Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah anak di Indonesia yang positif terinfeksi Covid- 19 hingga 20 Desember 2020 telah mencapai 74.249 kasus. Sedangkan data klaster sekolah atau pesantren sudah mencapai 3.711 kasus dan tersebar di berbagai provinsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dokter yang juga pendiri Pandemic Talks, Muhammad Kamil, mengungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis 7 Januari 2021. Tak ada keterangan sumber data itu, namun jauh lebi tinggi dibandingkan data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia pada Juli lalu yang sebanyak 2.712 kasus anak positif Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kamil menyodorkan data terbaru di antara kecemasannya kalau lonjakan kasus baru Covid-19 bisa lebih sulit dikendalikan jika sekolah-sekolah dipaksakan dibuka lagi saat ini. Kamil menjelaskan, sejak pertengahan 2020 lalu, terdapat banyak pesantren atau sekolah yang membuat kebijakan sendiri untuk membuka pembelajaran tatap muka. Hal itu menyebabkan adanya penularan Covid-19 klaster sekolah saat ini.
Data belum disertai kepastian apakah anak-anak itu terinfeksi dari sekolah atau dari luar, atau dibawa ke sekolah. "Tapi nyatanya, dari berita-berita yang bisa diakses publik, kami kumpulkan menjadi seperti ini. Kasusnya menyebar, di Jawa ada 2.000-an kasus Covid-19 pada anak dan itu dari klaster sekolah,” ujar dia.
Kamil menegaskan, vektor penularan Covid-19 adalah manusia. Dia memperingatkan bahwa memaksakan pembukaan sekolah saat ini berpotensi semakin “menggerakkan” virus corona Covid-19 karena dipastikannya memicu mobilitas yang masif.
Petugas Kesehatan mengambil sampel usap seorang anak saat mengikuti tes swab PCR di kantor Kecamatan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Selasa, 5 Januari 2020. Dalam upaya melacak penyebaran Covid-19 di Kota Depok yang Berstatus zona merah, Swab PCR gratis bagi warga dilakukan di Kecamatan Pancoran Mas sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19. TEMPO/M Taufan Rengganis
"Jadi manusia yang ‘mengoper’ penyakit, bukan nyamuk, seperti penyakit demam berdarah. Kenapa sekolah berpotensi meningkatkan transmisi? Karena ada mobilitas yang serentak,” ujar Kamil lagi.
Kamil menjelaskan jika hanya satu atau dua sekolah yang buka, mungkin tidak menimbulkan mobilitas yang masif. Tetapi, kalau ada kebijakan yang dilakukan secara nasional, itu akan menggerakkan 60 juta siswa dari jenjang PAUD hingga SMA.
“Untuk yang anak yang berada di jenjang PAUD malah tidak mungkin berangkat sendiri, perlu diantar sekolah oleh orang tuanya."