Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Ekskavasi di Situs Muarajambi Ungkap Candi Tempat Belajar Mengajar

Tim arkeologi sedang melakukan ekskavasi di kawasan Candi Kotomahligai, Jambi. Bagian dari situs yang selama ini belum tersentuh.

9 Juli 2021 | 19.22 WIB

Peneliti melakukan ekskavasi di situs Candi Koto Mahligai, kompleks Candi Muarajambi, Jambi, Kamis, 8 Juli 2021. Penelitian itu bertujuan mengungkap fungsi dan pemanfaatannya pada masa lampau. ANTARA/Wahdi Septiawan
Perbesar
Peneliti melakukan ekskavasi di situs Candi Koto Mahligai, kompleks Candi Muarajambi, Jambi, Kamis, 8 Juli 2021. Penelitian itu bertujuan mengungkap fungsi dan pemanfaatannya pada masa lampau. ANTARA/Wahdi Septiawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Palembang - Tim arkeologi sedang melakukan ekskavasi di kawasan Candi Kotomahligai, Jambi. Memasuki hari ke-8, tim yang dipimpin arkeolog Retno Purwanti dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan (Balar Sumsel) ini berhasil menemukan struktur bata dengan sekitar 1132 pecahan genting. "Temuan tersebut masih mungkin bertambah hingga usainya ekskavasi nanti," kata Retno, Jumat 9 Juli 2021. 

Retno menerangkan, Kotomahligai merupakan salah satu candi yang terletak di Situs Kawasan Percandian Muarajambi (SKPM). Kotomahligai memiliki kedudukan yang unik karena terletak di bagian paling barat kawasan itu dan disebut candi, bukan menapo, oleh masyarakat sekitar. 

"Dan yang paling menarik adalah Kotomahligai belum pernah tersentuh kegiatan penelitian sehingga bentuk arsitektur dan tinggalan arkeologi yang terkandung di dalamnya belum diketahui," ujarnya.

Hingga saat ini diketahui bahwa Kotomahligai merupakan kompleks bangunan seluas 15.865 meter persegi. Kompleks candi ini memiliki dua halaman dan dibatasi dua pagar keliling. Di dalam halaman tengah terdapat dua gundukan tanah berukuran besar dengan posisi sejajar ke arah timur-barat. Gundukan tanah di sebelah timur berukuran 20 x 20 meter (Menapo 1). Sementara, gundukan tanah di sebelah timurnya berukuran lebih kecil (Menapo 2), yaitu 15 x 15 meter dengan tinggi 1,5-1, 8 meter.

Di sebelah utara Menapo 1 terdapat gundukan tanah kecil (Menapo 3) berukuran 7 x 7 meter dan tinggi 1,5 meter. Di sebelah selatan Menapo 2 terdapat gundukan tanah berbentuk segi empat berukuran sekitar 16 x 8 meter dan tinggi 0,5 meter (Menapo 4).

Hingga Kamis kemarin telah dibuka 7 kotak ekskavasi tersebar di sudut barat daya sebanyak 2 kotak, di sudut barat laut satu kotak berada pada Menapo 1. Di Menapo 2 dibuka 2 kotak ekskavasi di sisi timur laut dan tenggara; 2 kotak pada Menapo 3 dan satu kotak pada Menapo 5 yang terletak di sudut halaman utama. Hasil penggalian tanah pada ke-7 kotak ekskavasi berhasil memperlihatkan adanya struktur bangunan bata berdenah bujursangkar berukuran 3 x 3 meter pada Menapo 3 dengan pintu masuk berada di timur.

Pada Menapo 1 baru menemukan bagian luar dinding bangunan sehingga belum dapat diketahui bentuk denahnya. Sementara itu, pada Menapo 2 telah ditemukan bagian dinding luar bangunan di sisi selatan dan penampil pada sisi timur laut sehingga dapat diketahui, bahwa pintu masuk tidak berada di tengah dinding bagian timur.

Pada Menapo 4 ditemukan 363 pecahan genting dari tanah liat dan keramik berglasir hijau. Sejumlah pecahan memperlihatkan adanya pengait dan lubang. Penggalian tanah pada Menapo 4 ini menemukan 979 pecahan genting dan beberapa diantaranya berglasir hijau. Pada sisi barat ditemukan struktur bata intak sebanyak 4 lapis.

 

Tim arkeologi melakukan ekskavasi di kawasan Candi Kotomahligai, Jambi. Tim yang dipimpin arkeolog Retno Purwanti dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan (Balar Sumsel) ini berhasil menemukan struktur bata dengan sekitar 1132 pecahan genting. Dok Balar Sumsel

 

Selain temuan struktur bangunan bata, ditemukan juga pecahan-pecahan keramik Cina dari masa Dinasti Tang dan Sung (abad 10-12 Masehi) dan paku. Sampai saat ini belum ditemukan artefak-artefak keagamaan, baik berupa arca maupun artefak pendukung lainnya.

Berdasarkan hasil temuan-temuan tersebut, tim membuat kesimpulan sementara bahwa Candi Kotomahligai bukan merupakan bangunan peribadatan, melainkan bangunan yang digunakan untuk tempat belajar-mengajar umat Buddha. "Simpulan sementara ini didukung dengan belum ditemukannya altar pada salah satu struktur di dalam kompleks Candi Kotomahligai," ujar Retno menutup keterangannya.

Baca juga:
Arkeolog Teliti Harta Karun Sriwijaya, Muncul Setelah Karhutla

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus