SETELAH diperdebatkan tiga bulan, bunga melatilah yang menjadi primadona. Ide memilih bunga nasionai sebagai identitas bangsa Indonesia sudah lama di kepala Menteri Negara KLH (Kependudukan dan Lingkungan Hidup) Emil Salim beserta stafnya. "Negara lain kan sudah sejak dahulu menetapkan bunga bangsanya. Misalnya, sakura adalah bunga negara Jepang, tulip melambangkan negara Belanda. Mungkin Indonesia satu-satunya negara yang belum memiliki bunga nasional," kata Emil Salim. "Padahal, Indonesia dikenal sebagai negara tropis yang kaya akan flora dan fauna." Pemilihan bunga nasional, kemudian menjadi mata acara yang penting dan baru dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia XVIII di Jakarta. Apalagi pemilihan ini hanya sekali saja, dan bunga bunga tersebut seterusnya dipergunakan sebagai salah satu identitas nasional. Tim pemilihnya, antara lain, Ismeth Abidin dari Yayasan Bunga Nusantara, Budiardjo (Persatuan Anggrek Indonesia), Puger (Dirjen Kebudayaan), Setyati Sastrapradja (Bioteknologi-LIPI), Sri Murdianingsih (majalah Asri), Iin Hasyim (PT Inkarla Nurseri), dan beberapa staf Kantor Menteri KLH. Mereka menyebarkan kuesioner untuk menampung Opini masyarakat. Selain itu, Depdagri membantu membuat daftar identitas flora dan fauna dari 27 provinsi. Usul datang bermacam-macam. Ada yang menginginkan cempaka, ada pula anggrek. Akhirnya bunga melati yang ditunjuk sebagai Puspa Bangsa atau, katakanlah, bunga yang populer di Indonesia. Setelah tiga bulan diteliti dan didiskusikan, melati (Jasminum sambac) layak ditetapkan. "Sebab, melati dipakai dalam berbagai upacara tradisional di berbagai daerah di Indonesia," tutur Emil, yang genap berusia 60 tahun minggu ini. Bunga ini memang populer di sini. Salah satu kepangkatan dalam militer dan Polri malah memakai simbol melati. Karena itu, tak dipersoalkan asal bunga melati dari India dan Sri Lanka. Bahkan melati juga merupakan bunga nasional Filipina dan Paraguay. Sedangkan Phalaenopsis amabilis, yang dikenal sebagai Anggrek Bulan, terpilih sebagai Puspa Pesona. Maksudnya, an- ggrek yang asli asal Indonesia ini akan dijadikan maskot dalam menyongsong Visit Indonesia Year 1991. Dan terpilih sebagai Puspa Langka -- bunga yang hanya ada di Indonesia -- adalah Padma Raksasa, yang lebih kondang disebut Rafflesia arnoldi. Bukan Indonesia saja yang memiliki tiga bunga nasional. Di Jepang, selain sakura, bunga chrysanthe-mum dan Japanese Apricot digunakan saat upacara kerajaan dan tradisional. Juga Italia dan Turki punya tiga bunga nasional yang di- kenakan pada peristiwa berbeda. Nama-nama bunga nasional diumumkan Presiden Soeharto, Selasa pekan ini di lstana Negara, ketika memperingati Hari Ling- kungan Hidup Peringatan tersebut, yang dimulai sejak pekan sebelumnya dengan Program Kali Bersih, Perlombaan Penghi- jauan, Lomba Rakit, dan diskusi-diskusi itu, ditutup dengan mengumumkan pemenang hadiah Kalpataru dan Adipura. Sebagai Perintis Lingkungan terpilih Haji Abdul Malik dari Desa Asem Nonggal. Kabupaten Sampang, Jawa Timur, dan Achmad Dimyati dari Desa Harapan, Kabupaten Gorontalo, Sulawesi Utara. Haji Abdul Malik, selama 45 tahun, berhasil menghijaukan daerah pantai yang dahulu begitu telantar. Pondok Pesantren Nurul Huda dipilih sebagai Penyelamat Lingkungan. Pondok ini memelopori pengadaan air bersih dan memasyarakatkan terassering di berbagai kampung di Jawa Timur. Sedangkan Ir. Husni Sabar, pimpinan proyek Induk Pembangkit Hidro di Jawa Barat, dipilih sebagai Pembina Lingkungan. Selama 11 tahun ia mengelola Waduk Saguling sesuai dengan studi Andal Pengelolaannya juga dianggap berhasil karena ia mengembangkan sistem perikanan untuk 2.500 penduduk. Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini