Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Pendataan dan pemetaan kupu-kupu relatif jarang berlangsung di Indonesia.
Peneliti dari Universitas Indonesia berhasil mencatat 50 jenis kupu-kupu di ruang-ruang hijau di Jabodetabek.
Pendataan dan pemetaan tersebut berkat bantuan warga lewat platform pengamatan kupu-kupu.
"Kupu-kupu yang lucu. Ke mana engkau terbang. Hilir mudik mencari. Bunga-bunga yang kembang."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Potongan lirik lagu anak-anak karangan Saridjah Niung alias Ibu Sud di atas benar-benar menggambarkan kupu-kupu dan kebutuhannya, yaitu tanaman berbunga. Kupu-kupu membutuhkan tumbuhan untuk meletakkan telurnya, membesarkan larva, dan melekatkan kepompongnya. Kupu-kupu juga membutuhkan tanaman berbunga untuk sumber nektar makanannya saat dewasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain sebagai polinator (serangga penyerbuk) dan bagian dari rantai makanan, kehadiran populasi kupu-kupu yang beragam dapat menunjukkan kesehatan ekosistem perkotaan. Sebab, kupu-kupu rentan terhadap perubahan lingkungan, polusi udara, dan hilangnya habitat.
Studi terakhir yang saya buat bersama tim di Jurnal Biodiversitas berhasil mencatat 50 jenis kupu-kupu penghuni habitat-habitat yang tersisa (ruang hijau) di Jabodetabek. Komposisi ragam jenisnya berbeda antarkota. Depok dan Bogor tercatat mempunyai keragaman kupu-kupu terbanyak, sementara Jakarta tercatat paling sedikit.
Selain pemetaan populasi kupu-kupu, studi ini merupakan wujud kesuksesan kolaborasi warga bersama ilmuwan melalui platform KupuKita. Kolaborasi seperti ini penting dalam memberikan sumbangsih berharga terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Seekor kupu-kupu jenis spesies Papilio Peranthus. Dok Tempo/Eko Siswono Toyudho
KupuKita dan Sains Warga
Kupu-kupu adalah salah satu satwa yang hadir di perkotaan. Mereka dapat ditemui di taman-taman, tepi jalan, hingga pekarangan rumah. Bahkan kadang mereka dapat terbang melintasi jalan yang ramai.
Sayangnya, kehadiran kupu-kupu di Indonesia jarang tercatat. Sejauh ini, kebanyakan platform pengamatan kupu-kupu cenderung berbahasa Inggris atau terbatas dilakukan oleh ahli ataupun pengamat kupu-kupu andal.
Inilah mengapa platform KupuKita hadir. KupuKita adalah platform pemantauan kupu-kupu berbasis warga yang digagas oleh tim peneliti Research Center for Climate Change-Universitas Indonesia (RCCC-UI) serta komunitas pegiat konservasi Tambora Muda Indonesia. Lembaga penelitian biologi Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology (SEAMEO-BIOTROP) juga turut mendukung inisiatif kami.
KupuKita dibangun pada masa pandemi (tahun 2021) yang saat itu membuat galau para peneliti akibat pembatasan sosial. Kegalauan inilah yang menjadi dasar dibangunnya platform pemantauan yang dapat dilakukan semua orang dan dapat menjangkau lokasi-lokasi yang tidak tersentuh ilmuwan (seperti halaman rumah pribadi) dengan hanya berbekal smartphone.
Platform KupuKita dapat diakses melalui situs web Kupukita.org. Platform ini berbentuk kuesioner daring yang dilengkapi foto sebagai panduan.
KupuKita tidak perlu diunduh secara khusus. Kuesionernya dapat diunggah saat jaringan tersedia. Situs webnya turut memuat panduan mengamati kupu-kupu, daftar jenis kupu-kupu, daftar pengamat, hingga peta sebaran kupu-kupu yang diperbarui secara berkala.
Adapun daftar jenis kupu-kupu berdasarkan urutan temuan terbanyak, daftar pengamat, dan peta sebarannya terhubung langsung dengan data yang diunggah pengamat. Jadi, kalau kamu ikut mengunggah hasil pengamatan kupu-kupu, namamu akan muncul di daftar pengamat!
Menurut peneliti biodiversitas Erik J. van Nieukerken, kupu-kupu yang merupakan ordo Lepidoptera, superfamili Papilionoidea, seharusnya terdiri atas tujuh famili. Namun, untuk kemudahan pengamatan dan identifikasi, platform ini hanya berfokus mengamati tiga famili: Papilionidae, Nymphalidae, dan Pieridae yang masih mudah dilihat dengan mata telanjang.
Ada juga empat pilihan lokasi pengamatan, yaitu ruang terbuka hijau (RTH), taman di luar RTH (seperti taman kelurahan, taman di area mal atau perkantoran, dan kuburan), pekarangan rumah, serta tepi jalan.
Untuk membangun kerja sama ilmuwan-masyarakat, KupuKita mengadakan serangkaian pelatihan secara daring. Pelatihan dimulai dari training of trainers untuk mencari kandidat pemimpin nodus (wilayah) yang mewakili nodus Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Selanjutnya adalah pelatihan-pelatihan bagi murid SD-SMP, mahasiswa, hingga masyarakat umum.
Pemimpin nodus selanjutnya bertanggung jawab dalam pengumpulan data sekaligus menjadi pelatih. Pelatihan selalu diikuti praktik pribadi yang hasilnya dikomunikasikan melalui grup WhatsApp untuk memastikan identifikasi jenis kupu-kupu yang tepat. Untuk itu, para peserta sangat dianjurkan mengabadikan kupu-kupu yang diamati melalui foto atau video. Bahkan peserta dapat langsung menggunakan kamera ponselnya!
Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan indeks keanekaragaman sederhana untuk membandingkan keanekaragaman kupu-kupu di Jabodetabek. Telaah juga menggunakan analisis kluster untuk memastikan pengelompokan kupu-kupu di lima kota ini berdasarkan kemiripannya.
Pengguna membuka aplikasi Kupunesia. Tempo/Bintari Rahmanita
Bagaimana Kupu-kupu di Jabodetabek?
Berdasarkan hasil pengamatan KupuKita, Jabodetabek (terutama Depok dan Bogor) ternyata menjadi habitat bagi setidaknya 50 jenis kupu-kupu. Separuhnya merupakan jenis adaptor perkotaan (urban adapter)—jenis yang mampu beradaptasi dengan kondisi perkotaan. Kawasan perkotaan menggambarkan ekosistem campuran yang terdiri atas elemen buatan dan sebagian elemen alami.
Ada empat jenis adaptor yang paling umum di Jabodetabek, yaitu Appias olferna, Leptosia nina, Eurema sp., dan Hypolimnas bolina. Mereka acap ditemukan di pekarangan rumah dan ruang terbuka hijau.
Jenis kupu-kupu Leptosia nina dan Eurema sp. adalah yang terkecil dan banyak ditemukan di rerumputan serta tanaman herba. Jenis A. olferna dan H. bolina banyak ditemukan di tanaman setinggi semak. Sementara itu, Hypolimnas bolina kerap mengunjungi bunga kenikir (Cosmos caudatus) atau melati Jepang (Pseuderanthemum reticulatum) yang kerap tumbuh di taman-taman dan halaman rumah.
Di antara lima kota di Jabodetabek, Depok dan Bogor memiliki keanekaragaman dan kekayaan jenis kupu-kupu tertinggi, yaitu 49 dan 48 jenis. Hanya, di Bogor, RTH tercatat sebagai penyumbang keanekaragaman jenis tertinggi.
Sementara itu, tepi jalan cenderung menjadi penyumbang jenis kupu-kupu paling sedikit hampir di semua kota. Ini bisa terjadi akibat kurangnya tanaman inang dan tanaman penghasil nektar, termasuk rerumputan.
Penyumbang jenis kupu-kupu terbanyak pertama atau kedua di kelima kota ini ternyata adalah pekarangan rumah. Variasi tanaman di pekarangan rumah tampaknya menjadi daya tarik bagi kupu-kupu. Ini juga menunjukkan bahwa pekarangan rumah sangat mendukung penambahan ruang terbuka hijau secara mandiri di perkotaan.
Gambaran ekosistem perkotaan sesungguhnya dapat dipantau langsung oleh warganya, salah satunya melalui pengamatan kupu-kupu. Di sinilah inti dari sains warga. Warga tidak sekadar menjadi penyumbang data, tapi juga turut serta belajar dan memahami apa yang diamati.
Semakin banyak data, semakin dalam pula pemahaman kita tentang pemakaian habitat perkotaan oleh kupu-kupu. Tentunya hal tersebut tidak harus berakhir di pemahaman saja. Yuk, penuhi pekaranganmu dengan tanaman dan bantu lestarikan kupu-kupu!
---
Artikel ini ditulis oleh Nurul Laksmi Winarni, peneliti dari Research Center for Climate Change di Universitas Indonesia. Terbit pertama kali di The Conversation.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo