Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Heboh Banjir, Greenpeace Ingatkan Regulator Soal Risiko Alih Fungsi Lahan

Greenpeace menilai perubahan fungsi lahan di sekitar Jabodetabek mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap. RIsiko banjir meningkat.

6 Maret 2025 | 22.37 WIB

Banjir merendam rumah warga RT 005 RW 05 di Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Selasa, 4 Maret 2025. Tempo/Anastasya Lavenia
Perbesar
Banjir merendam rumah warga RT 005 RW 05 di Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Selasa, 4 Maret 2025. Tempo/Anastasya Lavenia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Greenpeace Indonesia mendesak regulator Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi alias Jabodetabek memperkuat mitigasi dan adaptasi iklim di tengah lonjakan intensitas cuaca ekstrem. Perubahan fungsi lahan yang tidak terkendali, serta lambatnya respons pemerintah, dianggap memperparah banjir di metropolitan tersebut selama beberapa hari hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sapta Ananda Proklamasi, Senior Data Strategist Greenpeace Indonesia mengatakan perubahan fungsi lahan mengurangi kemampuan penyerapan air. Limpasan air ke sungai menjadi sangat besar. “Melebihi kapasitasnya dan mengakibatkan sungai meluap ke daerah permukiman di Bekasi yang berada di lokasi lebih rendah,” katanya melalui keterangan tertulis pada Kamis, 6 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Sapta, banjir merendam 20 lokasi di tujuh kecamatan yang ada di Bekasi. Risiko banjir dianggap meningkat karena perubahan drastis pada daerah aliran sungai (DAS) Kali Bekasi.

Data Kementerian Kehutanan, kata dia, menunjukkan area terbangun di DAS Kali Bekasi meningkat dari 5,1 persen pada 1990 menjadi 42 persen pada 2022. Kini hanya tersisa sekitar 1.700 hektare lahan hutan di wilayah DAS Kali Bekasi, atau kurang dari 2 persen luas wilayah DAS.

Hingga Rabu, 5 Maret kemarin, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta mencatat masih ada 85 RT yang terendam banjir. Bahala itu meluas ke hampir seantero Jakarta, namun dampak terparah ada di Jakarta Selatan. Di Kelurahan Pengadegan, sebagai contoh, genangan air masih setinggi 3,1 meter.

Juru Kampanye Sosial dan Ekonomi Greenpeace Indonesia Jeanny Sirait menilai eksploitasi alam dan pembangunan di DAS Kali Bekasi seharusnya bisa dicegah dengan pembatasan izin lingkungan. Ia juga mengkritik lambatnya respons pemerintah daerah terhadap peringatan BMKG.

“Jabodetabek, layaknya Indonesia, kini berada di garis depan krisis iklim,” tuturnya dalam keterangan tertulis yang sama.  

Menurut Jeanny, para regulator di Jabodetabek seharusnya berfokus merancang kota yang tahan iklim, termasuk mempersiapkan warganya. Kebijakan modifikasi cuaca saat musim hujan dianggap hanya solusi palsu yang hanya bertahan sementara.

Greenpeace menyarankan pengelolaan DAS terpadu, restorasi kawasan hutan di hulu, pembangunan sumur resapan dan biopori, serta perluasan ruang terbuka hijau (RTH). Pemerintah juga disarankan membatasi izin usaha yang mengeksploitasi lingkungan, serta melarang alih fungsi lahan yang tidak sesuai daya dukung lingkungan.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus