Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Pilihan bagi si siluk

Ikan yang dilindungi oleh sk menteri pertanian dan sk dirjen perikanan karena dipandang sudah langka, kini ramai diselundupkan. gubernur kal-tim, sujiman mengusulkan agar meninjau kembali sk tersebut. (ling)

3 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIBA-tiba pekan lalu arowana ramai dibicarakan. Ikan yang di daerah penghasilnya, Kapuas Hulu, Kal-Bar, disebut kelesa, tangkuso, tangkelesa, peyang, kayangan atau siluk, mula-mula dibenci nelayan. Sebab ikan ini tergolong buas. Bukan saja makan cecak, kacoak, atau belalang, juga ikan-ikan yang ukurannya lebih kecil. Selama ini kalau tertangkap jala nelayan, arowana biasanya diasinkan. Kalau dijual, paling banter laku Rp 1.000 sekilo. Sisiknya yang keras biasa dijadikan perhiasan tudung saji atau benda-benda kerajinan tangan lainnya. Mulai Oktober tahun lalu arowana mendadak jadi rebutan. Pedagang ikan hias Pontianak memesan arowana dengan tawaran harga menggiurkan: Rp 10.000 untuk seekor arowana berwarna merah emas, ukuran ikan akuarium. Di Jakarta, ikan ini bisa laku sampai ratusan ribu rupiah. Dan karena kabarnya di Singapura dan Hong Kong bisa mencapai jutaan rupiah, arowana ramai diselundupkan. Ikan ini termasuk yang dilindungi oleh SK Menteri Pertanian 4 Oktober 1980 dan SK Direktur Jenderal Perikanan 7 Mei 1983 karena dipandang sudah langka. Kata ketentuan itu, bila nelayan secara tidak sengaja menangkap arowana, ikan itu harus dilepaskan lagi. SK serupa juga dikeluarkan Dinas Perikanan Kal-Bar. Menurut mitologi Tiongkok kuno, arowana adalah ikan yang bisa membawa hokki bagi pemeliharanya. Orang Tionghoa menyebutnya lenghe alias naga mas, karena sisiknya yang merah bergaris-garis itu konon menyerupai sisik sang naga. Pada punggungnya ada warna hijau lembayung. Ekornya mirip kipas. Pada janggutnya ada dua lembar sungut. Ikan bermulut lebar ini berukuran panjang maksimum 430 mm. Jika bayi lenghe sudah bisa berenang, sang induk membuka mulutnya untuk melepaskan sekitar 30 ekor anak yang ia tetaskan dalam mulut itu. Termasuk dalam genus scleropagesformusus ikan dari keluarga Osteoglosside ini juga terdapat di Sungai Musi. Tapi yang berwarna merah cuma ada di Kapuas Hulu. Kalimantan Barat terkenal sebagai sumber komoditi ekspor ikan hias. Pasaran yang unggul selama ini ialah ikan ulang uli (Botia macracantha) yang memborong sampai 6% pasaran ikan hias. Kemudian menyusul ikan ketutung (Balantiocheilos melanopterus) dan betutu (Eleotris sp). Hanya sejak mitos Tiongkok itu tersebar luas, siluk naik jenjang. Karena itu, sejak keluar larangan memperdagangkan arowana (siluk) para petugas Dinas Perikanan Kal-Bar sibuk menghitung jumlah ikan tersebut yang ada di tempat penampungan pedagang ikan hias. Status ikan arowana ditentukan sebagai "barang titipan" dan tidak boleh diperdagangkan lagi. Padahal arowana termasuk ikan yang sulit dipelihara dan diternakkan. Diperkirakan setiap tahun daerah ini bisa menghasilkan arowana sampai 17.000 ekor. Karena itu pihak nelayan khawatir, kalau jumlahnya terlalu banyak, arowana akan memusnahkan ikan-ikan lainnya. Tapi bagi Gubernur Kal-Bar, Sudjiman, yang lebih penting agaknya adalah nilai komoditi ikan itu yang tinggi. Sebab itu Sudjiman kemudian mengusulkan kepada Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Peternakan & Perikanan, J.H. Hutasoit, agar meninjau kembali keputusannya. Juga perlu diteliti lagi, apakah arowana betul-betul termasuk ikan langka hingga perlu dilindungi. Surat itu belum mendapat tanggapan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus