MASYARAKAT awam di daerah Taman Sari, 500 meter dari Pusat
Reaktor Atom Bandung (PRAB), tenang saja. Juga tidak perduli
mereka yang bermukim di desa Babarsari, dekat reaktor "Kartini"
di Yogyakarta.
"Tidak perlu risau," kata staf ahli BATAN (Badan Tenaga Atom
Nasional) Budi Sudarsono kepada Slamet Djabarudi dari TEMPO
sesudah adanya berita kebocoran reaktor nuklir Harrisburg,
Pennslvania (AS) yang menyebabkan banyak penduduk mengungsi.
Namun berita Harrisburg itu sempat membuat khawatir, misalnya,
para mahasiswa teknik sipil di ITB, yang kampusnya bertetangga
dengan PRAB. Seorang pedagang yang tinggal berdekatan dengan
PRAB itu pun, menurut laporan pembantu TEMPO Hassan Syukur,
bahkan hampir memboyong anak-isterinya pulang ke Tasikmalaya.
Penduduk yang di dekat reaktor Yogya mungkin tidak mendengar
kejadian di Harrisburg. Jika mendengar sekalipun, seperti
Pawirosetomo mengaku kepada Syahril Chili dari TEMPO mereka
"takut menentang pemerintah." Bahkan mereka tampaknya bersyukur
tidak digusur, berhubung reaktor itu dengan daerah pemukiman
pada mulanya direncanakan harus berjarak 5 km.
"Kalau terjadi kerusakan, kan kami duluan yang menjadi korban,"
kata Haryono Arumbinang, anggota pimpinan reaktor Yogya. Ia
malah bangga mengatakan bahwa ia sekeluarga tinggal hanya 200
meter dari reaktor itu tanpa merasa khawatir sedikit pum
"Instalasi reaktor (Yogya) itu sudah dibuat sedemikian rupa
hingga tidak akan mengganggu lingkungan, walau sampai terjadi
kebocoran," tambah Arumbinang.
Sudarsono dari BATN juga menguatkan bahwa kedua reaktor di
Bandung dan Yogya itu masing-masing berdaya hanya 1 MW thermal
--kecil sekali dibanding dengan PLTN seperti yang di Harrisburg,
2400 MW thermal. "Bila terjadi kebocoran pada reaktor kita,"
katanya, "akibatnya tidak akan keluar." Jarak berapa yang aman
bagi penduduk dari reaktor itu pun, katanya, "tidak ada
persoalan. Konstruksinya sudah demikian rupa hingga sesuatu
kebocoran tidak akan berakibat menimpa masyarakat."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini