Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Banyak Masalah Akibat Membakar Sampah

Warga Jabodetabek kerap membakar sampah. Emisi karbon dari pembakaran sampah setahun setara kebakaran hutan seluas 180 hektare.

28 Februari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Penelitian Waste4Change mendapati total emisi karbon akibat pembakaran sampah selama 2022 mencapai 12 ribu gigaton.

  • Jumlah itu hampir menyamai emisi kebakaran hutan Kalimantan sebesar 14 ribu gigaton.

  • Mereka yang kerap membakar sampah biasanya tak ikut iuran kebersihan lingkungan.

Nurhalimah, 37 tahun, tinggal di ujung gang kecil di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Lorong selebar sekitar 1,5 meter itu hanya bisa dilalui sepeda motor dan pejalan kaki. Di permukiman padat tersebut, kata dia, sejumlah warga sering membakar sampah rumah tangga. “Di sini masih ada yang bakar sedikit-sedikit,” katanya kepada Tempo di lokasi, Senin, 27 Februari 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sambil sesekali membenarkan posisi mukenanya, Nurhalimah menunjuk satu rumah yang menjadi asal asap tebal hasil pembakaran sampah. Rumah tersebut berada di luar gangnya, dibatasi oleh jalan aspal. Menurut Nurhalimah, sang pemilik rumah kerap membakar sampah pada petang hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Guru sekolah swasta itu mengetahui ada larangan pembakaran sampah. Namun, hingga saat ini, belum ada warga yang protes. “Mungkin karena yang sampahnya sedikit, asapnya enggak terlalu ngebul,” kata dia.

Pembakaran sampah terbuka menghasilkan zat kimia dan polutan berbahaya bagi lingkungan. Aktivitas ini menjadi salah satu penyumbang polusi udara terbesar selain kegiatan pabrik dan transportasi. Hasil riset Bicara Udara dan Waste4Change—organisasi nirlaba yang berfokus pada pengelolaan sampah—memaparkan aktivitas pembakaran sampah tidak terkontrol di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Di Jabodetabek, emisi karbon yang dihasilkan setara dengan membakar hutan lebih dari 180 ribu hektare.

Dalam penelitian tersebut dipaparkan total emisi karbon yang dihasilkan dari pembakaran sampah di Jabodetabek sepanjang 2022 sebanyak 12.627,34 giga ton. Jumlah itu hampir menyamai emisi yang dihasilkan dari kebakaran hutan Kalimantan pada 2021, yakni 14.280 giga ton.

Latifah Aulia Mashudi, peneliti di Waste4change, mengatakan kesulitan mengelola sampah menjadi alasan orang membakarnya. Alasan tersebut mendorong mereka tetap membakar, meskipun sadar akan dampaknya.

Petugas Sudin Lingkungan Hidup Jakarta Pusat mengolah sampah daun di TPS 3R Ketapang Satpel Lingkungan Hidup Kecamatan Gambir, Jakarta, 21 Februari 2023. ANTARA/Aprillio Akbar

Dari hasil penelitiannya, Latifah mengkategorikan pelaku menjadi tiga macam, yakni pelaku individu, pelaku yang diperintah, hingga pelaku bisnis. Pelaku yang diperintah biasanya mendapat imbalan Rp 25-50 ribu. Untuk pelaku bisnis, alasannya adalah keterlambatan pengangkatan sampah sehingga menumpuk di lokasi bisnisnya.

Menurut Latifah, meski di wilayah perkotaan ada petugas sampah, pembakaran sampah masih kerap didapati.

Hal yang sama terjadi pada Nurhalimah. Untuk mengurusi masalah sampah, warga di rukun tetangganya mempercayakan kepada petugas kebersihan untuk mengangkut sampah. Petugas mengutip sampah setiap dua hari sekali dengan bayaran Rp 30 ribu per bulan.

Meski begitu, tetap saja sebagian dari mereka membakar sampah. “Sepertinya, banyak yang belum tahu dan menganggap sepele karena enggak ada edukasi,” kata Nurhalimah.

Totok Wiryanto, 55 tahun, membenarkan banyak yang belum paham aturan pembakaran sampah di tempat tinggalnya di Jagakarsa, Jakarta Selatan. “Biasanya bakar daun-daun bagi yang punya pohon di sekitar rumah,” kata dia. Biasanya, dia melanjutkan, para pelaku tidak ikut membayar iuran sampah. “Dalam satu RT, yang bakar bisa lima orang atau lebih, apalagi kalau musim panas.” 

Padahal ada Peraturan Daerah DKI Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam aturan tersebut, tertera ancaman sanksi administratif sebesar Rp 500 ribu bagi pembakar sampah di ruang terbuka.

Ria Triany, tenaga ahli pengawasan dan penataan hukum Dinas Lingkungan Hidup DKI, mengatakan dinas menindak 49 kasus pembakaran sampah selama 2022. “Tapi aturan tersebut belum efektif karena masih ada pembakaran di beberapa tempat,” kata dia.

Ilustrasi tingkat visibilitas Kota Jakarta. Dokumentasi TEMPO/Muhammad Hidayat

Dampak bagi Kesehatan

Pembakaran sampah dapat memberi dampak buruk, seperti pencemaran air, udara, dan lingkungan sekitar, juga bagi kesehatan.

Dalam jangka pendek, asap dari sampah dapat menyebabkan iritasi mata dan infeksi saluran pernapasan. “Untuk jangka panjang, dapat memicu kanker jantung dan penyimpangan genetik,” kata Aris Nurzamzami, pelaksana tugas Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan DKI. 

Ada beberapa jenis polutan pencemar udara. Salah satunya adalah PM 2,5, partikel yang dapat menyebabkan gangguan, seperti infeksi saluran pernapasan akut, kanker paru-paru, dan penyakit kronis lainnya. 

Piotr Jakubowski, pendiri Nafas Indonesia, platform digital pengukur kualitas udara, mengatakan paparan PM 2,5 di luar ruangan bahkan bisa sama kadarnya dengan di dalam ruangan ber-AC di wilayah yang sama. “Karena PM 2,5 partikulat kecil, ketika pintu dibuka, walau sebentar, dia bisa masuk,” ujarnya.

Kualitas Udara Jabodetabek

ILONA ESTERINA | SILVIA SULISTIARA (MAGANG)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Âİ 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus