Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Hama Dan Serangga Makin Kebal

Laporan UNEPunep dalam rangka hari lingkungan sedunia, bahwa hama sudah kebal bahan kimiawi. Badan PBB menganjurkan mengembangkan progran pengawasan hama terpadu agar tidak membahayakan kesehatan. (ling)

23 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA insektisida dan pestisida dijumpai, manusia seakan-akan telah mampu mengembangkan senjata ampuh melawan hama dan serangga. Dengan senjata bahan kimiawi itu manusia tampaknya memenangkan perang dalam awal 1960-an. Tapi sekarang, menurut laporan UNEP (Program Lingkungan PBB), manusia dalam bahaya akan kalah melawan hama dan serangga. Laporan UNEP, yang tersiar dalam rangka Hari Lingkungan Se-dunia 5 Juni, mencatat bahwa hama ternyata sudah makin kebal terhadap bahan kimiawi itu. Badan PBB itu menganjurkan supaya manusia jangan tergantung betul pada pembasmian secara tradisionil, seperti dengan pestisida tadi. Sebagai pengganti, dianjurkannya suatu konsep yang dikenal sebagai integrated pest management (pengelolaan hama terpadu). Konsep ini mencakup pendekatan kimiawi dan biologis yang luas terhadap permasalahan. 100 Juta Tiap Tahun Tadinya insektisida semacam DDT yang disemprot telah mensukseskan kampanye WHO (Organisasi Kesehatan Se-dunia) membasmi malaria, penyakit daerah tropis. Lama-kelamaan nyamuk pun kebal terhadap DDT. Kampanye anti-malaria itu pun berantakan. Resistan insektisida sekarang dijumpai pada nyamuk di 62 dari 107 negeri, di mana terdapat malaria. Banyak negeri mengalami kenaikan kasus malaria sebanyak 30-40 kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir ini. Bahan kimiawi lainnya pengganti DDT lebih banyak mengandung racun dan juga lebih mahal, mengakibatkan program anti-malaria India hari ini menelan lebih 50% dari jumlah anggaran kesehatan India. Soal malaria ini menjadi topik penting dalam suatu konperensi di Dar-es Salaam pekan lalu. Lebih dari 100 wakil dari berbagai negara Afrika Hitam menghadirinya. Sekitar 100 juta manusia dilaporkan terserang malaria setiap tahun di Benua Hitam itu. Selain nyamuk, 38 jenis pembawa penyakit lainnya termasuk lalat dan kutu makin menjadi kebal terhadap obat pembasmi. Tapi resistan itu bukan hanya terbatas pada hama yang mengancam kesehatan masyarakat. Juga resistan dijumpai dalam hama yang menggerogoti tanaman. FAO (Organisasi Makanan dan Pertanian), suatu badan PBB, kini mendaftarkan 233 hama pertanian yang menjadi resistan terhadap sembilan di antara kelompok utama pestisida. Sebagian besar hama ini mengganggu tanaman utama seperti kapas, padi, kentang, buah-buahan, jagung, gandum dan sorghum. Bahkan tikus pun menunjukkan kecenderungan menjadi resistan terhadap rodentisida. Soal resistan itu demikian gawat sehingga tidak satu pun industri yang menyodorkan pestisida baru pada WHO untuk diuji kebaikannya dalam tahun 1978. Jutaan dollar biasanya habis untuk menguji obat pembasmi baru. Sekarang WHO bahkan mengurangi tenaga staf lapangan yang terlibat dalam pengulan pestisida. Bagi negara berkembang umumnya, perkembangan ini cukup serius berhubung usaha meningkatkan produksi makanan dan pencegahan penyakit menjadi prioritas utama. Tapi tiadanya metode baru untuk membasmi hama ini diduga akan terasa juga akibatnya pada negara-negara kaya. Oleh karena itu badan PBB seperti FAO, WHO dan UNEP kini mulai berpendapat bahwa ketergantungan pada bahan kimiawi perlu dikurangi. Mereka lantas mengembangkan program pengawasan hama terpadu (integrated pest control). Apakah terpadu itu? Mostafa Kamal Torba, direktur UNEP, menguraikan hal ini dalam laporannya. Dalam jangka panjang, dianjurkannya 5 cara terbaik: 1). Pengawasan lingkungan. Misalnya, sarang pembiakan hama hendaknya dibasmi. 2). Teknik genetik. Artinya, usaha mensterilkan jantan hama supaya ia tidak berkembang terus. 3). Pengawasan biologis. Artinya, memelihara musuh alamiah, antara lain seperti membiarkan ular hidup untuk mencegah populasi tikus. Atau kodok untuk membasmi serangga. 4). Pengawasan tingkah-laku. Umpamanya, menggunakan kebiasaan serangga untuk pembasmiannya. 5). Pembiakan resistan. Umpamanya, membiakkan varitas. tanaman unggul yang tahan hama. Metode terpadu ini tampaknya tidak sepenuhnya menolak obat kimiawi. Hanya penggunaannya jadi berkurang. Ini lebih baik, mengingat penyemprotan pestisida yang berlebihan pernah merusak lingkungan dan membahayakan kesehatan penduduk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus