Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Bencana itu Datang Lewat Belakang Rumah

Pengelolaan sampah yang serampangan dan kondisi geografis Leuwigajah memungkinkan terjadinya longsor. Menanam bom waktu.

28 Februari 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bencana bisa terjadi di mana-mana, juga di tempat sampah. Longsor di tempat pembuangan akhir (TPA) Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pekan lalu, menurut Kepala Seksi Gerakan Tanah Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gatot M. Soedradjat, bukanlah faktor geologi. ”Lebih karena kesalahan manusia,” katanya.

Pertama adalah sistem pengelolaan sampah yang konvensional, yaitu dengan open dumping alias hanya menumpuk sampah di tempat terbuka. Di TPA Leuwigajah, timbunan sampah yang tak terurus itu membentuk satu bukit setinggi hampir 50 meter.

Timbunan sampah yang menggunung itu menghasilkan gas metan. ”Gas ini setiap kali bisa menimbulkan ledakan kalau terjadi oksidasi dengan udara,” katanya. Hal ini diperparah dengan kondisi batuan dasar di TPA Leuwigajah yang berjenis andesit, yang sifatnya keras dan kedap air.

Hujan deras yang mengguyur wilayah itu pada Minggu malam lalu menyebabkan timbunan sampah yang gembur dan menjadi jenuh. Karena tidak dapat meresap ke batuan andesit, air hujan mengalir ke bidang kontak antara andesit dan timbunan sampah. ”Sehingga bidang lemah itu menjadi bidang gelincir,” ujar Gatot menambahkan.

Di sisi lain, karena timbunan sampah jenuh air, bobotnya bertambah dan mengganggu keseimbangan. Apalagi di bagian kiri dan kanan TPA terdapat lereng dengan kemiringan 15 sampai 45 derajat. ”Karena cukup terjal, lereng mencari keseimbangan baru dan terjadilah longsor,” kata Gatot.

Gatot memperkirakan longsoran sampah mencapai 350 meter dengan lebar 250 meter, yang jatuh dari ketinggian sekitar 30 meter. Penyebaran material longsoran mencapai 750 meter dengan ketebalan 5-7 meter. Dengan kata lain, volume sampah yang menggelontor mencapai 1,5 juta meter kubik.

Raju Febrian, Rana Akbari Fitriawan, dan Ahmad Fikri (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus