SUASANA malam yang larut di mercu suar sana, misalnya, tak lagi
bakal senyap. Mulai 11 September minggu depan, RRI Stasiun
Jakarta akan menyelenggarakan siaran 24 jam. Hal itu dinyatakan
Menteri Penerangan H. Harmoko, sebulan sebelum ulang tahun RRI
ke-38 itu. Siaran yang bisa ditangkap di pelosok-pelosok itu,
antara lain untuk memperkenalkan hasil-hasil karya ilmiah
remaja. "Karya mereka perlu dimasyarakatkan, hingga tidak hanya
diketahui para remaja, tapi juga para petani di desa-desa,"
katanya.
Selama ini programa Ibukota RRI Jakarta yang bergelombang 225
meter dengan frekuensi 93-96 Mhz mengudara selama 19 jam. Untuk
mendukung siaran 24 jam nonstop, pemancar tersebut akan
diperkuat oleh stasiun relay Cimanggis, Bogor, yang berkekuatan
250 KW.
"Gagasan siaran 24 jam itu muncul dari semangat kerja pimpinan
dan karyawan RRI sendiri," ujar Iskandar Arfan, yang baru
dilantik sebagai Direktur Radio bulan lalu. Menurut Iskandar,
selama ini karyawan RRI punya pengalaman menyelenggarakan
siaran-siaran larut malam sampai dinihari. Misalnya pergelaran
wayang kulit semalam suntuk atau siaran sahur di bulan Ramadhan.
Anwar Siregar, 53 tahun, sebagai pengelola siaran around-the
clock tersebut mengungkapkan motivasi menarik. "Sekarang ini
banyak orang Indonesia bekerja sampai larut malam: buruh-buruh
pabrik, nelayan, penjaga mercu suar, petugas siskamling. "Selama
ini mereka tidak pernah dihibur," katanya. "Nelayan di tengah
laut sampai pagi tak bisa mendengar berita apa-apa. Para
penderita insomnia, orang yang tak bisa tidur malam, akan
mendapat hiburan dari siaran ini," tambahnya.
Tentu juga untuk menemani para pekerja lembur atau anak-anak
remaja yang suka begadang. "Pukul 24:00, Radio-radio non-RRI
sudah tutup siaran. Tentu anak-anak itu akan mencari gelombang
lain. Saya belum tahu apa yang sebaiknya kita hidangkan buat
mereka," katanya lagi. Tapi Anwar punya ancar-ancar, misalnya,
lagu-lagu nostalgia. Juga santapan rohani. Berita-berita singkat
tapi penting dan ramalan cuaca juga akan ditampilkan.
Menghadapi siaran Radio non-RRI yang oleh sebagian masyarakat
dianggap lebih menarik, Direktur Jenderal RTF Subrata, 43 tahun,
tidak khawatir. "Mereka bukan saingan tapi partner," katanya.
Lagi pula bila radio siaran swasta hanya digemari kelompok
masyarakat tertentu, RRI bertekad merengkuh semua lapisan dan
golongan pendengar.
Bahwa media pemerintah ini masih didengarkan, Subrata mengambil
contoh. Siaran Pedesaan tahun lalu berhasil membentuk kelompok
pendenar 30.000 buah lebih, sedang tahun ini meningkat 33%.
Sementara itu agar penerangan atau penyuluhan tidak membosankan,
acara seperti dialog Mpok Ani dan Bang Madi akan dikembangkan.
Tapi Subrata buru-buru menambah, penyajian acara siaran 24 jam
itu "masih dalam penelitian dan penggodokan."
Meskipun peralatan teknik bakal diperkuat dan karyawan ditatar,
keberhasilan siaran lebih tergantung pada kreativitas penyusun
programanya. Selama ini ada kebiasaan sebagian besar kepala
siaran RRI mempertahankan pola programa rutin bulanan. Dengan
isi agak berbeda, dengan penyajian siaran yang itu-itu juga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini