Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Bahlil Sebut Pensiun Dini PLTU Jangan Dipaksakan, Greenpeace: Transisi Energi Setengah Hati

Greenpeace menilai anggaran dan kebijakan fiskal negara semestinya diarahkan untuk pengembangan energi terbarukan.

5 Februari 2025 | 18.08 WIB

PLTU Babelan di Bekasi.
Perbesar
PLTU Babelan di Bekasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Bondan Andriyanu mengganggap pernyataan terbaru Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia soal program pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menunjukkan pemerintah masih setengah hati dalam program transisi energi. Bahlil sebelumnya menyebut program suntik mati PLTU sebaiknya tidak dipaksakan sambil menunggu ketersediaan dana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Padahal seharusnya anggaran negara dan kebijakan fiskal diarahkan untuk mendukung pengembangan energi terbarukan, bukan terus memberi subsidi pada batu bara,” ucap Bondan dalam keterangan tertulis, Rabu, 5 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Bondan, insentif batu bara seperti royalti nol persen dan skema domestic market obligation (DMO) justru memperpanjang usia PLTU batu bara. Terlebih, pajak karbon terhadap PLTU dibatalkan oleh pemerintah, padahal kebijakan itu bisa menyimbolkan keseriusan pemerintah dalam transisi energi. Namun, pembatalan itu juga menunjukkan keterbatasan anggaran negara untuk transisi energi, sehingga harus disokong oleh swasta.

Bondan menilai pernyataan Bahlil Lahadalia juga membingungkan karena ingin mengikuti Amerika Serikat yang keluar dari Perjanjian Paris. Langkah Negeri Abang Sam itu diambil oleh Donald Trump, lewat perintah eksekutifnya, tidak lama setelah dilantik menjadi presiden. Alih-alih bimbang, dia menyebut tindakan AS seharusnya membuat Indonesia mengencangkan kemitraan dengan maju lain yang masih berkomitmen dalam transisi energi.

“Indonesia harus mengambil peluang untuk mencari dukungan yang lebih besar,” tuturnya. Negara-negara yang dimaksud seperti Jepang, Cina, maupun negara dari Uni Eropa.

Melalui konferensi pers pada Senin, 3 Februari 2025, Bahlil sebelumnya menyebut pensiun dini PLTU tidak bisa dipaksakan karena tidak ada anggaran yang cukup. Dia mengklaim pemerintah telah berkomitmen dan membuat rencana pensiun dini PLTU.

“Ada dua syarat. Pertama, ada yang membiayai yang secara ekonomi tidak membebankan negara, tidak terlalu membebankan PT PLN, tidak membebankan rakyat,” ucap Bahlil, dikutip dari Antara.

Kementerian ESDM sebelumnya merencanakan program pensiun pembangkit batu bara akan dimulai dari PLTU Cirebon. Hasil identifikasi Kementerian ESDM bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) dan United Nations Office for Project Services menunjukkan ada 13 PLTU batu bara yang bisa dipensiunkan sebelum 2030. Kapasitas totalnya mencapai 4,8 gigawatt dengan emisi 66 juta ton CO2.

M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus