Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada tawaran menggiurkan dari pemerintah Amerika: ada hadiah uang mulai dari US$ 50 ribu (setara Rp 450 juta) bagi siapa saja yang dapat menangkap atau membocorkan tempat persembunyian 29 orang yang paling mereka cari. Sayembara yang dirilis Pusat Komando AS pada awal Februari menjadi berita di beberapa media AS pekan lalu. Abu Musab al-Zarqawi, pria asal Yordania yang dituding sebagai dalang sejumlah pengeboman besar di Irak, misalnya, dihargai US$ 25 juta. Nilai hadiah tertinggi dalam sayembara itu.
Zarqawi memang menggemaskan peme-rintahan Presiden George W. Bush. Pe-mimpin kelompok Al-Tawhid wal Jihad itu getol menggerakkan para "relawan jihad" dari negeri-negeri asing ke Irak. Berkali-kali tentara AS hampir meringkus Zarqawi. Namun dia licin bagai belut, selalu lolos. November lalu, Zarqawi "hilang" di depan hidung sekitar 20 ribu tentara gabungan AS dan Irak di Fallujah.
Belakangan, anak-buah Zarqawi mulai menculik orang-orang asing di Irak dan memenggal kepala beberapa tawanan. Aksi culik dan bunuh inilah yang membuat kecut Bush dan sekutu-sekutunya. Apalagi yang dituntut adalah penarikan mundur pasukan asing dari Irak.
Filipina, yang kalah gertak, akhirnya menarik pulang tentaranya dari Irak demi bebasnya Angelo de la Cruz, sopir truk berusia 46 tahun. Angelo diculik oleh Brigade Khalid bin al-Walid pada Juli 2004. Jepang juga hampir "tumbang" oleh tuntutan penculik, tapi akhirnya tetap bertahan. Tak lama setelah penculikan warga Jepang pada April lalu, Wakil Presiden AS Dick Cheney segera terbang ke Tokyo. Dia meyakinkan Perdana Menteri Junichiro Koizumi untuk bertahan.
Sejak serangan tentara AS ke Irak, menurut Eric Denece, Direktur Pusat Riset Intelijen Prancis, telah muncul lebih dari 50 kelompok yang secara sporadis melakukan perlawanan. Anggotanya berkisar 8.000 hingga 20 ribu orang. Sekitar seribu di antaranya datang dari luar, antara lain Suriah, Palestina, Yordania, dan Arab Saudi.
Awalnya, kelompok-kelompok ini hanya memusuhi tentara AS dan sekutunya. Lama-lama, karena kalah jumlah dan senjata, taktik pun berubah. Beberapa kelompok mulai melakukan aksi culik-bunuh. Modusnya: memaksa negara-negara sekutu ASyang anak negerinya mereka tawanagar menarik mundur tentaranya dari Irak. Belakangan, ada juga yang minta tebusan.
Menurut dua orang wartawan Irak, Samir Haddad dan Mazin Ghazi, dalam mingguan Al-Zawra edisi 19 September 2004, ada sembilan kelompok yang suka main culik dan bunuh. Yang paling sadis adalah kelompok-kelompok pro- Al-Qaidah: Al Tawhid wal Jihad dengan anggota sekitar 1.500 orang, Tentara Islam di Irak, serta Jaish Ansar al-Sunnah yang menculik dan membunuh 12 orang Nepal pada Agustus 2004.
Lima kelompok lain adalah Baner Hitam, Brigade Assadullah, Kelompok Pembalasan Islam, Brigade Kemarahan Islam, Brigade Khalid bin al-Walid, dan Brigade Para Martir Irak. Seperti kelompok-kelompok pro-Al-Qaidah, mereka umumnya beraksi di wilayah kota. Mosul, Anbar, Bagdad, Samara, Al-Diayli, Al-Qaem, dan Fallujah. Aksi-aksi ini umumnya bersifat sporadis, tidak terorganisasi dengan baik. Maka, sejauh ini, sulit ditelusuri ke mana kelompok-kelompok ini berafiliasi.
Sejak dua pekerja kemanusiaan asal Korea Utara hilang di Nasiriyah pada 5 April 2004, aksi culik-bunuh terus mencuat. Sampai kini, sudah lebih dari 150 orang asing jatuh ke tangan kelompok-kelompok militan ini. Ada yang dilepas lagi, ada yang masih dalam tahanan, dan lebih dari 20 orang sudah dieksekusi, antara lain dengan cara dipancung.
Aksi culik-bunuh sebetulnya diharapkan bisa mereda setelah pemilu Irak sukses dilangsungkan pada 30 Januari 2005. Dua wartawan Indonesia, Budiyanto dan Meutya Hafid, justru menjadi korban setelah pemilu: mereka diculik oleh tentara Mujahiddin sebelum dibebaskan pada pekan lalu.
Philipus Parera (AP/UPI/Washington Post/Truthout.com)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo