Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Kala Burung Endemik Indonesia Terancam Pembukaan Tambang

Burung termasuk hewan endemik di Indonesia yang habitatnya berpotensi terganggu oleh pembukaan lahan tambang.

30 Januari 2024 | 20.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas mengangkut peti berisi burung endemik Indonesia di Pusat penyelamatan dan rehabilitasi satwa liar Tasikoki, Bitung, Sulawesi Utara, Kamis 19 Oktober 2023. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara berhasil memulangkan (repatriasi) sebanyak 73 ekor burung endemik yang terdiri dari jenis kakaktua jambul kuning, kakaktua raja, kakatua Maluku dan nuri kepala hitam yang merupakan hasil tindak pidana penyelundupan satwa liar di Filipina, selanjutnya seluruh hewan endemik tersebut akan melewati proses pemeriksaan serta rehabilitasi di pusat penyelamatan dan rehabilitasi satwa liar Tasikoki di Bitung sebelum dilepaskan ke habitat asalnya. ANTARA FOTO/Adwit Pramono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Burung Indonesia memperkirakan eksploitasi hutan untuk lahan tambang, termasuk nikel, akan semakin mengancam habitat burung endemik. Biodiversity and Conservation Officer Burung Indonesia, Achmad Ridha Junaid, mengatakan lembaganya belum mengantongi kajian spesifik mengenai dampak penambangan terhadap populasi burung di dalam negeri. Namun, pembukan hutan yang sebelumnya alami sangat berpotensi menganggu spesies yang sedang berkembang biak, terutama jenis endemik yang wilayah hidupnya terbatas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kalau habitatnya rusak, pasti berdampak juga pada penurunan populasi dalam jangka panjang,” kata Ridha kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Ridha, perubahan tutupan hutan yang kecil pun bisa mempengaruhi kehidupan burung endemik, terutama yang berada di wilayah bioregion Wallacea, meliputi Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Di Maluku Utara, sebagai contoh, terdapat sedikitnya 98 spesies burung endemik Indonesia. Sebanyak 41 masih tersebar secara merata, namun ada 12 spesies yang hanya mendiami pulau tertentu.

Pulau Obi, dia meneruskan, memiliki 5 spesies burung endemik seperti pergam obi, brinji-emas obi, cendrawasih-gagak obi, kipasan obi, serta walik benjol. Walik benjol, dari catatan Burung Indonesia, sudah berstatus terancam punah karena sangat sensitif terhadap perubahan habitat. “Populasi dan wilayah sebarannya sangat kecil.”

Indonesia Memiliki Burung Endemik Terbanyak

Ada 1.826 spesies burung yang tercatat di Indonesia pada 2023, naik dari 1.818 spesies pada tahun sebelumnya. Sebanyak 541 spesies dari jumlah tersebut merupakan jenis endemik. Keragaman spesies endemik di Indonesia merupakan yang terbanyak di dunia. Bila dibandingkan dengan catatan 2022, ada tujuh spesies anyar yang ditemukan selama setahun terakhir.

Beberapa spesies endemik, kata Ridha, hidup di area terbuka, misalnya burung Gosong Maluku yang memakai pantai untuk berkembang biak. Secara global, Indonesia merupakan rumah bagi 172 spesies burung yang terancam punah. Jumlah terbanyak dari spesies rentan itu ada di Sumatera, diikuti Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. “Kalau habitatnya terganggu, jumlah salah satu jenis bisa saja menurun signifikan.”

Pertambangan Menelan Tutupan Hutan

Yayasan Madani Berkelanjutan sempat mencatat 542 ribu hektare area hutan alam berisiko hilang akibat konsesi tambang, terutama nikel. Sebanyak 122 ribu hektare dari luasan itu ada di Sulawesi Tenggara. Peneliti Yayasan Madani, Sadam Afian, mengatakan konsesi nikel di provinsi tersebut menembus 243 ribu hektare hingga pertengahan 2023. Sebanyak 73 persen konsesi tambang nikel, dari catatan organisasi, masuk ke kawasan hutan, mayoritasnya di hutan produksi. “Bukaan lahannya kecil-kecil, hanya sekitar 50-100 hektare, tapi banyak,” ucapnya kepada Tempo.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus