Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Aman, Ramah, dan Berfaedah

28 Februari 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tragedi Leuwigajah seharusnya tidak perlu terjadi jika sistem pembuangan sampah tak sekadar ditumpuk (open dumping). Sebab, ada sistem sanitary landfill yang aman dan cukup ramah bagi lingkungan.

Teknologi sanitary landfill ini telah diterapkan di tempat pembuangan akhir (TPA) Bantargebang, Bekasi. Prinsip kerja sistem ini pertama adalah mengisolasi sampah dari lingkungan sekitarnya, dengan cara menimbun sampah yang sudah dipadatkan dengan tanah. Sampah dimasukkan ke bak penampungan raksasa yang telah dilapisi plastik khusus (geo textile), agar air lindi yang dihasilkan sampah organik tidak merembes ke tanah sehingga mencegah kontaminasi air tanah maupun lingkungan sekitarnya.

Selanjutnya, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah setinggi 6 sampai 12 meter dengan tanah secara berlapis-lapis. Setiap lapisan merupakan timbunan sampah setinggi dua meter, lalu di bagian atas dilapisi tanah merah 30 sentimeter. Sehingga keseluruhan terdapat kurang lebih enam lapisan sampah dan tanah. Adapun tebal tanah penutup 60 sentimeter sampai satu meter.

Yang juga penting dilakukan, di antara lapisan-lapisan tersebut dibuat ventilasi, agar gas metan yang dihasilkan fermentasi sampah bisa keluar, sehingga tidak menimbulkan kebakaran dari dalam timbunan sampah.

Ke mana air sampah disalurkan? Limbah cair dari lindi tersebut ditampung dan disalurkan ke instalasi pengolahan air sampah. Di instalasi ini, limbah ditambah oksigen melalui alat penyemprot dan aerator. Limbah dibuang ke kali setelah baku mutunya di bawah ambang batas.

Sebenarnya, ada teknologi yang lebih maju dari sistem sanitary landfill, hanya memang ongkosnya masih cukup mahal. Misalnya, bala pres, fermentor, dan insinerator seperti yang ditawarkan tempat pengolahan sampah terpadu Bojong, Bogor. Dengan teknologi bala pres dari Jerman ini, sampah non-organik dipadatkan dan dikemas dalam plastik film putih yang tahan lama, kedap udara dan tahan air. Bulatan berdiameter 1,2 meter itu ditimbun dalam tanah.

Dengan insinerator (tungku pembakaran), sampah padat dibakar dengan temperatur 5.000 derajat Celsius. Bila pembakaran hanya dengan 900 derajat Celsius, asapnya bisa mengandung zat deoksin yang bersifat karsinogenik. Abu sisa pembakaran dapat dibuat batako atau paving block. Panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.

Adapun sampah organik, seperti sampah rumah tangga, difermentasi dalam fermentor. Nah, ampas fermentasi malah bisa dijadikan pupuk organik.

Tjandra Dewi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus