BUDISITA, putera ketiga Adam Malik, telah menembak seekor gajah
yang dilindungi di Jambi. Foto sang pemburu di samping gajah
hasil tembakannya, telah sampai ke laci instansi-instansi yang
berwenang mengawasi perburuan.
Namun Budisita, 32 tahun, tampak tenang saja menjawab pertanyaan
wartawan TEMPO A. Margono di ruang kerjanya di Jalan Veteran II,
Jakarta. Ruang kerja direktur PT Bumi Indonesia Indah itu,
tampak penuh dengan berbagai bagian binatang hasil buruannya.
Ada kepala banteng, kulit harimau, serta foto-foto hasil
perburuan yang dapat dilihat dengan bebas oleh semua tamu.
Berbagai jenis peluru juga tersedia di ruang kerjanya. Soal
penembakan gajah di Jambi, memang dibenarkannya. Malah ada
ditunjukannya fotonya bersama gajah korban tembakannya itu, yang
diberi tanggal 14 Desember 1976.
Waktu itu, ia sedang menyiapkan segala sesuatunya bagi ayahnya
yang hendak berburu harimau di sana. Menurut cerita penduduk,
harimau yang mau diburu itu sering turun ke desa mencuri ternak
penduduk. Makanya diizinkan untuk dicabut nyawanya, rupanya.
Kata Budisita: "Saya sudah beli seekor sapi untuk umpan harimau.
Juga tempat menunggu di atas pohon sudah saya siapkan untuk Bung
(Adam Malik). Tahu-tahu, yang datang bukan harimau yang
ditunggu. Melainkan sekawanan gajah. Terpaksa kami menembak
salah seekor di antaranya untuk menghalau kawanan gajah itu."
Ayah dari tiga orang anak itu mulai berburu sejak 1962 -- di
Rusia. Ia belajar dari ayahnya, yang ketika menjadi Dubes di
Moskwa sering diajak orang sana berburu belibis. Di Indonesia,
Budisita mulai berburu babi hutan di Lampung. Hingga kini, meski
paling banyak menembak babi, ia juga sudah pernah menembak
banteng, harimau, gajah, menjangan dan belibis."Khusus untuk
banteng, PPA tiap tahun menjual akte untuk menembak lima ekor
banteng @ 150 dollar," katanya. Sedang harimau dan gajah, memang
tak sembarang waktu boleh ditembak. Berburu menjangan, katanya,
"tak dibatasi terlalu ketat." Satu musim hanya boleh menembak
dua ekor. Sedang berburu babi hutan, boleh sebebas-bebasnya.
Namun di luar Jawa, para pemburu umumnya tak terlalu berminat
menembak babi hutan. Sambil ketawa dia ceritakan bagaimana dia
pernah dicemoohkan orang di Kendari, Sulawesi Tenggara, ketika
dia bilang mau berburu babi hutan. Mungkin lantaran babi hutan
toh terlalu banyak, hingga tak ada lagi keasyikan memburunya.
Atau karena masyarakatnya yang beragama Islam tak senang
terhadap pemburu babi. Dia kemudian mengalihkan bidikan
senapannya ke menjangan yang memang masih banyak di daerah itu.
Selain di Jawa Barat, Lampung dan Sulawesi Tenggara, Budisita
dan kawan-kawannya pernah juga berburu di Pulau Moyo dekat
Sumbawa (NTB), Kalimantan Timur, Sumatera Selatan dan di Jambi,
tempat terjadinya penembakan gajah itu.
Selain pengetahuannya tentang medan perburuan, pengenalannya
terhadap senjata berburu tampaknya cukup mendalam.
Ia sendiri memiliki 15 pucuk senapan dari berbagai kaliber. Ada
senapan Winchester 375 dan 308, Browning 308 kaliber 7 mili,
Weather BY 300, Foerug 243, dan beberapalagi. "Terus terang,"
kata anak Wakil Presiden ini, "dengan berburu saya dapat
menikmati hidup saya." Setiap kali merasa "jenuh" di kota, ia
melepaskan segala ketegangannya dengan berburu di hutan.
Dengan berburu ia menyatakan sekaligus "dapat mengenal kehidupan
rakyat secara langsung." Tak jarang kalau berburu bersama
ayahnya -- sebelum Adam Malik jadi Wakil Presiden -- ayah dan
anak itu membawa obat-obatan untuk penduduk. Dan yang penting,
sebagai anggota Perbakin, ia belum pernah mendapat teguran atau
peringatan dari organisasinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini