Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Bila lempengan bertabrakan

Pola tumbuh gunung baru dibagi menjadi 4. masing-masing: akibat benturan kerak-kerak bumi, kedua gunung patah sesar, ketiga karena kegiatan gunung berapi, keempat model gunung kubah.

30 Januari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PETA bumi Indonesia tampaknya harus diubah. Sebab, jumlah unung api sudah bertambah lagi sebuah. Yaitu Gunung Namparnos di kawasan lores yang lahir di awal 1988 ini. Menurut Dr. Adjat Sudradjat, proses lahirnya gunung itu diawali dengan bertemunya dua lempengan tektonik yang mempunyai kekuatan berbeda. Mereka bertabrakan. Lempengan tektonik yang lemah akan terdorong dan mencelat ke atas . Sedangkan lempengan yang kuat - yang memiliki kerak yang luas dan tebal melesak ke bawah. Akibatnya, terjadi pelelehan pada kerak bumi. Itu akhirnya akan menyembul ke atas permukaan. Gunung Namparnos, yang muncul di sisi Gunung Mandosawu, terletak pada lempengan tektonik yang kekar - yang membujur di sepanjang Samudra Indonesia. Flores memang termasuk dalam kawasan jalur "sabuk". Maksudnya, termasuk jalur gunung berapi yang melengkung mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Flores. Sebab itu, kata Adjat, dilihat dari sisi vulkanologi, lahirnya "bayi berapi baru" itu sebenarnya termasuk peristiwa biasa saja. Para pakar geologi umumnya membagi pola tumbuhnya gunung baru menjadi empat. Semuanya berkaitan dengan gerakan kerak burmi, gunung berapi, dan gempa yang ada sangkut-pautnya dengan gerakan tersebut. Ada pembentukan gunung yang terjadi akibat benturan kerak-kerak bumi. Sebagian dari permukaan bumi dapat didesak sekaligus bersama-sama. Contohnya, jika hal ini dilakukan pada kain, maka di tengah-tengahnya akan timbul keriput-keriput. Nah, pada kerak kerak bumi itu akan timbul apa yang disebut pegunungan "lipat". Misalnya pegunungan Alpen di Swiss. Cara yang kedua adalah gunung patah sesar. Jenis gunung ini akan terbentuk bila tekanan bawah tanah mematah-arangkan seluruh bungkahan karang. Pada satu sisi karang terangkat naik, dan sisi yang lainnya lagi terperosok turun. Perceraian itu terjadi di garis lemah kulit bumi atau-sesar. Contoh gunung yang terbentuk oleh gerakan beruntun pada sesar adalah Sierra Nevada di California, AS. Yang ketiga adalah gunung yang timbul karena kegiatan gunung berapi, akibat tersemburnya materi dari dalam bumi yang cukup besar. Bahannya dari lava atau terak yang tertimbun di permukaan bumi atau dasar laut. Contoh yang cukup dramatis adalah munculnya Gunung Paricutin di Meksiko. Ceritanya, di bulan Februari 1943, pada sebuah ladang jagung, tiba-tiba terjadi ledakan. Menggemuruh. Menyemburkan awan asap tebal, batu karang, dan percikan lava yang berisi gas. Keesokan harinya, sudah berdiri secupak kerucut terak setinggi 30 meter. Dua minggu kemudian puncak Paricutin mencapai 135 meter. Dan menjadi 289 meter pada usia delapan bulan. Dalam tempo dua tahun, gunung api baru itu terus menjulang sampai ketinggian 306 meter. Pada 1952, ketika tak ada tanda-tanda ledakan lagi, Paricutin sudah tegak berdiri dengan tinggi 405 meter. Namun, desa-desa Parangacutiro dan Paricutin telah terkubut oleh semburan gunung itu. Model keempat adalah gunung kubah. Gunung ini muncul sebagai akibat menggelegaknya cairan karang ke atas melalui celah-celah di dalam bumi. Tapi retakan itu tidak memanjang sampai permukaan bumi. Cairan karang itu mulai terkumpul dalam kantung besar, seperti air yang terkumpul di antara dua lapisan kulit waktu terjadi lepuhan. Lapisan kulit gunung kubah adalah lapisan karang kerak bumi. Sedangkan cairan karang yang menggelegak ke atas dan tak dapat menemukan jalan keluar hanya mendesak tanah ke atas menjadi benjolan bundar atau lonjong tanpa meretakkan tanah tersebut. Pada saat cairan karang mengeras, dan setelah terjadi cukup banyak erosi di atas nya, kubah yang besar itu pun akan tersingkap. Salah satu contoh adalah pegunungan Henry, Utah Selatan, AS.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus