Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

BMKG mengawasi kondisi muka air di sekitar pulau Gunung Ruang secara ketat. Antisipasi jika muncul tsunami akibat luruhan erups.

1 Mei 2024 | 08.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan asap dan abu erupsi Gunung Ruang dilihat dari desa Tagulandang, Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengawasi permukaan air laut di kawasan Gunung Ruang, Sulawesi Utara, secara ketat untuk mengantisipasi bahaya tsunami. Potensi gelombang air akibat erupsi terbaru gunung api tersebut sempat dilaporkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Sejak mendapat laporan PVMBG, BMKG secara intensif terus memonitor permukaan laut untuk upaya deteksi dini tsunami," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, melalui keterangan tertulis pada Selasa, 30 April 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk pemantauan muka laut, BMKG memakai peralatan Tide Gauge milik Badan Informasi Geospasial dan Automatic Weather System Maritim BMKG. Lokasi pemantauannya meliputi kawasan Pulau Siau, Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sangihe, hingga Kota Bitung.

Menurut Daryono, alat itu sudah terintegrasi dengan Sistem Indonesia Tsunami Non Tektonik alias InaTNT. Dari laporan seluruh stasiun pemantau, tidak ada perubahan signifikan pada perairan di sekitar gunung tersebut. Dia mengimbau masyarakat tetap waspada dan tidak terpengaruh oleh hoaks.

 

Sejarah Kelam Tsunami Gunung Ruang

Menurut Daryono, dampak letusan Gunung Ruang tidak bisa dipandang sebelah mata. Pada 1871, erupsi gunung di Kabupaten Kepulauan Sitaro itu sempat memicu tsunami yang menewaskan sedikitnya 400 penduduk. Ketinggian sapuan air saat itu diperkirakan mencapai 25 meter.

Pemantauan muka laut selama erupsi Gunung Ruang kini menjadi sangat urgen. “Untuk mengantisipasi dan mengeluarkan peringatan dini jika potensi tsunami terjadi," katanya.

Dia menjamin teknologi BMKG sudah terintegrasi dengan berbagai data observasi permukaan laut. Tim BMKG juga memakai algoritma detektor untuk mendeteksi anomali muka laut.

 

Radus Bahaya menjai 7 Kilometer

Badan Geologi sebelumnya memperluas radius daerah bahaya letusan Gunung Ruang yang kini dalam status Level IV atau Awas dari 6 kilometer menjadi 7 kilometer.

“Berdasarkan yang kami amati perkembangan Gunung Ruang semalam hingga dini hari tadi bahwa memang batu-batuan material erupsi mencapai daerah yang cukup jauh radiusnya,” kata Penyelidik Bumi Madya Badan Geologi, Hetty Triastuty, dalam konferensi pers daring, Selasa kemarin.

Hetty menyebutkan kemungkinan adanya penambahan pengungsi seiring perluasan radius bahaya tersebut. “Bisa jadi ada penambahan tapi kami belum dapat informasi detailnya,” kata dia.

Menurut Hetty, erupsi Gunung Ruang sudah relatif melemah pada Senin sore, 29 April 2024. Namun muncul erupsi dengan kekuatan yang lebih besar pada Selasa dinihari.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus