PENGGUNAAN pestisida untuk keperluan pertanian, sebenarnya merupakan "lingkaran racun" yang tak habis-habisnya, demikian tulis berkala Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), Tanah Air tahun lalu. Maksudnya, pemakaian pestisida itu akan menyangkut masalah kesehatan, lingkungan, peningkatan produksi, pinjaman dana luar negeri, sekaligus "politik" perdagangan yang sering kali kotor. Indonesia, negara berkembang yang giat meningkatkan swasembada pangannya, dalam 15 tahun terakhir ini menjadi ajang berbagai merk pupuk anorganik (pupuk yang dibuat dari bahan kimia) dan juga pestisida, fungisida (obat anti-cendawan), bakterisida dan herbisida (obat perangsang agar tumbuhan lebih cepat tumbuh). Beberapa tahun lalu, David Weir, seorang pengamat lingkungan dan penulis buku Circle of Poison (Lingkaran Racun), mengatakan ada 12 pestisida -- karena itu dinamakannya dirty dozen -- yang bukan saja bisa memmbulkan kontaminasi pada makanan, tetapi "politik" perdagangannya dilakukan secara kotor. Kedua belas racun itu ialah BHC/Lindane, Camphechlor/Toxaphene, Chlordane/Heptachlor, Chlordimeform/Galercron, DBCP, DDT, The Drins (Aldrin, Deildrin, Endrrin), EDB, Pentachlorophenol (PCP), Paraquat, Parathion, dan 2,4-5 T. Dari 12 macam racun tersebut, 7 di antaranya bebas diperdagangkan di Indonesia, demikian Tanah Air. Penggunaan pestisida si obat ajaib untuk meningkatkan hasil pangan telah meningkatkan pula serangan hama di berbagai tempat. Misalnya, hama wereng (Nilafarvata lugens), yang semula hanya di beberapa kabupaten, kini telah meluas di lebih dari 250 kabupaten. Ini disebabkan karena makin banyak digunakan pestisida, makin besar pula tekanan seleksi terhadap hama. Juga akan mempercepat munculnya hama baru. Buktinya, kini ada wereng biotip I, biotip II, dan seterusnya. WHO pernah melaporkan bahwa resistensi hama terhadap insektisida yang semula membunuh tujuh jenis serangga di tahun 1938, 50 tahun kemudian pestisida yang makin canggih itu bisa membunuh 432 jenis serangga. Organisma tanah seperti cacing, yang berguna untuk kesuburan tanah, juga turut terbunuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini