai dengan sebuah Mercy, Rp 25 juta. "Burung membuat kita sibuk dan waktu jadi terisi," kata Madjit. Kegemaran ini timbul setelah dia mengambil oper hobi anaknya yang kurang telaten. Merawat burung merpati pos rupanya harus dilakukan dengan teliti. "Kalau suami saya sedang pergi ke luar kota," kata Nyonya Bimala Subagio, "yang ditanyakan pertama kali lewat telpon adalah merpatinya Subagio Sutjitro, juga anggota POMSI, tampaknya pemilik yang mempunyai merpati pos paling banyak. Burungnya tidak kurang dari 200 ekor. Rata-rata mempunyai warna sama, biru tua. Kalau ada merpatinya yang menetas dengan warna lain, lebih baik dikasihkan orang lain. Karena dia percaya, warna biru tua inilah yang paling jagoan. Atau ya memang itulah warna kesukaannya. Penyakit Subagio Sutjitro (45 tahun) memanfaatkan rumahnya yang bertingkat 3 di daerah Menteng (Jakarta), untuk kandang burungnya. Di tingkat ketiga inilah, bersemayam para merpati pos yang begitu djanjakannya Tiap merpati mempunyai rumah masing-masing. Biarpun telah jinak, kandang perlu diberi pagar kawat. Lantai kandang, selalu bersih. Kalau siang hari, agar tidak kepanasan, dipasang kipas angin yang membuat udara menjadi sejuk. Bagi merpati yang tampaknya kurang sehat, disediakan kamar tersendiri sebagai karantina. Jam-jam di mana burungnya harus makan, musik dari polyphon (yaitu gramophon tua setinggi 2 meter dengan piringan hitam masih dari lempengan logam) diputar. Tapi belakangan sering jam makan ditentukan memukul bel di muka kandang. Merpati-merpati yang sedang main-main di udara atau di mana saja beramai-ramai berdatangan begitu mendengar bunyi bel. Menunya? Macam-macam. Biasanya berkisar pada kacang-kacangan seperti gabah, jagung, kacang ijo, kacang merah, wijen, ditambah berbagai macam vitamin. "Dan merawat merpati berikut makanannya kadang-kadang harus bekerja seperti Mannix," ujar Subagio. Artinya, setiap pemilik selalu mempunyai rahasia-rahasia yang tabu untuk diketahui oleh pemilik lain seperti yang selalu dipegang peran utama film seri tv itu. Di antara mereka bahkan ada yang menyelundupkan pembantu agar bisa mengetahui bagaimana rahasia kesuksesan merpatinya. Merpati yang berharga mahal yaitu kelas ratusan ribu rupiah sampai jutaan, tidak menjamin bisa meraih kemenangan. "Tetapi yang terpenting ialah perawatan dan latihan," kata Subagio, "dan saya sendiri yang melatih dengan penuh disiplin para atlit saya ini." Perawatan Subagio memang rapi. Tiapiap merpati, mempunyai data-data sendiri yang bisa dilihat di lemari file dekat kandang dalam kartu yang namanya pedigree. Begitu ada tahi burung yang berwarna lain (hijau tua) kontan cepat dicari siapa pemiliknya. Lewat sebuah mikroskop yang tersedia, kotoran itu diselidiki. Jika dia menderita salmonellosis paratyphoid harus dipisahkan dari yang lain. Sering, si sakit diinjeksi sendiri oleh para coach yang tak lain adalah pemiliknya sendiri. Menurut Hok Leng, penyakit lain yang sering diderita piaraannya ialah pilek dan cacar burung. Pilek, seperti manusia juga biasanya terjadi kalau ada perubahan cuaca. Bahkan menurut Madjid bahaya lainnya ialah kucing dan penembak burung liar. Karena itu, burung selalu dilatih terbang di pagi hari yaitu ketika sebagian besar penghuni kota sedang sibuk untuk bekerja atau sekolah. Pernah, dada merpati Madjit kena peluru. Padahal itu merpati yang paling disayang. Binatang itu dibawanya ke dokter. Dirontgen segala. Toh burungnya mati juga. "Di sini, belum ada dokter hewan spesialis burung merpati," keluh Madjit, "sedangkan kalau di luar negeri, malahan ada klinik khusus merpati." Setiap hari burung-burung itu sudah memiliki jadwal kerja. Dimulai jam 06.00 pagi. Pintu kandang dibuka dan hari berarti latihan untuk mereka. Waktu mengudara cukup satu jam saja, kemudian jam 07.00, sarapan telah tersedia. Satu jam berikutnya, para atlit yang memerlukan latihan khusus dimasukkan ke dalam keranjang. Mereka yang sedang bertelur, sedang tidak enak badan atau menjaga anaknya, dibebaskan dari latihan wajib. Jam 12.00 siang, makan lagi. Menunya kadang-kadang dilengkapi wortel, bawang putih dan air teh segala. Jam 15.30, para atlit latihan terbang lagi. Jam 16.30 acara makan terakhir dan jam 18.00, para atlit harus masuk kandang kembali. Jadwal tersebut di atas tidak boleh terganggu dari sehari ke hari lainnya. Duchess of Kent "Merpati adalah mahluk yang paling setia kepada pasangannya," kata Subagio. Dia bahkan lebih setia ketimbang manusia yang suka menyeleweng terhadap partnernya. Karena itu agar seekor burung terbang secepat mungkin harus dipancing dengan pacarnya. Ia akan cepat-cepat pulang kekandang karena himbauan hatinya terhadap partnernya. Apalagi burung yang sedang dalam taraf birahi, dia akan pulang secepatnya kalau dilepas dari suatu tempat, yang puluhan atau ratusan kilometer jauhnya! "Tidak ada itu istilah mampir-mampir," kata Subagio. Dalam perlombaan terakhir, seekor burungnya berhasil memenangkan lomba Tegal-Jakarta untuk nomor dua. Lomba di Indonesia (pulau Jawa) yang terakhir September lalu untuk jarak Tegal-Jakarta, diikuti oleh 500 ekor burung. Subagio sendiri, mempunyai niat untuk mengurangi jumlah burungnya yang 200 ekor itu. Dia juga berniat ikut menyaksikan olimpiade merpati di Tokyo 1981. "Burung saya terlalu banyak sudah," kata Subagio, "kalau ada teman yang serius mau memelihara, saya akan berikan cuma-cuma." Tambahnya: "Kalau anda mau jadi anggota POMSI, kita bisa beri telur atau anak burung, gratis." Memelihara merpati pos memang relatif tidak banyak mengeluarkan biaya. Untuk menu yang jempolan, paling banter menelan ongkos makan Rp 230 se bulan tiap ekor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus