DI kawasan industri Rungkut, Surabaya kini beroperasi 178 pabrik. Tiap hari pabrik-pabrik membuang air limbah sebanyak 2.500 m3. Karena itu, PT SIER (Surabaya Industrial Estate Rungkut) mengadakan treatmentplant dalam mengatasi masalah ini. Air limbah yang BOD (Biological Oxygen Demands)-nya rata-rata mencapai 250 ppm (parts per million - tingkat kadar suatu at), lewat perangkat Passavant, yang diimpor dari Jerman Barat, bisa ditekan sampai 10,55 ppm - sepertiga dari ketentuan pemerintah daerah Jawa Timur. Meski belum pernah mendapat protes dari penduduk, Direktur Operasi PT SIER, Ir. Bambang Pikukuh Notoamidjojo, 48, merasa risi melihat air yang dibuang percuma sebanyak 2.500 m3 setiap harinya. Sementara wilayah utara Surabaya sering mengalami kemacetan air minum. "Andai diolah kembali, kemudian dimanfaatkan lagi, berapa biaya yang bisa dihemat?" kata Bambang. Lalu PT SIER mengadakan kontak dengan Passavant, agar pabrik pembuat mesin penurunan BOD ini juga memasang mesin pengolah air limbah. Permintaan itu disetujui. Tapi biayanya cukup mengejutkan: 7,4 juta DM. Angka itu kemudian jadi cambuk bagi Bambang, lulusan Jurusan Mesin ITB. Dengan modal Rp 300.000, Bambang kemudian mengadakan percobaan sendiri sejak November tahun lalu. Hasilnya ternyata tak mengecewakan. Misalnya, standar keasaman (ph) air industri 6,5- 9,2, penelitian Bambang menghasilkan ph 7,3. Begitu juga sifat-sifat alkaisnya. Standar klorida air limbah yang sebesar 250 oleh Bambang bisa ditekan jadi 158,7. Bahkan standar suspended solid (partikel debu yang bisa dilihat tingkat kekeruhannya) Bambang bisa mencapai 0,0. Proses pemulihan air limbah ini ternyata cukup sederhana. Pertama-tama, air limbah itu disedot dan dimasukkan bak airasi. Lalu disalurkan udara dari kipas pembakaran dalam percobaan Bambang hanya menggunakan tenaga listrik 150 wat - sehingga air bergerak dan secara otomatis air kotor akan berada di bawah. Dari bak airasi, lewat pipa, air kemudian dipindah ke bak koagolasi (bak pengendapan). Di sini, air itu diberi tetesan aluminium sulfat, 15 mg per liter. Kemudian air dialirkan lagi ke bak sedimentasi - yang juga berfungsi sebagai penyaringan pertama. Dalam bak sedimentasi, floc (gumpalan kotoran) yang berat akan mengendap dan yang ringan akan turut mengalir bersama air. Dari bak sedimentasi, air harus melewati lagi empat buah lembaran plastik yang juga berfungsi sebagai penyaring. Setelah itu, baru air sampai di bak penyaringan akhir yang berisi pasir kuarsa sebanyak seperempat meter kubik. Air yang keluar dari bak pasir kuarsa belum bisa dimanfaatkan. Ia perlu ditetesi lagi kaporit untuk membunuh hama, sebanyak 0,05 mg per liter. Barulah dari sini air dinyatakan bersih dan siap pakai. Kini, setiap harinya, proyek mini Bambang menghasilkan 24 m3 air bersih. "Jadi, setiap bulan, kami bisa menghemat Rp 16 ribu," ujar Bambang. Harga air PAM Surabaya, Rp 40 per m3. Mengenai pemakaian pasir kuarsa, dan bukan karbon aktif seperti di luar negeri, menurut Bambang, karena harganya cuma Rp 150.000 per m3 dan bisa dipakai tahunan. Hanya saja, pasir kuarsa itu harus dicuci setiap enam jam. Sedangkan dengan karbon aktif, yang masih harus diimpor, untuk mendapatkan 24 m3 air per hari harus dipakai 20 kg yang harganya Rp 2.000 per kg. Dalam jangka tertentu, daya serapnya juga akan berkurang, dan ini harus dibersihkan dengan suhu 1.000-1.500 derajat Celcius.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini