Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Kebisingan, Siapa Peduli?

Para ahli akustik se-asean belajar di bandung (seminar pengukuran suara untuk perlindungan lingkungan), suatu usaha menyeragamkan cara pengukuran tingkat kebisingan. (ling)

11 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HINGAR-bingar knalpot mobil dan angkutan kota lainnya di Jalan Suci, Bandung, mencapai angka 8, dBA (decibel akustik). Keadaannya sengaja diukur dengan sound level meter. sebuah alat buatan Denmark. Angka itu, walaupun sekedar contoh untuk sebuah seminar, cukup mengejutkan. Para peserta seminar pengukuran suara untuk perlindungan lingkungan (Accoustic Measurement for Environment Protection) itu datang dari semua negara ASEAN. Berlangsung di Bandung (22 November sampai 10 Desember), seminar itu merelakan standar kebisingan daerah pemukirnan hanya 45-55 dBA. Jadi Jalan Suci--bukanlah yang paling ramai di Bandung -- ternyata sangat berisik, melampaui standar. Bahaya pencemaran lingkungan oleh kebisingan dari berbagai sumber bunyi belum begitu dihiraukan di kalangan ASEAN, kecuali Singapura. Pengukuran kebisingan bahkan belum pernah dilakukan terhadap kota besar mana pun di Indonesia Padahal itu sangat dibutuhkan dalam merancang tata kota, "untuk menetapkan mana daerah yang cocok bagi lokasi industri, perumahan, atau rumah sakit," ujar Ir. Margana Koesoemadinata Kepala Laboratorium Metrologji Akustik LIN (Lembaga Instrumentasi Nasional) LIPI. Standar kebisingan telah disusun oleh ISO (International Standardisation Organisation), suatu lembaga di Swiss. Antara lain: 45 - 55 dB bagi kawasan pemukiman, 60-70 dBA kawasan industri berat. Kalau untuk rumah sakit, kebisingan tak boleh lebih dari 3 5 dBA. Biasanya jasa LIN LIPI diminu mengukur kebisingan yang terasa mengganggu (lihat box). Misalnya, generator milik PT Indosat, Bekasi, pernah tahun lalu mengundang protes penduduk sekelilingnya. Ternyata suaranya yang sampai ke pemukiman mencapai 65 dBA. Kemudian dinding ruang penyimpan generator terpaksa dilapisi bahan-bahan penyerap suara. "Sekarang penduduk tak protes lagi," kata Margana. Atas permintaan Pertamina, juga pernah LIN meneliti semburan gas liar di sumur P.T.29 Pulau Tabuan Timur, Sum-Ut. Dinding beton pada 20 rumah pegawainya di sekitar sumur itu sudah retak-retak, dan penghuninya sangat terganggu oleh suara gas itu, 93 dBA. Akhirnya, atas saran LIN, perumahan yang semula hanya 350 m dari sumur gas dipindahkan ke luar radius 1.500 m, sedangkan mereka yang bekerja di sana diberi pelindung telinga (ear muffs). Kebisingan di luar batas ambang mengganggu orang berpikir. Ia akan mudah marah. Perumya mual atau sakit. Ancaman yang paling serius: tuli. Dep-Kes membuat standar 90 dBA untuk kawasan industri dengan 8 jam kerja. Cukup tinggi. Jerman Barat, yang cukup memperhatikan pencemaran kebisingan, membuat standar 85 dBA, atau masih di atas tingkat aman 80 dBA yang dibuat ISO. Umumnya kebisingan melampaui batas di lapangan terbang. Pesawat terbang yang tinggal landas diharuskan terbang lurus, agar berkurang kawasan yang tercemar oleh deru-deramnya. Di Jerman Barat, pilot yang terbang berkelok ketika lepas landas didenda, sebaliknya, siapa "yang lepas landas dengan lurus diberi bonus," ujar Helmut Bostelman. Dia ahli akustik CDG (Carl Duisberg Gesselschaft), satu yayasan ) erman Barat, yang diperbantukan di LIN LIPI. Tentu saja Indonesia masih lama lagi bisa berkeras dalam hai kebisingan. Untuk menyusun standarnya saja, kata Margana, "butuh waktu yang lama dan biaya besar. " Masih harus dilakukan pengukuran kebisingan di mana-mana: bandar udara, jalan raya, pemukiman, perkantoran, industri, bahkan tempat disko. Diskotek tergolong tempat bising, bisa sampai 110 dBA. Dengan setinggi itu, menurut tabel ISO, banyak pengunjung setia tempat bersantai itu terancam tuii setelah 5 tahun. Seminar di Bandung kali ini lebih mirip sebuah kursus. Para ahli akustik dari berbagai negara ASEAN diajak mengenali sejumlah macam alat pengukur tingkat kebisingan. Diharapkan tercipta keseragaman dalam cara pengukuran," ujar Dr. Ny Christine Kurtz, ahli CDG yang memimpin seminar itu. Di LIN LIPI sudah tersedia berba gai jenis alat pengukur kebisingan itu, dari mulai yang kuno sampai jenis mutakhir yang berharga Rp 30 juta. Jasanya punl bila ada permintaan, setiap waktu tersedia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus