Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga kini persoalan harimau Jawa (Panthera tigris mondaica) masih saja menjadi perdebatan. Dari berbagai referensi disebutkan harimau Jawa masih banyak terdapat pada abad ke-19. Namun, pada 1940-an, perkembangan pesat jumlah penduduk Jawa membuat harimau terkonsentrasi di beberapa daerah, seperti Taman Nasional Ujung Kulon (Jawa Barat) serta Baluran dan Meru Betiri (keduanya di Banyuwangi, Jawa Timur). Tahun 1950-an tercatat jumlahnya hanya sekitar 20-25 ekor.
Meski pada 1979 diklaim adanya penemuan jejak tiga ekor harimau Jawa di Meru Betiri, hingga kini tidak pernah ada yang melihat sosoknya langsung. Raja hutan itu, menurut John Seidensticker dari WWF (World Wide Fund for Nature), terakhir kali terlihat pada 1976 di Meru Betiri. Setelah itu, tiada lagi yang melihat harimau yang warna belangnya lebih gelap ketimbang harimau Sumatera itu.
Namun, Didik Raharyono, peneliti dari Universitas Gadjah Mada, yakin hewan karnivora atau pemakan daging ini masih ada. "Tahun 1997, kami menemukan jejak harimau Jawa di Meru Betiri. Di tempat lain masih banyak yang melihat langsung, baik penduduk maupun anggota Perbakin (Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia) Jawa Timur dan Jawa Tengah," katanya.
Didik juga mengaku memiliki koleksi gigi dan bekas kulit harimau Jawa yang dibunuh di luar Meru Betiri. Bukti-bukti lainnya, yakni sisa kotoran dan sisa mangsa, juga menunjukkan bahwa sang macan masih ada di pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia itu. Harimau, menurut Didik, memiliki kebiasaan khusus: memakan mangsa beserta tulangnya. Daging sisa mangsa biasanya ditimbun oleh harimau. "Kalau macan tutul atau macan kumbang, hanya memakan daging (tidak dengan tulang). Dan sisa mangsa disimpan di atas cabang pohon," kata Didik.
Dari kotoran yang ditemukan, Didik juga tahu macan Jawa itu masih ada. Menurut dia, ukuran kotoran harimau Jawa lebih besar dari 3,4 sentimeter, mengandung rambut mangsa, serpihan tulang, dan kadang kuku kaki mangsa. Sedangkan kotoran macan tutul atau macan kumbang memiliki ciri adanya de-daunan di bagian paling ujung kotoran, dan ukurannya tidak pernah lebih besar dari 3 sentimeter. "Dari bukti yang ada, saya yakin harimau Jawa masih ada," kata Didik tegas.
Raju Febrian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo