Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengerahkan metode flare dalam upaya menanggulangi banjir karena hujan ekstrem di Jakarta dan sekitarnya. Metode ini sejatinya sudah mulai diterapkan per hari ini, Rabu 26 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi ada dua teknik yang kami terapkan mulai hari ini. Flare yang akan kami terbangkan dengan pesawat dari bandara Curug, Tangerang, dan bahan semai garam dari Bandara Halim Perdanakusumah yang sudah berjalan sejak 3 Januari lalu," kata Kepala BBTMC Tri Handoko Seto saat ditemui di kantornya di Kompleks Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Rabu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seto menjelaskan perbedaan di antara keduanya. Metode semai awan pakai garam dilakukan dengan membidik awan-awan hujan yang terbentuk di luar dan mengarah ke Jakarta. Awan disemai diharapkan hujan bisa turun lebih cepat di atas laut--sebelum masuk kawasan Jabodetabek.
Sejumlah kendaraan menerobos banjir yang merendam di jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, 25 Februari 2020. Intensitas hujan tinggi sejak dini hari membuat jalanan ini banjir setinggi 50 cm. Banjir ini juga membuat kemacetan di jalan Daan Mogot. TEMPO/Fajar Januarta
Metode dengan flare membidik awan yang sudah sampai ataupun tumbuh di atas Jabodetabek dan tidak bisa diatasi dengan semai garam. "Flare pakai bahan semai berbeda yang memungkinkan memperlambat turunnya hujan atau mengganggu proses terjadinya hujan itu," katanya menjelaskan.
Seto mengaku timnya mendapat instruksi untuk mengerahkan pula flare setelah banjir besar kembali merendam Jakarta dan sekitarnya beberapa hari terakhir. Banjir disebabkan hujan turun pada malam dan dinihari.