HUJAN lebat menyelimuti seluruh kawasan hutan yang sudah tidak
perawan lagi. Kepulan asap menjadi sirna. Banyak parit di
kawasan itu yang setiap petang airnya surut diluapi air hujan.
Setelah hujan berhenti, langit menjadi bersih, daun-daun segar
kembali. Hari semakin menjelang rembang Dan di tengah rimbunnya
semak belukar di blok B, jalur 14 Air Sugihan III itu, tampak
gerombolan gajah (sekitar 25 ekor) asyik melalap daun-daun muda.
Sesekali, salah seekor gajah berjalan agak terpisah untuk minum
di parit. Suara lengkingan lirih, bagaikan komando agar gajah
yang sedang minum itu cepat menggabung. Tetapi tiba-tiba ada
suara lengkingan keras sebagai isyarat bahaya. Secara serentak
mereka kemudian masuk ke hutan yang masih rimbun oleh
pohon-pohon. Dan cahaya remang pun terhampar di lahan
transmigrasi Air Sugihan, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera
Selatan. Hari telah berganti malam.
Sejak pertengahan November, kawasan transmigrasi pasang surut
(seluas 45.000 ha) ini diramaikan oleh manusia berbaju hijau.
Perahu bermotor lebih ramai dari hari-hari biasa. Sementara dua
kapal pendarat dan sebuah kapal perbekalan milik Kodam IV
Sriwijaya tampak hilir mudik di saluran, 60 km sebelah hilir
Kota Palembang. Operasi Ganesha -- bertujuan menyelamatkan
manusia dan gajah -- telah terbentuk setelah penelitian dan
sekian kali rapat diadakan. Nama Ganesha dipilih untuk dewa
Hindu dari sekte Ganapati. Selain lambang ilmu pengetahuan,
Ganesha dianggap juga sebagai tokoh pengusir segala rintangan.
Sebuah pos komando utama didirikan di jalur 20. Dari pos inilah,
197 prajurit dari Yon Zeni Tempur dan Armed (Artileri Medan)
akan disebar, setelah mendapat perintah dari Menhankam Pangab,
13 Oktober. Sebagian menyandang senapan M16 (bukan untuk
menembak, tapi berjaga-jaga) dan banyak yang mencangking kapak,
palu dan gergaji mesin. Bersama tim PPLH, Kehutanan, Agraria,
Pengairan dan rakyat setempat, sekitar 400 orang akan menggiring
gajah yang diperkirakan berjumlah 125.
Sejak 1978, kawasan itu digarap untuk daerah transmigrasi pasang
surut, yang membentang di sebelah kanan Sungai Musi dan
berhadapan dengan Teluk Bangka. Dari huun yang semula seluas
3.000 ha, kini tinggal 300 ha saja yang belum dikelola oleh P4S
(Proyek Persiapan Persawahan Pasang Surut) berupa kotak-kotak
yang membenung antara Sungai Saleh dan Sungai Air Sugihan.
Ketika membuat alur-alur itulah, sang gajah terjepit, terutama
di jalur 14 (ada 77 ekor), jalur 13, 18 dan 20. "Karenanya perlu
dicari pemecahan,' kata Jack West, 30 tahun, ahli satwa dari
PPLH, "agar manusia tidak terganggu dan populasi gajah jangan
musnah.'
Apalagi tim P4S sering juga menebang pohon besar (meranti, pule,
mangris, jelutung) di kawasan yang bergambut, kering atau
berlumpur. Kalau pohon besar bergelimpangan, berarti musnah pula
daun muda dari pohon palas, semayau, karena untuk lahan
persawahan, area harus dibakar. Gajah jadi kelaparan, dan sering
menyerang ladang transmigran. Bukan saja tanaman jagung,
singkong atau sayuran, "tapi 64 ha tanaman padi siap panen
dihabiskan oleh mereka," ujar Suharto, Kepala Satuan Pemukiman
Transmigrasi Air Sugihan III. Hal itu terjadi Maret lalu. Sejak
1980, mereka sebenarnya telah mengeluh. Rebutan sumber alam
dengan satwa lindungan itu satu malam bisa sejauh 15 km. Gajah
mempunyai daya lari yang lebih cepat daripada manusia di medan
yang sama, bahkan bisa menyeberang sungai dengan belalainya
dijadikan snorkel (pipa pernapasan) Transmigran yang jumlahnya
sekita 1.000 KK jadi kewalahan, tentu saja.
Jadi siapa yang harus pindah? Akhirnya diputuskan: gajah.
Translokasi gajah ini--proyek bersama Departemen PU, Pertanian,
Hankam dan PPLH--diperkirakan akan menelan biaya Rp 155 juta.
Jadwal yang masih sementara direncanakan akan mengambil waktu 35
hari untuk menggiring gajah ke pemukimannya yang baru, Lebong
Hitam, yang luasnya 10.000 ha. Karena kini awal musim hujan,
penggiringan semestinya sudah dimulai minggu kedua November.
"Tapi gajah 'kan bukan manusia," ujar Letkol. I.G.K. Manila yang
tanpa rambut tapi berkumis lebat itu. "Jadwal bisa saja
berubah."
Kebetulan sekali, 18 November, 22 ekor dengan sukarela
menyeberang kelahan yang mendekati Lebong Hitam daerah lebih
hulu yang letaknya antara Sungai Air Sugihan dan Sungai Saleh
Seluruh tim kini sibuk membuat pari menjadi lebih landai.
Koridor-koridor selebar 30.000 m dibuat dan dibatasi dengan
rintangan dari pagar kayu, kawat duri bermuatan listrik (6 volt
8 ohm) dan penghalang lainnya. Kini pekerjaan menggiring dan
merambah itu tengah dikerjakan. Manila membagi satuan ABRI
menjadi 3 unit (masing-masing 15 orang) untuk membuat koridor
dan penghalang ini. Penduduk membantu menggiring gajah dengan
bunyi-bunyian petasan dan gergaji mesin. Sebaiknya gajah
melewati parit, supaya tanaman dan pemukiman penduduk tidak
hancur karenanya.
Giliran pertama pada jalur 18. Gajab akan digiring menyusuri
tepian anak Su ngai Air Sugihan, supaya memasuki jalur 19, 20
dan 21. Kawasan yang telah di lalui, akan tetap dijaga oleh
penduduk (dengan terus membunyikan suara be risik) agar gajah
tidak kembali. Penggiringan dilakukan malam hari, sebab siang
hari biasanya gajah beristirahat.
Peran penggiring yang penting ialah pawang gajah yang, tentu,
direkrut jauh-jauh hari. Menurut rencana, penggiringan dengan
pesawat helikopter juga akan dilakukan. Itu kalau tidak
terhalang oleh kabut atau asap, dan heli bisa memastikan lokasi
sang gajah.
"Mudah-mudahan operasi ini berjalan tanpa ada gajah yang
terpaksa dibunuh," ujar Manila lagi. Karena itu para penggiring
diharuskan berada dalam jarak 30-50 m. Juga tidak boleh ada
paksaan, sebab mereka bisa mengamuk. Gajah adalah mammalia
cerdas yang mempunyai daya ingat tajam. Responsinya akan cepat
sekiranya ada ancaman. Tapi kalau ada pohon rubuh, gajah
menerimanya sebagai malapetaka alamiah.
Karena itu, tim mempunyai enam langkah untuk menghadapi
kesulitan. Mungkin tim menembak bius gajah, terutama
pemimpinnya. Tindakan yang paling mendesak tembak mati. Tapi ini
pun harus seizin Komandan Operasi (Letkol. Manila). Prosedur
penembakan harus memenuhi syarat dan penembaknya harus penembak
mahir. "semuanya kami perhitungkan dengan matang-matang," ujar
Manila yang bertubuh kekar itu. Tambahnya "Yaah, kita lihat
hasilnya nanti. Pemindahan gajah ini merupakan yang pertama kali
di dunia Panjang longmarch gajah dari jalur 13 ke Lebong Hitam
-- menurut ukuran peta--sekitar 18 km. Itu kalau diambil jalan
pintas, tanpa berkelok-kelok lewat pant.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini