Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Ledakan Fitoplankton

Ledakan fitoplankton di perairan Teluk Bima, Nusa Tenggara Barat, berasal dari kelas Bacillariophyceae. Kerap menjadi indikator kualitas perairan. 

11 Juni 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Penelitian IPB University dan Universitas Mataram menemukan fitoplankton Bacillariophyceae jenis Navicula sp. yang melimpah di Teluk Bima.

  • Dinas Lingkungan Hidup Kota Bima menemukan ledakan populasi fitoplankton Bacillariophyceae jenis Nitzschia acicularis.

  • Kedua spesies fitoplankton ini kerap menjadi indikator kualitas perairan.

LEDAKAN fitoplankton adalah istilah untuk kondisi melimpahnya populasi fitoplankton atau ganggang. Fenomena ledakan fitoplankton terbaru di perairan Teluk Bima, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, sejak akhir April lalu, membuat perairan tersebut seolah-olah diselimuti puding busa berwarna cokelat keemasan. Koloni tumbuhan laut dari kelas Bacillariophyceae yang memasuki fase mati itu mengapung di sepanjang pantai di Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima.

Menurut Paryono, ahli kelautan dan pengajar di Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Mataram yang meneliti fenomena itu, Bacillariophyceae adalah salah satu jenis fitoplankton yang memiliki peran penting sebagai produsen di perairan. Bacillariophyceae, kata Paryono, merupakan organisme autotrof yang menyintesis senyawa organik yang kompleks melalui proses fotosintesis.

Bacillariophyceae atau diatom menyerap karbon dioksida dan nutrien anorganik. Organisme bersel tunggal ini menghasilkan oksigen yang menunjang kehidupan ekosistem di laut. Menurut Paryono, Bacillariophyceae mendominasi fitoplankton di perairan laut dan jumlahnya mencapai ratusan ribu spesies. "Paling banyak dijumpai karena memiliki pertumbuhan yang relatif cepat bahkan dalam kondisi lingkungan yang buruk sekalipun," ucapnya, Sabtu, 4 Juni lalu.

Menurut guru besar Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB University, Bogor, Jawa Barat, Hefni Effendi, ganggang cokelat keemasan itu tidak menghasilkan zat racun atau toksin. "Kematian ikan dan biota laut lain bukan karena toksin, melainkan kekurangan oksigen terlarut di kolom air," tuturnya. Hefni menjelaskan, melimpahnya populasi fitoplankton memperbesar kemungkinan kelangkaan oksigen di kolom air.

Hasil pengamatan terhadap sampel air laut dan lapisan berwarna cokelat yang diambil tim lapangan yang diketuai Paryono menemukan Bacillariophyceae di Teluk Bima didominasi  jenis Navicula sp. Jenis fitoplankton lain yang ditemukan adalah Pleurosigma sp., dan Ceratium sp. Diperkirakan keberlimpahan populasi ganggang cokelat keemasan itu mencapai 1-10 miliar sel per liter.

Hefni menjelaskan, berdasarkan literatur, jenis fitoplankton dari genus Navicula, Oscillatoria, dan Euglena sering ditemukan di perairan yang mengandung bahan organik dalam konsentrasi tinggi. Konsentrasi unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan silikat yang berlebih dapat memicu pertumbuhan pesat fitoplankton di kolom air.

Menurut Hefni, Bacillariophyceae kerap digunakan untuk mendeteksi kualitas perairan laut karena sangat sensitif terhadap pelbagai parameter lingkungan. "Sering digunakan untuk mendeteksi perubahan kualitas air karena kemampuannya dalam menghadapi beragam kondisi ekologis perairan, terutama toleransi dan preferensinya terhadap pH (tingkat keasaman), kandungan bahan organik, dan kebutuhan oksigen terlarut," ujarnya.

Dinas Lingkungan Hidup Kota Bima juga melakukan uji sampel air laut pada 28 April lalu, dua hari setelah melimpahnya fitoplankton di Teluk Bima mulai teramati. Lokasi pengambilan sampel adalah Wadu Mbolo, yang dekat dengan pelabuhan bahan bakar minyak Pertamina. Hasilnya, ditemukan peningkatan kuantitas fitoplankton Nitzschia acicularis. Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Nusa Tenggara Barat Julmansyah, fitoplankton ini memiliki kemampuan membelah diri setiap empat jam.

Julmansyah mengatakan fenomena ini baru pertama kali terjadi di Teluk Bima. "Kami belum memiliki data mengenai keberadaan famili Bacillariophyceae sehingga tak punya data pembanding tentang fitoplankton ini," katanya.

Ledakan fitoplankton yang mengakibatkan kematian ikan pernah terjadi di Pantai Ancol, Teluk Jakarta, pada 29-30 November 2015. Kala itu Bacillariophyceae yang melimpah adalah jenis Coscinodiscus sp. Fenomena serupa terjadi pada 15 Oktober 2020, ketika tim PT Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java yang sedang berpatroli di sekitar Sumur Zulu, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, menjumpai lapisan berwarna kecokelatan. Analisis laboratorium menemukan lapisan itu dominan mengandung fitoplankton Trichodesmium sp. (dari kelas Cyanophyceae) dengan keberlimpahan 50-58 juta sel per liter.

DINI PRAMITA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Dini Pramita

Dini Pramita

Dini Pramita saat ini adalah reporter investigasi. Fokus pada isu sosial, kemanusiaan, dan lingkungan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus