AKHIR September, 3 sekolah menengah senirupa, 2 SM musk dan 7
SM karawitan ber-Pekan Orientasi Pendidikan Kesenian di TIM.
Dibiayai Departemen P & K, acara ini memang yang pertama.
Berikut ini hasil wawancara TEMPO dengan Sal Murgiyanto penari
dan penulis tari anggota Dewan Kesenian Jakarta, ditambah
tulisan Sal sendiri tentang kesannya mengikuti acara tar1.
ADA 7 buah sekolah menengah karawitan: di Yogya, Surakarta,
Bandung, Denpasar, Surabaya, Padang Panjang dan Ujung Pandang.
Masing-masing dengan pokok studi seni pertunjukan tradisional
setempat. Yang tertua, SMKI Surakarta, berdiri tahun 1950. Yang
termuda lahir tahun 1974 di Ujung Pandang.
Selama 4 hari itu tak kurang 17 macam pertunjukan dipergelarkan
di 3 tempat Teater Arena, Teater Besar dan Teater Tertutup TIM.
Menggembirakan: ternyata tunas seniman tradisi kita tetap
bermunculan di berbagai wilayah.
Yang menarik dari penampilan sekolah-sekolah ini, sementara
mereka masih belia, penguasaan teknik gerak tari daerah cukup
membuat mahasiswa tari cemburu.
Memang benar, penguasaan gerak tari mata belum memadai. Penari
yang baik harus pula mampu memproyeksikanisi atau jiwa tarian.
Bahwa itu belum terasa hadir, agaknya karena usia muda itulah.
Wujud dan gerak lahiriah kelihatannya lalu lebih diperhatikan.
Ini nampak dari pilihan nomor tari, kostum serta pendekatan
penampilan -- yang kebetulan sesuai dengan selera sebagian
penonton yang diundang pelajar SLTP dan SLTA.
Nomor tari yang meriah nampakny lebih disenangi. Nomor yang
tenang dan anggun, seperti Srimpi, Menak Putri dan Pakkarena
misalnya, kurahg mendapat sambutan. Beberapa di antara yang
meriah itu memang cukup menarik: Ngremo (Surabaya), Wirasakti
(Surakarta) ewang di Langik (Padang Panjang) dan Naya Lembana
(Bandung). Yang agak mengkhawatirkan, beberapa tarian sejenis
nampaknya hanya bersifat suka-ria, tanpa usaha menghadirkan
bobot.
Tak Harus Lusuh
Dalam beberapa nomor tari tersebut penari seakan yakin bahwa
yang mereka bawakan tidak akan menarik, jika tanpa mengobral
senyum. Akibatnya komposisi gerak yang sudah cukup bagus dan
serius, cair.
Demikian juga pilihan warna kostum yang serba menyala dengan
warna emas mirip fashion show--tanpa pertimbangan apakah paduan
warna tersebut serasi disorot lampu pentas. Kostum tari memang
tak harus lusuh, tapi tentunya harus menunjang karakter dan isi
tarian.
Pemilihan warna yang sesuai dengan watak dan ciri khas daerah
asal ta,rian, juga kurang diperhatikan. Untuk Jawa misalnya,
kombinasi-kombinasi bata lumuten (bata berlumut), pareanom
(warna buah pare muda), alas kobar (warna hutan terbakar) dan
warnawarna tanah, telah ditinggalkan. Diganti dengan pilihan
yang lebih semarak.
Jika penari wanita banyak yang murah senyum, penari pria banyak
yang menguras tenaga. Enersi diberikan lebih dari yang
dibutuhkan: tarian kelewat bersemangat, memberi kesan (ngoyo),
memaksakan diri, kurang wajar.
Pentingnya vokal bagi penari pun belum disadari oleh banyak
SMKI. Pelajaran vokal agaknya hanya diberikan kepada siswa
jurusan karawitan dan pedalangan -- padahal olah vokal dan
antawecana (dialog) adalah bagian seni Tari tradisi yang tak
bisa diabaikan.
SMKI Yogyakarta, misalnya. Dalam penampilan Gatutkaca Suwargo
dan Ragil Kuning (yang menggunakan dialog), penari halus dan
puterinya lebih mengendap dibanding penampilan sekolah itu dalam
Lawung, Klono Topeng atau Triyonggo Takon Bapa.
Peranan lembaga resmi seperti sekolah menengah kesenian ini
memang besar. Awam biasanya menganggap apa-apa yang keluar dari
sekolah itu sah dan baik -- teladan, begitulah. Di Bali
misalnya, sering mahasiswa Akademi Tari harus menjadi juri di
kampungnya dan menilai gurunya, hanya karena dia dianggap lebih
tahu karena sekolah di akademi pemerintah. Padahal gurunya
(dosen luar biasa karena tak berijazah), jelas lebih masak.
Tetapi memang tidak perlu sekolah kesenian mengikuti selera
umum. Mustinya yang terutama digumulinya adalah bobot:
nilai-nilai keseniannya, baik yang tradisi maupun eksperimen
baru. Kecenderungan untuk hanya menghibur serba gemerlap,
kiranya tidak pas dengan tanggung jawab yang diberikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini