Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Malang - Universitas Widyagama Malang membangun enam reaktor biogas di Dusun Krajan, Desa Taji, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Reaktor-reaktor yang dikonstruksi dari tangki plastik itu diharap bisa membantu mengurangi beban listrik warga di punggungan bukit lereng barat Gunung Bromo yang langganan byar pet parah lisrik dari negara tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pembuatan keenam reaktor atau digester biogas itu dilakukan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Widyagama Malang sejak November 2021. Saat ini pembangunan telah rampung seluruhnya dan bahkan penggunaannya telah diresmikan Rektor Agus Tugas Sudjianto pada Selasa lalu, 22 Februari 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agus menerangkan, program instalasi biogas berbiaya murah namun manfaat yang dihasilkan diyakininya bisa sangat besar dan berdampak luas terhadap kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan desa. Dia mengungkapkan kalau selama ini listrik PLN di Desa Taji masih mengikuti jaringan Pasuruan dan acap kali padam. Padamnya listrik bisa satu sampai sampai empat hari.
“Kalau sudah begitu, masyarakat biasanya memakai BBM (bahan bakar minyak) untuk menyalakan genset dan itu makan biaya yang lebih mahal dibanding pakai biogas," kata Agus kepada Tempo, Rabu malam, 23 Februari 2022.
Sedangkan dari reaktor biogas yang sudah dibangun, dia menuturkan, gas metana dari kotoran ternak sapi bisa dialirkan ke dapur untuk menggantikan kebutuhan gas elpiji. Gas yang sama juga didesain untuk menyalakan lampu petromaks saat malam. "Selama ternaknya masih ada, reaktor biogasnya awet terpelihara,” kata Agus.
Dekan Fakultas Hukum, yang juga Penanggung Jawab Program Biogas Universitas Widyagama, Purnawan Dwikora Negara mengatakan dana pembangunan reaktor biogas bersumber dari dana hibah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Kampus Widyagama mendapat hibah senilai Rp 1,8 miliar untuk 14 program kegiatan LPPM.
“Salah satu program pengabdian masyarakat kami adalah membuat biogas sebanyak 6 unit," katanya sambil menambahkan per unit reaktor menghabiskan Rp 3-5 juta. Dana hibah yang disalurkan Universitas Widyagama juga dipakai untuk membantu budidaya pertanian organik berbasis polybag.
Tempo sempat merasakan putusnya aliran listrik PLN di Desa Taji, 29 Januari 2022, sejak sore hingga semalaman. Lalu, pagi hingga sore 30 Januari, Tempo menyaksikan pembuatan biogas plastik tersebut mulai dari awal pembersihan lahan, penggalian lubang, pembuatan dinding berlapis beton ringan, perakitan tabung plastik, serta pemasangan instalasi pengaman sampai penyambungan pipa biogas dari reaktor sampai ke dapur. Pengerjaan di bawah arahan tim konsultan asal Surabaya.
Tim Universitas Widyagama Malang dan warga Desa Taji, Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, bergotong royong mengangkat dan mengisi reaktor (digester) biogas dengan kotoran sapi yang sudah dibersihkan dengan cara dihaluskan. Mereka mengerjakannya sampai kemudian pelan-pelan gas metana ke luar sampai membuat tabung atau tangki plastik menggelembung tanda mulai berisi. TEMPO/Abdi Purmono
Idealnya, reaktor biogas dibangun sepanjang 5 meter dengan lebar 1 meter dan dalam 1 meter. Namun, karena kontur lahan di Desa Taji sangat landai, maka enam reaktor memiliki dimensi tak seragam.
Tantangan lain yang dihadapi Purnawan dan timnya adalah kesediaan masyarakat. "Belum semua masyarakat di sini paham pentingnya biogas dengan memanfaatkan tahi kotoran sapi yang mereka pelihara,” ujar dosen hukum yang juga penggiat lingkungan di Wahana Lingkungan (Walhi) Jawa Timur ini.
Secara geografis, Desa Taji berada paling ujung timur laut Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Berlokasi di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut, desa ini juga berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Itu sebabnya Pupung, sapaan Purnawan, sangat berharap seluruh reaktor biogas yang sudah dibuat bisa mendukung pula kerja-kerja penyuluh pertanian lapangan (PPL) Jabung, mantri hutan Perhutani dan TNBTS. Mereka bersama warga desa diminta mengurangi penggunaan kayu bakar yang berasal dari dalam hutan.
Sementara itu, Ngaturi dan istrinya, Misiyatin, menjadi penduduk Desa Taji pertama yang memakai kompor biogas buatan Universitas Widyagama untuk memasak. Mereka punya dua sapi perah. Selama ini, keduanya ikut kebiasaan warga di desa itu membuang kotoran sapi ke ceruk-ceruk lerengan bukit atau dibiarkan bertumpuk di belakang kandang untuk dijadikan pupuk seperlunya.
Ngaturi mengaku tertarik membuat biogas lantaran menganggapnya solusi yang bermanfaat untuk jangka panjang. Saat ini dia mulai memanen gas metana dari reaktor biogas yang kemudian dialirkan ke dapur melalui pipa. Api yang muncul dari kompor disebutnya berwarna biru.
“Lebih irit dan tidak berbau dibanding gas elpiji. Biogas bisa bertahan seminggu dan lalu mengisi ulang sendiri,” kata Ngaturi.
Konsultan sedang merakit instalasi pipa dan ventilator reaktor biogas di belakang rumah penduduk Dusun Krajan, RT 05 RW 01, Desa Taji, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu, 30 Januari 2022. Tabung ventilator berfungsi sebagai pengaman, mencegah terjadi ledakan, saat reaktor dan wadah penampung sama-sama penuh gas. TEMPO/Abdi Purmono
Walau belum banyak warga Desa Taji menggunakan biogas, Pupung dan Ngaturi optimistis penggunaan kayu bakar untuk memasak bisa dikurangi pelan-pelan. Mayoritas warga mencari kayu ke area hutan TNBTS maupun hutan produksi milik Perhutani sehingga mereka sering dianggap sebagai perambah dan pencuri kayu.
Citra tersebut ingin diubah dengan memanfaatkan biogas. Apalagi kini Desa Taji pun makin dikenal sebagai desa wisata kopi dan wisata edukasi berbasis alam di Kabupaten Malang.