Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Jakarta dan Jawa Barat akan tetap diakhiri pada 20 Maret 2025. Namun, Pelaksana tugas (Plt) Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG Budi Harsoyo membuka kemungkinan perpanjangan rekayasa cuaca sesuai evaluasi yang akan berjalan selama beberapa hari ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Masih akan kami evaluasi lagi dengan melihat update prediksi mendekati 20 Maret nanti,” kata Budi ketika dihubungi Tempo pada Ahad, 16 Maret 2025
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Budi belum bisa memastikan besaran anggaran yang dibutuhkan untuk OMC berikutnya. Menurut dia, kontrak operasi ini merupakan hasil kemitraan pemerintah daerah dan operator swasta.
Perlu diketahui, OMC di Jakarta yang berpusat di Posko Landasan Udara Halim Perdanakusuma didanai oleh Pemerintah DKI Jakarta melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta. Adapun OMC di Jawa Barat dibiayai regulator provinsi tersebut melalui BPBD Jabar. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turut berkontribusi dalam operasional OMC dalam hal penyediaan armada pesawat untuk terbang pada malam hari. Armada ini dioperasikan oleh PT Smart Cakrawala Aviation.
“Nilainya saya kurang tahu persis karena mereka berkontrak dengan operator swasta (PT Rekayasa Atmosfer Indonesia.,” tutur Budi.
Sebelumnya, BMKG memperpanjang OMC 24 jam non-stop di Jakarta dan sekitarnya hingga 20 Maret 2025l Keputusan diambil sering munculnya prediksi BMKG ihwal curah hujan dasarian II dan III Maret 2025. Curah hujan diperkirakan masih berkategori tinggi dan sangat tinggi di wilayah Jabodetabek bagian Selatan hingga akhir Maret 2025.
Pelaksana tugas Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut perpanjangan OMC sebagau langkah preventif untuk menanggulangi risiko bencana hidrometeorologi. “Seluruh proses OMC dilakukan berdasarkan analisis data dan pemodelan atmosfer yang tepat agar berjalan dengan efektif,” kata Dwikorita melalui keterangan tertulis pada 14 Maret lalu.
Pilihan Editor: Kerugian Negara Akibat Pertamina Pertamax Oplosan Hampir 1 Kuadriliun, Berikut Bilangan di atas Triliun