Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sesuatu Yang Jarang Ditemui

Pertemuan para menteri ekonomi ASEAN di Manila, membicarakan proyek kerjasama ekonomi. Jepang menjanjikan bantuan us$ 1 milyar. Proyek pupuk urea untuk Indonesia akan didirikan di Aceh.

28 Oktober 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RENCANA pendirian proyek bersama ASEAN tak semuanya diterima dengan penuh semangat oleh para anggotanya. Ini tercermin dari hasil pertemuan para Menteri Ekonomi ASEAN bulan lalu di Manila. Tapi konperensi yang berjalan seru itu paling tidak menyadarkan bahwa retorik kerjasama ekonomi yang didengungkan selama ini memang tak mudah menjadi kenyataan. Kerjasama itu mau tak mau harus melalui pahitnya liku-liku dunia bisnis. Yang paling mudah disetujui adalah proyek pupuk urea untuk Indonesia, yang rencananya akan didirikan di Aceh yang kini kaya dengan sumber yang diperlukannya, yaitu gas alam. Di samping memang merupakan lokasi yang logis, disetujuinya proyek pupuk urea untuk Indonesia ini merupakan pengakuan akan pengalaman Indonesia di bidang industri pupuk. Satu studi tentang proyek ini kini tengah dilakukan oleh serombongan para ahli dari Jepang, sesuatu yang nampaknya hanya formalitas, karena apapun hasil studi tim Jepang tersebut, proyek itu tetap akan menerima bagian dari US$ 1 millyar yang dijanjikan Jepang untuk pembangunan ke 5 proyek ASEAN tersebut. Tim Jepang tersebut nantinya jelas akan menemukan mahalnya biaya pembangunan suatu proyek di satu daerah yang terbelakang seperti Aceh, di samping masalah yang kini memang sudah diketahui: adanya kelebihan produksi yang tak bisa diserap oleh semua anggota ASEAN Sedangkan mengekspornya ke negara lain masih belum tentu menguntungkan dengan masih rendahnya harga pupuk urea di pasaran dunia. Proyek yang sama untuk Malaysia juga disetujui tanpa kesulitan. Proyek soda ash, untuk Muangthai juga disetujui sekalipun dengan beberapa perobahan dari rencana aslinya. Dan proyek pupuk phosphat untuk Filipina sudah oke, sekalipun dengan embel-embel, kalau keuntungannya nantinya tidak layak, Filipina akan ganti ke proyek kertas. Yang belum menentu adalah proyek mesin diesel untuk Singapura. Singapura ngotot untuk bisa memperoleh proyek ini, tapi Indonesia menentangnya. Untuk bisa layak (feasible) proyek ini harus menghasilkan diesel dari 200 tenaga kuda dan harus bisa masuk pasaran negara anggota ASEAN lainnya. Indonesia bilang bahwa diesel yang boleh masuk kepasarannya harus yang dari 500 tenaga kuda keatas. Dibawah itu, Indonesia sudah mampu memprodusirnya, dan industri diesel disini harus dilindungi dari saingan luar. Patungan Tapi yang lebih menarik dari hasil konperensi di Manila itu adalah tentang perusahaan patungan antar pemerintah yang dirancangnya. Diputuskan untuk tiap proyek di negara masing-masing, 60% dari modal dipegang oleh pemerintah tuan rumah, sedang sisanya dibagi sama di antara 4 anggota yang lain. Pihak swasta yang berminat, boleh ikut dengan syarat bagiannya tak boleh lebih dua pertiga bagian saham yang menjadi hak pemerintahnya, yang berarti bahwa saham pemerintah untuk satu proyek paling sedikit harus sepertiga dari yang menjadi haknya. Tapi kabar yang tersiar mengatakan bahwa -- mungkin gara-gara proyek dieselnya masih terkatung-katung -- Singapura tak bersemangat ikut ambil bagian dalam proyek patungan yang direncanakan ini, dan katanya paling hanya akan membayar 1% dari yang menjadi haknya. Apapun yang dilakukan Singapura, yang pasti adalah ini Perusahaan patungan yang nantinya dibentuk akan punya direksi yang terdiri dari satu wakil dari tiap negara. Jadi perusahaan yang dirancang ini akan merupakan perusahaan multi pemerintah, satu bentuk perusahaan yang jarang ditemui selama ini. Betapa sulitnya posisi masing-masing anggota direksi sudah bisa dibayangkan dari sekarang. Sejumlah manakah, misalnya anggota direksi dari Malaysia untuk proyek urea Aceh memikirkan kepentingan perusahaannya di Aceh ini, kalau suatu ketika, proyek ini mesti bersaing dengan proyek yang sama dari negaranya? Bagi ASEAN, pembentukan perusahaan multi-pemerintah ini merupakan sesuatu yang baru. Karenanya akan merupakan satu eksperimen yang menarik untuk dilihat perkembangannya. Kelima proyek tersebut buru-buru dirancang sesudah Perdana Menteri Jepang Fukuda pertengahan tahun lalu menjanjikan bantuan US$ 1 milyar untuk proyek bersama ASEAN. Kini waktunya bagi ASEAN untuk membuktikan bahwa kritik yang diarahkan terhadap dirinya tidak benar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus