Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Hamparan gelatin di Teluk Bima disebabkan ledakan populasi fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae alias diatom.
Limbah, pembalikan arus, dan menghangatnya suhu diduga ikut mempengaruhi ledakan populasi Bacillariophyceae alias diatom.
Merugikan nelayan karena penghasilannya berkurang drastis.
SUDAH lebih dari satu bulan Yudha Hernawan, 40 tahun, tidak melaut. Penyebab nelayan dari lingkungan Bina Baru, Kelurahan Dara, Kecamatan Dara, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, itu tidak berlayar untuk mencari ikan adalah ledakan fitoplankton yang telah mengubah perairan Teluk Bima, Pulau Sumbawa, menjadi seperti kubang jeli berwarna cokelat. Ledakan fitoplankton adalah fenomena melimpahnya populasi ganggang di atas normal.
Menurut Yudha, jika melaut, ia hanya akan membuang waktu, tenaga, dan terutama ongkos. “Saat jaring dilepas, yang terjaring bukan ikan, melainkan gumpalan mirip agar-agar berwarna cokelat itu," kata Yudha saat ditemui, Senin, 6 Juni lalu. "Saya tak pernah melaut lagi sejak itu," dia menambahkan. Ia menandai kemunculan pertama huru-hara koloni ganggang cokelat keemasan yang sudah dalam fase mati itu pada Ahad, 24 April lalu.
Yudha mengatakan kejadian ledakan populasi fitoplankton itu membuat perekonomiannya melambat. Sebelum populasi fitoplankton meledak dan mati berbarengan, ia bisa mengantongi penghasilan bersih sekitar Rp 450 ribu sekali melaut. Dengan mudahnya ia bisa mendapatkan kerapu merah dan kerisi dalam semalam. Menurut Yudha, banyak ikan seperti pari dan selar yang ditemukan mati setelah kemunculan lapisan cokelat kental dan berbusa itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo