Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Banjir Kalsel, Hujan Kamis-Jumat lalu Tergolong Sangat Ekstrem

Setelah menyebabkan banjir Kalsel, pergerakan pusat konveksi udara kini bayangi Sulawesi dan Halmahera.

17 Januari 2021 | 15.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Direktur Binmas Polda Kalsel Kombes Pol Widiatmoko berada di lokasi banjir di Kabupaten Banjar untuk menyerahkan bantuan sembako di Kalimantan Selatan, 14 Januari 2021. (ANTARA/Firman)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Curah hujan esktrem menyumbang kondisi parah banjir Kalsel atau Kalimantan Selatan saat ini. Tingkat curah hujan yang terjadi sempat mencapai 270 mm per hari yang berarti sangat ekstrem, yakni pada 14-15 Januari lalu. Dampaknya, banjir 2-3 meter melanda wilayah itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Hujan yang terjadi beberapa hari sebelumnya dan hujan ekstrem Jumat malam merupakan penyebab terjadinya banjir. Pusat curah hujan tertinggi terletak di wilayah Kalimantan Selatan bagian barat dan selatan,” kata Jon Arifian, Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jon membagikan informasi itu dalam keterangan tertulis, Sabtu 16 Januari 2021. Dalam keterangannya itu pula, Jon mengungkap, peluang hujan di Kalimantan Selatan berdasarkan beberapa model prediksi akan berangsur menurun selang beberapa hari. ”Kalaupun ada hujan lagi intensitasnya akan lebih ringan daripada 14-15 Januari 2021,” katanya.

Sementara untuk wilayah-wilayah lain, kata Jon, masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas lebat hingga ekstrem. Saat ini, dia menambahkan, wilayah Indonesia memang masih berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga ekstrem karena Indonesia masih dalam kondisi La Nina walaupun kategori lemah.

"Untuk itu saya mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan terjadinya cuaca ektrem,” katanya.

Jon menjelaskan dari analisis vector angin global 8 – 12 Januari 2021, wilayah Indonesia merupakan area pertemuan angin dari Samudera Pasifik (Timur) dan Samudera Hindia (Barat) yang menyebabkan pengumpulan massa udara di wilayah Indonesia bagian tengah. Pengumpulan massa udara yang cukup masif berpotensi menyebabkan hujan ekstrem seperti halnya yang telah terjadi di Kalimantan Selatan.

Dalam penjelasan yang pernah diberikan peneliti klimatologi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Erma Yulihastin, pengumpulan massa udara itu disebut sebagai vorteks yang menjangkau wilayah dalam radius 50-200 kilometer. Aktivitas itu disebutnya telah terjadi di Kalimantan sejak awal hingga pertengahan Januari 2021 dan telah menjadikan Kalimantan sebagai pusat konveksi udara secara persisten.

"Dampaknya menimbulkan hujan intensitas sedang hingga tinggi disertai angin kencang selama berhari-hari di Kalimantan hingga mengalami bencana banjir dan tanah longsor,” kata Erma.

Dalam perkembangannya sejak 14 Januari 2021, pusat konveksi di sekitar Kalimantan juga disebutnya mengalami pergeseran ke timur, yaitu ke wilayah Sulawesi dan Halmahera. Selain itu, menghangatnya suhu permukaan laut di Selat Makassar berdampak pada pembentukan sistem konveksi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

“Akibatnya, hujan dan angin kencang diprediksi terjadi di Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan,” ujarnya. Pergeseran ke wilayah timur itu diprediksi akan terus berlanjut sehingga akan menyebabkan kondisi basah atau hujan lebat di beberapa wilayah Ambon dan sekitarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus