KERACUNAN Pb dan CO memang berbahaya. Tapi, apakah berakibat penderitanya jadi suka marah-marah? Belum tentu. Tingginya kadar Pb dalam darah akibat pencemaran segera mempengaruhi enzim delta Amino Levulinic Acid Dehydratase (delta ALAD) dalam tubuh. Dr. Hendrarto, seorang ahli biokimia, menjelaskan bahwa Pb mempengaruhi khususnya aktivitas enzim ini dalam membentuk Hb (butir-butir darah merah). Butir-butir ini berfungsi mengikat O2 (oksigen) dan mendistribusi kannya ke seluruh tubuh, termasuk otak. Terganggunya enzim delta ALAD oleh Pb dalam memproduksi Hb menimbulkan penyakit anemia, yang lebih dikenal sebagai penyakit kurang darah. Gejala penyakit ini yang umum dikenal adalah pusing dan mata berkunang-kunang bila penderita bangkit secara mendadak dari posisi jongkok. Selain anemia, Pb punya juga bahaya lain, yaitu mengendap di jaringan otak. Ini mengakibatkan otak tidak berfungsi (enchepalopathy). Bahaya ini pun tak terlihat mendadak. Sebab, menurut Hendrarto, tumpukan Pb terjadi akumulatif - terus menumpuk. Mengenai keracunan CO, Hendrarto, yang turut dalam penelitian PPSDALH, menjelaskan, dalam keadaan normal Hb darah mengikat oksigen dari udara. Bila kadar CO (carbon monoksida) tinggi dalam udara, Hb lebih "tertarik" untuk mengikat CO. Yang berbahaya adalah, sekali mengikat Hb, CO akan terikat terus. CO ini mempunyai kekuatan mengikat Hb, 210 kali daripada O2 (oksigen). Akibatnya, O2 tak punya lagi kesempatan mengikat Hb. Bila kadar CO sangat tinggi, penderita akan mati dalam waktu satu jam (seperti kasus Syeni di Ancol, Jakarta, yang mati di dalam mobil bosnya (TEMPO, 15 Desember 1984). Namun, bila CO masuk sedikit-sedikit, seperti dalam kasus polusi udara, penderita akan mengalami gangguan pada susunan saraf. Gejalanya, menurunnya kecerdasan dan daya ingat. Gangguan dalam bentuk serangan akibat peninggian kadar CO, menurut Dr. Wahyu Karhiwikarta - satu-satunya doktor dalam ilmu hal iklim di Indonesia - adalah penurunan kesadaran hingga pingsan. "Marah-marah bukanlah gejala khas tingginya kadar CO," ujar ahli itu menanggapi pendapat Prof. Otto Soemarwoto baru-baru ini. Mengenai polisi yang cepat marah di jalan raya, Wahyu cenderung memperkirakan akibat kelelahan, terutama karena berdiri di panas matahari lebih dari dua jam. Wahyu juga tak setuju cara mengatasi keracunan CO pada polisi dengan cara memberikan masker. Memakai masker dalam jangka waktu lama malah bisa menimbulkan hypoxia atau rendahnya oksigen dalam darah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini