Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Di Depan Gurun Yang Merayap

22 negara Afrika membahas meluasnya gurun sahara yang mengepung negara-negara miskin. Banyak bantuan dari luar jatuh ke alamat yang salah. (ling)

28 Juli 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GURUN yang mengerikan tiap tahun bertambah mengerikan di Afrika. Tanah gersang itu bukan saja mengepung delapan negara yang miskin dan kerontang, tapi gurun itu juga kian meluas. Cukup cepat: ia merayap sampai 7 km lebarnya tiap tahun. Tak sukar untuk meramal: Kedelapan negeri itu (Tanjung Verde, Gambia, Senegal Mali, Mauritania, Volta Hulu, Nigeria, dan Chad) kini tengah menunggu lagi malapetaka yang pernah menimpa 10 tahun yang lalu, ketika kekeringan membunuh 150 ribu manusia dan jutaan ternak. Apa yang salah? Pertanyaan itu telah jadi bahan diskusi para ahli lingkungan selama beberapa tahun terakhir. Pekan lalu, pertanyaan itu juga yang sedang hendak dijawab oleh pertemuan 22 negara Afrika di Dakkar, ibu kota Senegal. Konperensi itu khusus diadakan buat menyatakan "perang" kepada ekspansi gurun itu. Paling aktif tentu saja ke-8 negara yang menderita, yang secara bersama disebut "Sahel" itu. Tapi bagaimana caranya, tak mudah dijawab. Wilayah Sahel telah dicoba ditolong. Sejumlah negeri kaya membentuk "Club du Sahel". Ke-8 negara itu sendiri membentuk CILSS, scbuah komisi antarnegara guna mengontrol kekeringan. Bantuan yang masuk ke daerah ini mencapai US$ 40 bagi tiap orang rata-rata setahun - lebih tinggi dari bantuan per kapita seluruh Afrika yang cuma US$ 19. Tapi hasilnya nihil. Tujuan bantuan itu, seperti dikatakan juru bicara "Club du Sahel", ialah untuk meningkatkan swasembada pangan bagi daerah itu. Namun, kenyataannya, seperte delaporkan oleh Earthscan, media yang memonitor dan menyiarkan soal-soal lingkungan dengan bantuan PBB, jatuhnya ke tempat yang salah. Produksi pangan sampai merosot 15%. Soalnya, hanya 24% dari US$ 7,45 milyar yang dituang ke Sahel antara 1975 dan 1980 yang dimanfaatkan bagi pengembangan pedesaan. Hanya seperempat dari uang bantuan pertaman yang sampai ke tanaman pangan. Dalam hal penanaman kembali hutan hanya 1,4% dari dana Sahel yang tepercik ke situ. Kesalahan ini memang diakui sendiri oleh para pejabat bantuan dari Barat. Tapi ada faktor lain. Kata Larry Dash, direktur Program Sahel dari USAID (kantor Bantuan AS untuk Pembangunan Internasional), "Meskipun kita putuskan untuk memberikan 80% buat pembangunan pedesaan, kami tak akan dapat menghabiskannya. Tak cukup tenaga terlatih dan prasarana." Dash memang agak menyesalkan tingkat Pendidikan orang-orang Sahel itu sebagai faktor utama. "Bahkan di AS bagian Barat," katanya, "dengan para petaninya yang terdidik, diperlukan 25 sampai 30 tahun agar pengairan jadi beres." Apalagi para petani Sahel yang cuma 5% yang bisa baca tulis dan umumnya dianggap belum sadar akan peliknya masalah ekologis. Pertumbuhan penduduk di wilayah itu memang khas gambaran terkebelakang: mencapai 2,5% per tahun. Penderitaan berabad-abad agaknya menghantui penduduk dengan ketakutan kehilangan anak. Sikap mumpung juga tampak di tempat lain, karena terblasa kekurangan. Para pemilik ternak, misalnya, biasa menebang pohon buat memberi makan kambing mereka - tak cukup dengan hanya memetik rantingnya. "Perlu waktu yang sangat panjang buat mengubah pemikiran para petani itu," kata George Bourgogigine, dari sekretariat "Club du Sahel". Pendapat ini tentu saja klise, tapi Bourgogignie tak cuma menyalahkan para jelata itu. Ia juga mengakui kesalahan negeri donor, yang cenderung mencari cara yang mudah, misalnya dengan terutama membangun proyek-proyek prasarana. Birokrasi dibutuhkan dan sekaligus menghambat. Kantor CILSS dan kantor PBB untuk urusan Sahel, kedua-duanya di satu kota, telah jadi saling curiga dan tak pernah berdialog. Pertemuan ke-22 negara Afrika di Dakkar itu mungkin usaha komunikasi lain - sebelum gurun menelan kota-kota di sana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus