Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berkat Paus Melalui Layar Kaca

Paus diisolasi. Untuk pertama kalinya Paus absen memimpin misa suci Paskah.

28 Maret 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seraut wajah letih di atas kursi roda muncul di jendela salah satu kamar di lantai tiga Istana Vatikan. Dalam diam dia menatap ribuan peziarah di pelataran Basilika Santo Petrus sambil melambaikan setangkai ranting zaitun yang masih segar. Itu wajah milik Paus Yohanes Paulus II. Hari itu, Ahad pekan lalu, adalah Minggu Palma, saat umat Katolik mengenang kembalinya Yesus ke Yerusalem, lima hari sebelum disalib. Paus muncul setelah misa berakhir. Cuma satu menit.

Biasanya Yohanes Paulus II, 84 tahun, memimpin sendiri misa-misa dalam rangkaian pekan suci Paskah. Ahad itu, untuk pertama kalinya dalam 26 tahun kepausannya dia absen. Paus juga mendelegasikan misa selanjutnya, sejak Kamis Putih, kepada para pembantunya. Dia cuma ingin melakukan sendiri berkat Urbi et Orbi (untuk kota dan dunia) pada Minggu Paskah. Lazimnya berkat dia lakukan dalam 60 bahasa, tapi ini kali mungkin tidak. Dan, hanya melalui layar kaca.

Layar kaca? Dengan alasan kesehatan Paus memburuk, Vatikan memang mulai menggunakan jaringan video (videolink) untuk "mempertemukan" Yohanes Paulus II dengan para peziarah. Itu dimulai pada Rabu, 23 Februari lalu, ketika dia secara virtual menyapa umat yang berkumpul di pelataran Santo Petrus. Seperti diketahui, sebelum sakitnya semakin parah pada awal Februari lalu, setiap Rabu, Paus selalu menemui para peziarah di Santo Petrus—menerima mereka di Koloseum atau sesekali turun ke pelataran. Nah, agar rutinitas itu tidak sampai hilang, didirikanlah sebuah layar TV setinggi 10 meter.

Tentu saja ini gagasan dokter dan para pembantu Paus. "Mereka ingin menjauhkan sebanyak mungkin orang darinya," ujar John Allen, koresponden Vatikan, di sebuah mingguan yang terbit di Amerika, National Catholic Reporter. Menurut dia, para dokter khawatir udara terbuka bisa menyebabkan luka di leher Paus terinfeksi. Di Rumah Sakit Gemelli, Roma, awal bulan ini, para dokter melubangi leher Yohanes Paulus II untuk menempatkan sebuah pipa kecil (tracheotomy) yang membantu dia bernapas.

Umumnya, setelah dua sampai tiga minggu pipa kecil yang ditanam di leher pasien tracheotomy dikeluarkan. Untuk Paus yang sudah renta, belum ada tanda-tanda benda itu akan dicabut. Artinya, dia akan semakin lama "dipaksa" berdiam di kamar. Tanda-tandanya sudah kelihatan. Awal pekan lalu, beberapa kru televisi Vatikan terlihat memasang kabel, kamera, dan peralatan transmisi di kamarnya. "Saya kira kita akan masuk dalam suatu periode baru tatkala Paus lebih banyak dilihat daripada didengar," ujar Orazio Petrosillo, seorang pengamat Vatikan.

Dalam sejarah gereja, Paus Pius XII pada 1950-an dan Leo XIII setengah abad sebelumnya, misalnya, juga mengalami kemunduran fisik pada saat-saat terakhir kepemimpinan mereka. Dan keduanya mundur dari hadapan publik. Tapi Yohanes Paulus II tak mau "bersembunyi". Dia percaya, kuasa yang "membebaskan" manusia justru datang dari penderitaan fisik. Ini telah menjadi salah satu pusat teologinya sejak selamat dari upaya pembunuhan yang dilakukan Mehmet Ali Agca pada Mei 1981.

"Ketika tubuh kesakitan luar biasa, tak berdaya, hingga hampir mati, manusia menjadi lebih matang dan kebesaran spiritual kian menyata," demikian tulis Yohanes Paulus II dalam surat apostoliknya, Salvici Doloris atau Makna Penderitaan, pada 1984. Dalam penderitaan dia ingin meneguhkan pelayanannya terhadap Gereja dan perlawanan Gereja Katolik Roma terhadap kontrasepsi, aborsi, dan euthanasia—atau yang dia sebut "kultur kematian".

Penggunaan videolink sendiri sebenarnya tidak mengejutkan. Sebab, Vatikan sejak dulu tidak pernah ragu memanfaatkan teknologi. Mereka, misalnya, sudah memiliki radio sendiri sejak 1931 dan meluncurkan situs resmi Vatikan pada 1996, tiga tahun lebih awal daripada peluncuran situs milik pemerintah Italia. Bahkan mobil mini atau papamobile yang dibuat lebih dari 20 tahun lalu dan digunakan untuk berkeliling di Vatikan awalnya merupakan produk canggih.

Masalahnya, menurut John Cornwell, seorang peneliti dari Universitas Cambridge, Inggris, Paus virtual ini boleh jadi hanya gagasan segelintir orang di Vatikan untuk melanggengkan kekuasaan mereka. Secara tidak langsung tudingan ini mengarah pada "The Gang of Four": Uskup Agung Stanislaw Dziwisz, Kardinal Giovanni Angelo Sodano, Kardinal Giovanni Battista Re, dan Kardinal Joseph Ratzinger. Sejak kondisi fisik Paus menurun, keempat pejabat gereja inilah yang memainkan peran penting di Vatikan.

Namun tudingan itu segera dibantah. Kepada sebuah majalah Italia, Famiglia Cristiana, Kardinal Camillo Ruini, yang menggantikan Paus memimpin misa Minggu Palma, mengatakan bahwa Paus, "Masih terus memimpin pemerintahan (di Vatikan) dan membuat keputusan-keputusan penting, seperti biasa." Lagi pula, menurut Thomas Williams, dekan teologi di Regina Apostolorum University, Roma, tugas utama Bapa Suci—sebutan lain untuk Paus—adalah menjadi pemimpin spiritual. "Karena itu tidak ada alasan baginya untuk berhenti memainkan peran itu," ujarnya.

Perdebatan mungkin masih akan berlanjut. Tapi bagi ribuan umat Katolik yang telah tiba di Vatikan dari seluruh dunia, itu tidak penting. "Saya datang cuma untuk melihat dia, kok," ujar Roswita Ginglas, peziarah asal Jerman. Mata Ginglas berlinang pada saat Yohanes Paulus II sejenak muncul Ahad lalu. Ginglas, dan para peziarah lainnya, memang cuma ingin menatap wajah Paus asal Polandia itu, walau sebentar. Mungkin untuk terakhir kali. Tidak peduli apakah itu di jendela kamar tidurnya, atau sekadar imaji di layar televisi lebar yang dalam sebulan terakhir tegak di pe-lataran Santo Petrus.

Philipus Parera (USA Today/Chicago Tribune/Il Giornale/BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus