Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta memperingatkan kasus leptospirosis yang berpotensi naik pada musim hujan ini. "Dari tujuh kasus yang kami temukan sepanjang tahun ini, satu orang meninggal dunia akibat penyakit itu," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani, Minggu, 8 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira melalui perantara kencing tikus ini berpotensi naik pada musim hujan. Bakteri diprediksi lebih mudah berkembang biak karena sejumlah pendukung. "Misalnya genangan air, tumpukan sampah, bisa memicu berkembangnya penyakit ini melalui perantaranya," kata Emma. "Juga sampah limbah makanan yang menumpuk, itu akan memancing kemunculan tikus yang membawa bakteri Leptospira."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Leptospirosis, kata Emma, bisa ditularkan melalui kencing tikus yang terinfeksi bakteri leptospira. Bakteri masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan genangan air sungai, selokan, lumpur yang tercemar kencing tikus.
Emma mengajak masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) guna mencegah leptospirosis berkembang dan naik kasusnya.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Lana Unwanah menambahkan bahwa petugas gencar melakukan survei tikus yang berpotensi membawa bakteri leptospira di Kota Yogyakarta. "Sampai awal Desember ini, dari survei yang kami lakukan, belum ada indikasi peningkatan kasus," kata dia.
Lana menyebut gejala-gejala tubuh yang terinfeksi leptospirosis berupa demam, nyeri kepala, nyeri otot khususnya di daerah betis, paha, mata kuning, merah dan iritasi serta diare. Jika mengalami gejala-gejala itu dan melakukan pekerjaan yang berisiko terpapar urine tikus diharapkan segera memeriksakan ke fasilitas pelayanan kesehatan atau puskesmas terdekat.